Kamis, 25 Juni 2009

I. SISTEM PENCERNAAN
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah.
Kelas Pisces
Sistem digestorium dapat dibedakan menjadi Tractus digestivus dan Glandula digestoria.
secara anatomi
saluran pencernaan ( tractus digestivus )
saluran pencernaan ikan dimulai dari segmen mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.
§ Mulut
Struktur anatomi erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan, ada mulut yang dapat disembulkan ke depan, adapula yang tidak dapat disembulkan, di sekitar bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung.
§ Rongga mulut
Pada sebagian ikan ada yang memiliki lidah yang terdapat di dasar mulut. Di dalam rongga mulut banyak terdapat glandula mukosa namun tidak mempunyai glandula salivales


§ Farings
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ pengecap.
§ Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan
§ Lambung
Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida.
§ Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan bermuara keluar sebagai anus
§ Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital.
Kelenjar pencernaan ( glandula digestivus )
Kelenjar pencernaan pada ikan terdiri dari atas hepar, vesica fellea, dan pancreas
§ Hepar ( hati )
Berukuran besar, berwarna merah kecoklatan tersusun atas sel-sel hati ( hepatosit). Letaknya di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. Dibedakan menjadi 3 bagian,yaitu lobus dorsalis, lobus dexter, dan lobus sinister
§ Vesica fellea
Berbentuk kantung kecil bulat, berwarna kehijau-hijauan. Terletak di sebelah ventral lobus dexter hepatis.
§ Pancreas
Terletak berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Terdapat 3 macam tipe pankreas,yaitu: kompak, diffus, dan disseminated.



Secara fisiologi
§ Mulut
Untuk mencari makanan. Sungut berfungsi sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan.
§ Rongga mulut
Rongga mulut diselaputi sel-sel penghasil lendir yang berperan mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan.
§ Faring
Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
§ Esofagus
Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum menurun sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum.
§ Lambung
Sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi.. Pada ikan-ikan herbivora terdapat gizard ( lambung khusus) berfungsi untuk menggerus makanan.
§ Intestinum
Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan
§ Anus
§ Hati
Organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan, menghasilkan empedu.
§ Vesica fellea
Menampung empedu.
§ Pancreas
Menghasilkan enzim pencernaan ( enzim protease, amilase, khitinase, dan lipase) yang dihasilkan oleh bagian eksokrin pancreas dan mensintesa hormon pada bagian endokrin.
secara biokimia
proses biokimia merupakan proses pencernaan makanan baik itu pencernaan protein, lipid karbohidrat yang dimana dalam proses nya di bantu oleh enzim pencernaan.

pencernaan protein
Di dalam lambung,,protein pakan akan mengalami denaturasi oleh kerja HCl dan di hidrolisis oleh enzim pepsin, sehingga protein tersebut berubah menjadi peptid. Pencernaan di dalam lambung merupakan suatu persiapan untuk pencernaan dalam usus. Dalam usus, peptid akan mengalami hidrolisis dengan enzim karboksipeptidase, tripsin, khimotripsin, dan elastase sebagai katalisatornya, menjadi polipeptid, tripeptid, dan dipeptid. Selanjutnya oligopeptid ini akan di hidrolisis dengan enzim peptidase menjadi bentuk tripeptid, dipeptid dan asam amino. Hidrolisis berikutnya untuk senyawa tripeptid dan dipeptid dilakukan oleh enzim tripeptidase dan dipeptidase hingga akhirnya menjadi asam amino.
Pada ikan yang tidak berlambung, pencernaan protein terjadi pada usus depan oleh enzim protease yang berasal dari pankreas. Sedangkan pada ikan yang baru menetas (larva) lambungnya belum terbentuk, sehingga fungsi lambung digantikan oleh usus depan.
pencernaan lipid
Pencernaan lemak di mulai pada segmen lambung, walaupun tidak begitu efektif. Pencernaan lemak secara intensif dimulai pada segmen usus. Lemak akan di ubah menjadi partikel lemak berukuran kecil yang disebut micel oleh garam empedu dan lipase pankreatik. Partikel lemak dalam bentuk micel ini siap diserap oleh dinding usus (enterosit).
pencernaan karbohidrat
Karbohidrat dalam pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida, disakarida dan monosakarida. Ikan tidak memiliki air liur maka pencernaan karbohidrat di mulai pada segmen lambung, tetapi secara intensif terjadi pada segmen usus yang memiliki enzim amilase pankreatik.
Enzim yang berperan dalam segmen usus, antara lain : amilase , laktase, sellulase, dll. Amilum dan glikogen dihrolisis oleh enzim amilase menjadi maltose dan dekstrin. Maltose dan dekstrin akan dihidrrolisis oleh enzim laktase



Kelas Reptil
secara anatomi
a. saluran pencernaan
terdiri dari : cavum oris, pharynx, esophagus, ventriculus, intestinum tenue, cecum, intesinum crassum dan kloaka
§ cavum oris
celah mulutnya disokong oleh maxilla dan mandibula. Mempunyai deretan dentes berbentuk kerucut. Gigi bertipe pleurodont artinya menempel agak sisi samping gingiva (gusi), sedikit melengkung ke arah medial cavum oris. Palatum pada bagian medialnya membentuk lipatan longitudinal hingga terbentuk alur longitudinal sebagai lanjutan cavum nasi dan bermuara dalam cavum oris.
§ pharynx
§ esophagus
§ ventriculus
§ intestinum tenue
§ cecum
§ intestinum crassum
§ kloaka

b. kelenjar pencernaan
§ hepar
hepar terdiri dari 2 lobi, yaitu sinister dab dexter. Berwarna coklat kemerahan. Hati terdiri atas beberapa belahan (lobus). Masing-masing lobus dibina oleh ratusan ribu lobulus yang berbentuk heksagonal. Tiap lobulus dilapisi oleh jaringan ikat interlobular yang disebut kapsula Glisson. Pada bagian tebgah lobulus hati terdapat vena sentralis, pita-pita sel hati yang bercabang atau berantomosis tersusun radier terhadap vena sentralis. Diantar pita-pita sel hati terdapat sinusoid-sinusoid darah yang tampak seperti celah-celah atau rongga. Pada dinding sinusoid terdapat sel kapiler yang tergolong sebagai makrofage. Sudut antara lobuli-lobuli yang bersebelahan disebut segitiga Kiernann yang berisi saluran porta, yaitu arteri, vena dan saluran empedu interlobular.Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral, berinti satu (75%) atau dua (25%). Sitoplasma mengandung banyak butir glikogen. Sel-sel inilah yang menghasilkan empedu. Untuk sementara empedu disimpan dalam kandung empedu(vesika fellea), disina empedu tersebut menjadi kental karena airnya diserap kembali aleh dinding kandung empedu. Hormon kholesistokinin mengatur pengeluaran empedu ke usus halus. Oleh ductus sistikus empedu disalurkan ke duktus kholedokhus yang bermuara di duodenum, dan di tempat tersebut terjadi pengemulsian lemak. Kandung empedu berkembang pada kebanyakan vertebrata. Ikan lamprey, kebanyakan burung, tikus dan ikan paus tidak mempunyai kandung empedu hanya mengkonsumsi sedikit lemak dalam makanannya. Manusia masih dapat hidup selama bertahun-tahun setelah kandung empedunya dibuang melalui pembedahan dengan syarat harus menghindari lemak dalam dietnya.
§ vesica fellea
terletak pada tepi caudal lobus dexter hepatis.
§ Pancreas
Terletak dalam suatu lengkung antara ventrikulus dan duodenum.
secara fisiologi
§ ventriculus
sebagai pelebaran esophagus yang cylindris berdinding musculer tebal.
§ intestinum crassum
berfungsi sebagai rectum.
§ Hepar
Hati merupakan kelenjar ynag terbesar di dalam tubuh. Fungsi hati antara lain:- mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu,- menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,- mensintesis protein plasma darah,- detoksifikasi zat-zat toksis,- merombak eritrosit yang rusak,- eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak- menghasilkan suatu hormone

secara biokimia
Pencernaan secara biokimia pada amphibi sama hal nya dengan pencernaan pad pisces yang di bantu oleh beberapa enzim pencernaan. Selain itu terdapat pula pencernaa protein, lemak maupun karbohidrat

Kelas Amphibi
secara anatomi
a. saluran pencernaan
§ rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
§ esofagus; berupa saluran pendek,
§ ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makananmenjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
§ intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata,
§ kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.

b. kelenjar pencernaan
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna
merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus.
Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum
secara fisiologi
Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan
secara biokimia
Pencernaan secara biokimia pada amphibi sama hal nya dengan pencernaan pad pisces yang di bantu oleh beberapa enzim pencernaan. Selain itu terdapat pula pencernaa protein, lemak maupun karbohidrat

II. PERKEMBANGAN SEL
Vertebrata pada awalnya berasal dari 1 sel ( Zigot) yang memiliki 2n kromosom dan
merupakan gabungan dari 1 sel kelamin betina dengan 1 sel kelamin jantan.
Zigot kemudian berkembang membentuk individu vertebrata yang baru. Stadium perkembangannya meliputi : pembelahan, blastula, gastrula, tubulasi, organogenesis, kemudian pembentukan sistem dalam tubuh.
Perkembangan sel pada sistem pencernaan dimulai pada stadium awal perkembangan (metenteron). Metenteron terdiri dari stomodeum, foregut, midgut, hindgut, dan proctodeum. Stomodeum berasal dari invaginasi ectoderm di daerah ujung foregut, sedangkan proctoderm di daerah ujung hindgut. Foregut terdiri dari pharynx, oesophagus, gaster, hepar pancreas, dan bagian anterior duodenum. Midgut akan tumbuh menjadi usus halus ( bagian posterior duodenum, jejunum, dan ileum) dan usus buntu (caecum). Hindgut, tumbuh menjadi colon, rectum dan cloaca. Proctodeum berasal dari invaginasi ectoderm di posterior hindgut. Ini tumbuh menjadi dubur, yang bagian posterior di lapisi oleh ectoderm dan bagian anterior oleh endoderm.
Stomodeum
Invaginasi ectoderm, kemudian bertemu dengan evaginasi endoderm, sehingga terbentuk mulut pada bagian anterior foregut. Stomodeum memiliki diverticulum di medio dorsal disebut Rathke’s pouch. Kemudian akan bertemu dan berdampingan dengan evaginasi medio ventral daerah bakal jadi diencephalon pada prosencephalon, disebut infundibulum. Oleh tumbuhnya birai bakal palatinum maka stomodeum terbagi menjadi cavum nasi di dorsal, cavum oris di ventral. Stomodeum menumbuhkan ula lidah, kelenjar ludah dan gigi.
Pharynx
Terletak antara stomodeum dan oesophagus. Daerah ini berfungsi untuk pernafasan. Akan berevaginasi membentuk kantung insang, thyroid dan parathyroid, trachea dan paru, dan gelembung renang.
Gaster
Ini akan tumbuh dengan memiliki bagian-bagian seperti proventrikulus ( pada aves), rumen, reticulum, dan psalterium ( pada ruminansia) atau dengan bagian-bagian cardia, fundus, dan pylorus (mamalia).
Hepar dan pancreas
Tumbuh berupa evaginasi medio ventral foregut yang berbatasan dengan midgut. Bagian posterior kemudian membuat diverticulum untuk menjadi vesica fellea. Vena vitellin akan memasuki dan bercabang halus dalam hepar yang sedang tumbuh.
Kloaka
Kloaka ialah kantung pelepasan umum, ke dalamnya bermuara 3 saluran: ureter, rectum, dan ductus genitalis.

Kelas Pisces
Telur dari ikan yang mempunyai rangka tulang bentuknya relatif besar, dan berisi banyak detoplasma. Pembelahan selalu partial dan menuju ke pembentukan blastoderm. Pada kutub animal terdapat keping lembaga berbentuk pelat yang tebal. Pada keping inilah terjadi pembelahan sel zigot yang akan membentuk blastoderm.
Gastrula.
Peristiwa pembentukan gastrula terjadi dengan jalan menggulungkan pinggiran blastoderm. Kejadian ini berlangsung seputar pingiran blastoderm, tetapi disuatu tempat penggulungan berjalan lebih cepat, dan bagian inilah yang akan menjadi janin. Sementara gastrulasi berlangsung terus, blastoderm berkembang cepat sekali membungkus seluruh detoplasma. Kemudian pinggirannya menebal membentuk cincin lembaga. Sesudah blastoderm melewati garis equator telur, cincin lembaga mengkerut dan terjadilah sumbat yolk sebelum seluruh detoplasma tersumbat sempuran. Bagian ekstraembrional dari blastoderm menjadi vaskular dan kantong yolk. Gerakan blastoderm tidak semata-mata hanya disebabkan oleh lapisan lendir yolk saja namun aktivitas periblas yang mempunyai kapasitas spontan menyebar pada permukaan yolk. Yolk bukannya pengatur pembelahan, akan tetapi hanya berisi bahan makanan yang penting.
Pada stadium gastrula Teleostei, ternyata bahawa khorda mesoderm yang menginvaginasi, bertindak sebagai pengatur jalannya pertumbuhan.
Kelas Reptil
Telur reptil relatif besar dan penuh dengan detoplasma. Tipe telurnya telolesital yang tergolong megalesital seperti telur ayam. Pembelahannya partial, dan disini diketemukan lagi embrio tipe blastodermal. Pertumbuhan embrio reptilia memerlukan waktu dua kali lebih lama daripada embrio burung. Pertama-tama, karena pembentukan endoderm diperkirakan secara delaminasi , tidak secara invaginasi dari blastoporus tertentu. Kedua, jika invaginasi mesoderm sudah dimulai, terjadi gerakan aliran dari belakang ke arah depan. Walaupun mesoderm terbentuk dari blastoporus
Yang terbatas yang masuk ke dalam saluran khorda mesodermal, dan ia berasal dari daerah primitif dari ujung anterior yang menjorok ke depan, dan dinamakan tonjolan kepala.

Kelas Amphibi
Pembelahan
Pembelahan pertama ialah meridional. Tipe pembelahannya adalah holoblastis. Pembelahan kedua meridional lagi yang tegak lurus terhadap bidang pembelahan pertama. Terjadi empat blastomer. Pembelahan ketiga adalah horizontal dengan bidang pembelahannya lebih dekat ke kutub animal, sehingga terjadilah empat blastomer yang lebih kecil disebut mikromer. Pembelahan yang keempat menyebabkan terjadinya enam blastomer, karena ada dua buah pembuahan yang simultan secara meridional. Pembelahan-pembelahan yang lebih dekat kepada kutub vegetatif jalannya lebih lambat daripada yang dekat kutub animal.
Blastula
Badan yang berupa bola dibangunkan oleh banyak sel, dinamakan blastula. Didalamnya terdapat rongga yang disebut blastosol. Pada kutub animal rongga tersebut dibatasi oleh tiga sampai empat sel tebal. Pada sebelah bawahnya dibatasi oleh suatu masa sel yang padat dan banyak mengandung detoplasma. Sel-sel mikromer membelah lebih cepat daripada sel-sel makromer, sehingga akhirnya sel makromer akan tertutup sebagian.
Gastrula
Gastrula dimulai dengan pembentukan bibir dorsal pada daerah grey-crescent. Sel-sel mikromer membelah diri dengan cepat dan tumbuh menuju ke bawah, kecuali pada daerah dimana bibir dorsal dibentuk. Sel-sel pada bibir dorsal terpaksa harus mengalami involusi dengan jalan bergeser ke dalam, karena disini terjadi in vaginasi
Khordamesoderm
Mula-mula endoderm yang merupaka dinding dorsal dari gastrosol terdiri dari beberapa lapisan sel tebalnya hingga empat lapisan. Setelah beberapa waktu endoderm ini hanya tinggal satu lapisan sel saja, karena terjadi delaminasi dari khordamesoderm, yaitu lapisan endoderm yang melepaskan diri dari mesoderm. Delaminasi ini dimulai di bagian anterior. Dengan terjadonya delaminasi khorda, maka didapatkan dua lapisan mesoderm kiri-kanan dan satu batang sel-sel khorda.
Pada bagian dorsal janin terjadi penebalan pada ektoderm menjadi pelat neural.
Kantong-kantong farings
Pada bagian anterolateral dari lipatan neural terjadi sepasang penebalan dari ektoderm, yaitu pelat indera dimana terjadi lengkung visceral (lengkung insang) yang pertama. Dibelakang lengkung pertama terdapat lengkung hioid dan lenkung-lengkung yang lainnya. Di antara lengkung-lengkung visceral ke-3 sampai ke-6, ektoderm agak masuk ke dalam dan pendalaman ini disebut lekuk insang, yang bertemu dengan evaginasi endoderm yang dinamakan kantong farings.



DAFTAR PUSTAKA
1. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/23/sistem-pencernaan-pada-hewan/
diakses tanggal 5 Desember 2008
2. http://andriansaputra.multiply.com/journal/item/16/Sistem_pencernaan
diakses tanggal 5 Desember 2008
3. Radiopoetro. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
4. Tatang Djuhanda. 1981. Embriologi Perbandingan, edisi Pertama.CV Armico,
Bandung.
5. Wildan Yatim. 1990. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito, Bandung.
6. Dellman Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II, Edisi Ketiga. UI-Press,
Jakarta

I. ras unggul hewan produksi ruminansia dan non ruminansia
a. Sapi (ruminansia)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodaktil
Subordo : Ruminansia
Famili : Boviade, untuk sapi
Capridae, untuk kambing
Boviade, untuk domba
Genus : Bos, untuk sapi
Caprae, untuk kambing
Ovisaries, untuk domba
Pengelompokan bangsa sapi dapat di bagi berdasarkan jenis produksi yang diharapkan, yaitu sapi pedaging dan sapi perah. Jenis sapi pedaging adalah bangsa-bangsa sapi Ongol, Sahiwal,Simental, Hereford dll. Jenis sapi perah adalah bangsa-bangsa sapi FH, South Devon, Yersey.
Pada garis besarnya bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia terbagi 2 yaitu:
(1) Sapi-sapi yang berpunuk atau kelompok Zebu ( Bos indicus ). Kelompok ini berasal dan terutama tersebar di daerah tropis.
(2) Kelompok yang berasal dari Bos primigenius. Kelompok ini tersebar di daerah subtropics dan saat ini lebih terkenal dengan nama Bos Taurus.
(3) Kelompok yang berasal dari Bos sondaicus. Kelompok ini merupakan kelompok sapi lokal atau berasal dari Indonesia.

Kelompok Zebu ( Bos indicus )
Kelompok ini memiliki ciri-ciri khasnya, yaitu muka panjang, mempunyai punuk, dan umumnya bertanduk. Punuk yang terdiri dari tenunan otot adalah ciri khas gen dominant yang terdapat pada jenis ini. Jenis pada kelompok ini antara lain sapi Onggole, Sahiwal, Dhonne, Kankrey, Krishna Valley, Boran, dan lain-lain.
(1) sapi Onggole
Jenis ini berasal dari India dan Pakistan. Warna bulu pada umumnya putih dan kadang-kadang kelabu terutama pada punuknya. Berat sapi jantan dewasa sekitar 550kg dan betina 350 kg. Sapi ini adalah tipe pedaging dan pekerja.

Bos primigenius
Bos primigenius adalah sapi liar yang diperkirakan menurunkan sebagian besar sapi-sapi yang pada saat ini berada di daerah subtropis. Keturunan sapi liar tersebut dikenal dengan nama Aurochs. Ciri-cirinya antara lain penampilannya sangat besar, bertanduk panjang, sapi jantan berwarna hitam dg garis terang pd punggung nya, berbulu panjang di antara kedua tanduknya. Jenis-jenisnya antara lain sapi Aberdeen-Angus, Hereford, Shorthorn, Galloway, Sussex, Charolais, Santa Gertrudis, Brangus, Simmental, Limousin, Friesian Holstein, Brahman ,dll

(1) sapi Aberdeen-Angus
sapi ini berbulu hitam agak panjang, keriting, halus, dan tidak bertanduk. Termasuk tipe pedaging dengan bentuk tubuh yang panjang dan kompak. Sapi Aberdeen-Angus adalah hasil persilangan antara sapi Bucham humlies dan sapi Angus dodies.



(2) sapi Simmental
sapi ini berasal dari Lembah Simme di Switzerland. Sebenarnya sapi ini bukan hanya sapi dwiguna ( sapi pedaging dan sapi perah), tetapi triguna (pedaging, perah, dan pekerja). pertumbuhan ototnya sangat baik dan tidak banyak terdapat penimbunan lemak di bawah kulit. Warna bulunya krem kecoklatan hingga sedikit merah dan warna bulu pada muka putih. Demikian pula dari lutut ke bawah dan pada ujung ekor warna bulunya putih. Tanduknya tidak terlalu besar. Produksi susunya tinggi dengan persentase lemak susu 4%.
(3) sapi Limousin
jenis sapi ini merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus selain itu dapat juga sebagai sapi pekerja. Warna bulunya merah coklat tanpa ada warna-warna putih kecuali pada ambingnya. Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak mengecil, tetapi bagian paha dan pinggul cukup besar, penuh daging, kakinya dari lutut ke bawah berwarna agak muda, dan pada umumnya tdp bentuk lingkaran yg jg berwarna agak muda di sekeliling matanya. Pada jantan,tanduknya mencuat keluar dan sedikit melengkung.
(4) sapi Brahman
sapi ini dikembangkan di AS dan erasal dari keturunan kelompok Zebu dari India dengan sedikit percampuran dengan darah jenis Taurus yang berasal dari Inggris. Sapi Brahman berkuping agak besar dan menjulai ke bawah, mempunyai gelambir dan punuk. Mukanya agak panjang dan warna bulunya umumnya putih atau kelabu muda, tetapi ada juga yang kemera-merahan. Jenis ini bersifat ingin tahu tetapi pemalu, tahan terhadap panas, tahan terhadap caplak,dan terhadap endoparasit. Pemanfaatan sapi brahman di non tropis ditujukan untuk memperbaiki mutu, bukan sebagai sapi potong, kecuali di daerah-daerah yg plg jelek yg hasil silangnya nya pun tidak dpt berprestasi dg baik.
(5) sapi Friesian Holstein ( FH )
sapi ini berasal dari bagian utara negeri Belanda. Di Amerika Utara sapi ini hanya disebut Holstein, dan di negara lain da pula yg menyebut Friesian. Di Indonesia sapi ini populer dg sebutan FH. Sapi jenis ini memiliki tanda-tanda warna belang hitam putih, pd dahinya terdapat warna putih berbentuk segitiga, dada,perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih, dan tanduk kecil pendek menjurus ke depan. Selain itu sapi Fh bersifat tenang,jinak sehingga mudah dikuasai, tidak tahan panas, namun mudah beradaptasi, lambat menjadi dewasa. Sapi FH terkenal dg produksi susunya yg tinggi yaitu sekitar 6.350 kg per tahun dg persentase lemak susu sebesar 3,7%. Berat pejantan 1000kg, betina 650 kg sehingga selain sebagai penghasil susu, sapi Fh juga sebagai sapi pedaging.

Bos Sondaicus
Bos sondaicus atau Bos banteng, sampai sekarang masih bisa di temui hidup liar di daerah margasatwa yg dilindungi di Pulau Jawa, seperti di Pangandaran dan Ujung Kulon. Jenis-jenis sapi nya antara lain sapi Bali, sapi Grati, sapi Jawa, sapi Sumatra ,dan sapi Madura.
(1) sapi Bali
sapi bali merupakan sapi keturunan Bos sondaicus ( bos Banteng) yg berhasil di jinakkan. Sapi bali ini berukuran sedang , berdada dalam, berkaki kecil. Ukuran untuk sapi bali betina rata-rata mencapai dewasa kelamin pd umur 18 bulan. Rata-rata masa birahi 18hari, pd sapi betina muda 20-21 hari, sapi betina dewasa 16-23 hari. Sapi bali mempunyai keistimewaan, yakni gangguan pertumbuhan menunjukkan tidak berarti, memiliki respons yg menggembirakan terutama terhadap prilaku. Sapi bali usia pedet memiliki bulu sawo matang, betina dewasa merah bata dan tanduknya agak ke dalam dr kepala, jantan dewasa berbulu hitam dan tanduknya agak di bagian luar kepala. Sapi ini digunakan untuk ternak kerja, tetapi termasuk ternak pedaging.
(2) sapi Madura
sapi madura merupakan sapi keturunan perkawinan silang antara Bos Sondaicus dan Bos Indicus. Sapi Madura memiliki punuk kecil yg diwarisi dari Bos Indicus, dan warna kulit coklat atau merah bata di warisi dari Bos Sondaicus. Pada kepalanya terdapat tanduk melengkung ke depan dengan melingkar bulan sabit.


(3) sapi Grati
sapi Grati merupakan sapi keturunan Bos Sondaicus yg berkembang di P.Jawa dan P.Madura. Sapi Grati berasal dari hasil perkawinan silang antara sapi peranakan Onggole dg sapi Friesian Holstein. Sapi Grati mirip dg sapi Bali, seperti banteng. Warna bulunya coklat atau merah bata dan sedikit putih dan hitam.

b. domba dan kambing
Ordo : Artiodaktil
SubOrdo : Ruminansia
Famili : Caprinae
Rumpun :1. Nemorhaedini 4. Rupricatini
2. Budarcatini 5. Ovibovini
3. Caprini
A. Bangsa-bangsa Domba
Jenis-jenisnya antara lain domba Garut, Ekor gemuk, Asli Indonesia, Dor Set, Merino, Berbados Blackbelly, Southdown dan Rambouilet.
(1) domba Priangan atau domba Garut
Domba ini merupakan hasil persilangan antara domba asli Indonesia, domba Merino dari Asia Kecil dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan. Domba ini berbadan agak besar; jantan bobot 60-80 kg,betina 30-40 kg, domba jantan bertanduk cukup besar,melengkung ke arah belakang dan ujungnya mengarah ke depan shg berbentuk spiral, domba betina tak bertanduk dan penghasil daging.
(2) domba Asli Indonesia
Domba jenis ini kurang produktif karena karkas (daging) yg di hasilkan sangat r endah.
(4) domba Southdown
Domba ini penghasil daging, bulunya dapat dimanfaatkan untuk wool, tidak bertanduk, leher pendek,kakinya pendek



(5) domba Merino
Domba ini merupakan penghasil wool dan pedaging yg merupakan domba asli Spanyol. Domba jantan mempunyai tanduk berukuran besar dan membelit,domba betina tak bertanduk,berat jantan 64-79kg, betina 45-57 kg.

B. Bangsa-Bangsa Kambing
Jenis-jenis kambing antara lain kambing Etawah, kacang, Peranakan Etawah, Marica dan Alphine.

(1) Kambing Etawah
Jenis ini berasal dr Jamnapari India dan penghasil daging dan susu. Memiliki daun telinga panjang, memiliki tanduk (jntn n betina), BB jantan 68-91 kg, betina 36-63 kg, hidung melengkung, bulunya berwarna belang hitam putih atau merah, dan ekornya kecil dan pendek.
(2) Kambing peranakan Etawah / Jawarandu
Merupakan hasil persilangan dari kambing kacang dan kambing etawah. Penghasil susu dan daging. Kambing ini memiliki warna bulu bervariasi, ada yg berwarna cokelat muda,hitam dll, berdaun telinga panjang, BB jantan 40kg,betina 35kg, tinggi badannya 76-100cm.
(4) Kambing Kacang
Merupakan jenis kambing asli Indonesia. Kambing ini penghasil daging dan susu. Mempunyai daun telinga pendek tegak, BB jantan 25kg betina 20kg, mempunyai tanduk.
(5) Kambing Marica
Jenis kambing ini merupakan kambing asli Indonesia, merupakan penghasil daging.Ciri-ciri nya ukuran tubuh kecil, daun telinga pendek,kecil dan tegak,mempunyai kemiripan dg kambing kacang, berat badannya sama dg kambing kacang.


Perbandingan antara Kambing dg Domba
Karakteristik
Domba
Kambing
Ekor
Tubuh



Jenggot
Kebiasaan makan
Ke bawah
Umumnya tertutup wol kecuali hairy sheep

Tidak punya
Bergerombol
Jinak
Ke atas
Umumnya tertutup rambut kecuali kambing Angora, Kasmir

Punya (um: jtn)
Mencari sendirian
Mungkin agresif

c. Babi ( Non ruminansia)
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Genus : Sus
Spesies : 1.Sus scrofa 4.Sus leucomystax 7. Sus barbatus
2.Sus vittatus 5.Sus celebensis
3.Sus cristatus 6.Sus verrucosus
A. Tipe Babi
Pada pokonya babi bisa dibedakan menjadi 3 tipe:
1. Lard type (babi tipe lemak)
Ukuran tubuh berlebihan, lebar, mudah gemuk,kemampuan dalam pembentukan l emak cukup tinggi, dan usuran kaki pendek.
2. Meat type ( babi tipe daging)
Usuran tubuh panjang, susunan badan padat, lemak sedikit, kepala dan lehernya ringan dan halus,usuran kaki panjangnya sedang, tumit pendek kuat. Contoh : Hampshire, Berkshire, Chester White
3. Bacon type (babi tipe sedang)
Ukuran tubuh panjang dan dalamnya tubuh sedang, halus,ukuran lebar tubuh sedang dan timbunan lemak sedang. Contoh: Yorkshire, Landrace

B. Bangsa babi
(1) Babi Berkshire
Asal Inggris, warna hitam dengan 6 ujung putih ( pada 4 kaki, muka dan ekor). Kepala dished, telinga tegak, hidung pendek dan muka konkaf.
(2) Babi Yorkshire
Asal Inggris, warna putih, muka oval, telinga tegak, litter size besar, keindukan bagus, persentase karkas tinggi.Babi ini berukuran besar, panjang, berwarna putih. Variasi individu kemungkinan disebabkan karena daya penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Babi ini peka terhadap sengatan matahari. Banyak digunakan untuk program pemuliaan dan persilangan.

(3) babi Landrace
Asal Denmark. Warna putih, karkas panjang, paha besar, kaki pendek, telinga menekuk ke depan. Keindukan, litter size besar. Babi Landrace banyak digunakan untuk program persilangan babi-babi di tropic, terutama di Asia Tenggara.

d. Kuda (non ruminansia)
Filum : Chordata (bertulangbelakang)
Klas : Mamalia
Ordo : Perissodactyla (berteracak, tdk memamahbiak)
Famili : Equidae
Genus :
Spesies : Equus caballus

(1) Kuda Thoroughbreed
Asal Inggris, cerdas, kecepatan lari dan stamina bagus, ekonomis (kondisi tubuh tetap baik pada padang rumput, atau ketersediaan bijian yang minim)



(2) Kuda Arabian
Asal Mesir, cantik, jinak, kecepatan dan stamina bagus, ekonomis (kondisi tubuh tetap baik pada padang rumput, atau ketersediaan bijian yang minim)

(3) Kuda ApaloosaAsal Spanyol. Warna bervariasi: putih, dibagian pinggang dengan totol-totol gelap berbentuk bulat atau oval telur. Di bagian badan juga sering ditemukan totol-totol, daerah mata dilingkari warna putih, teracak berwarna strip hitam-putih vertikal. Kuda ini dikembangkan suku Indian dan konon orang Indian belum pernah jatuh dari punggung kuda ini saat melawan kavaleri Amerika Serikat. Kuda ini bagus untuk pesiar, pameran, balapan, dan parade.

e. Kerbau
Kerbau termasuk dalam subfamili Bovinae, genus Bubalus. Dari empat spesies kerbau hanya satu yang menjadi jinak yaitu dari spesies Bubalus arnee. Kerbau jinak ( Bubalus bubalis ) dibagi menjadi dua yaitu kerbau sungai (India dan Pakistan) dan kerbau rawa (China, Indonesia, Thailand, Mesir Turki, Rak, Iran).
(1) Kerbau Perah India dan Pakistan
Kerbau perah india dan pakistan yang paling penting adalah Murrah, Nili, Surti dan Jaffarabadi
(2) Kerbau Murrah
Kerbau ini bertempat di daerah Haryana dan Delhi (India). Kepala kerbau ini relatif kecil di banding ukuran tubuhnya, ringan, dan halus pada betina, berah dan kasar pd jantan. Lekuk muka nyata, telinganya kecil, tanduknya pendek tumbuh ke atas dan kebelakang. Kakinya lurus,pendek, dan berkuku hitam berukuran panjang.
(3) Kerbau Nilli
Kerbau Nilli berkepala panjang dg lekek nyata, berlubang hidung lebar, telinganya berukuran sedang dan ujungnya runcing, kulitnya halus dan lunak dg warna umum hitam.


(4) Kerbau Surti
kulitnya agak tebal tetapi halus, lunak, berbulu jarang. Ekornya panjang, kecil dan fleksibel. Telinganya berukuran sedang, menggantung dan warna kulit sebelah dalam telinga merah muda.

Setelah penggolongan hewan berdasarkan ruminansia dan non ruminansia, berikut ini merupakan ciri-ciri yang terdapat pada hewan tersebut dalam menyikapi klimat, perilaku di lingkungan maupun ras unggul itu sendiri.
ü Klimat
Untuk menjaga temperatur tubuh karena pengaruh luar yang kondisinya berubah secara luar biasa, hewan ternak harus mempunayi balans thermal antara produksi panasnya atau panas yang diperolehnya dari lingkungan dengan panas yg dilepaskan ke lingkungannya. Warna bukan satu-satunya faktor yg mempengaruhi akibat penyinaran radiasi sinar matahari namun panjang, kelebatan, dan kondisi rambut juga berpengaruh.
ü Perilaku di lingkungan
Perubahan tingkah laku hewan menjadi penting karena perubahan dari subtropik menjadi tropik dapat menagakibatkan ternak menjadi lamban geraknya sehingga mengurangi produksi panas otot.

II. usaha pemerintah untuk meningkatkan IPM melalui hewan produktif
Jika melihat kasus rendahnya IPM di Indonesia maka pemerintah dalam hal ini di limpahkan ke Dirjen Peternakan untuk melakukan berbagai upaya. Upaya-upaya tersebut bisa dimulai dari seleksi calon induk dan pejantan, genetis, perbaikan produksi melalui makanan, dan melalui tata laksana kesehatan.
§ Perbaikan genetis merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan bibit unggul. Ada 2 macam cara yang dpt ditempuh,yaitu:
a. Dengan Inseminasi Buatan (IB)
Dari hasil keturunan IB ini ternyata dpt memperbaiki mutu keturunan. Rata-rata produksi keturunan IB ini antara 15-20 liter/hari pd laktasi yg kedua.
b. Impor Sapi
Dengan mengimpor bibit FH secara bertahap dapat mengganti induk-induk yg produksinya jelek. Peningkatan mutu sapi lebih penting daripada peningkatan jumlah populasi.
c. melakukan seleksi
cara ini dilaksanakan secara terus-menerus dan seksama. Hanya sapi-sapi baik saja dipertahankan. Sebaliknya sapi-sapi tidak produktif harus di seleksi. Dengan seleksi maka semua hasil IB dan impor digunakan untuk menggantikannya.
ü Perbaikan produksi melalui makanan.
Penyediaan makanan yg terbatas akan membatasi peningkatan jumlah dan mutu produksi. Untuk menjamin penyediaan pakan, perlu penambahan lahan pertanaman hijauan yg memadai, menanam berbagai jenis rumput unggul, melakukan pengelolaan hijauan secara intensif. Cara pemberian pakan harus efisien sesuai dengan kebutuhan biologis sapi bersangkutan.

ü Perbaikan produksi melalui tatalaksana kesehatan
Perbaikan ini dapat dilakukan dg karantina bagi sapi-sapi yg akan msk pada kelompok ternak yg sudah ada, tindakan preventif seperti vaksinasi.













DAFTAR PUSTAKA
Sihombing, DTH. 2006. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ismed Pane. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Reksohadiprojo,Soedomo. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta
Prihadi.S. 1994. Tata Laksana Dan Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
TCL ( teacher centered learning) adalah suatu system pembelajaran dimana guru atau dosen menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi satu arah. Di sini ilmu di transfer secara cepat dari dosen kepada mahasiswa secara drill sehingga daya serap dari mahasiswa lemah karena hanya mendengarkan dari dosen.
SCL atau Student Centered Learning atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran berpusat mahasiswa. Pelaksanaan metode pembelajaran SCL diarahkan pada integrasi knowledge management system sehingga diharapkan menghasilkan intellectual capital yang bermanfaat. Dengan konsep SCL, mahasiswa bukan lagi sebagai obyek dari pengembangan ilmu pengetahuan namun diharapkan menjadi pelaku aktif dari pengisi content di dalam proses pembelajaran. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Metode ini memiliki beberapa jenis pembelajaran,yakni diantaranya Cooperative learning, Collaborative learning, Competitive learning, Case based learning, Project based learning,dan Problem based learning.

1. Sistem pembelajaran collaborative merupakan system pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkup kelompok kecil. Dimana para mahasiswa saling bekerja sama untuk bertukar pengetahuan guna mencapai tujuan pembalajaran secara umum. Didalam proses diskusi setiap mahasiswa harus aktif, bertanggung jawab atas hasil pembelajaran yang dicapai., saling memberi masukan, saling menerima pendapat orang lain dengan bijak dan saling menghargai kemampuan dari mahasiswa lain nya. Proses pembelajaran ini terjadi di lingkungan social yang memungkinkan terjadinya komunikasi.
2. Sistem pembelajaran cooperative merupakan system pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekelompok kecil mahasiswa yang dimana mahasiswa tersebut belajar dari dan dengan teman-temannya. Dengan system ini mahasiswa dituntut untuk aktif guna mencapai tujuan belajar tertentu sehingga mahasiswa bertanggung jawab atas hasil pembelajaran yang dicapai. Dalam pembelajaran ini terdapat kunci pertanyaan yakni know ( apa yang anda ketahui tentang pokok bahasan yang sedang di diskusikan?), want to know (apa yang ingin anda ketahui dalam diskusi itu?), learnt( apa yang telah anda pelajari sehubungan dengan diskusi itu?)
3. Sistem pembelajaran competitive merupakan system pembelajaran yang memiliki maksud adanya suatu kompetisi. Mahasiswa saling berkompetisi dengan temannya untuk mencapai hasil terbaik. Hal ini kompetisi dapat terjadi secara individu ( berkompetisi dengan dirinya sendiri dibandingkan prestasi sebelumnya ) maupun kompetisi kelompok ( membangun kerjasama kelompok untuk mencapai prestasi tinggi )
4. Sistem pembelajaran Project/research based merupakan system pembelajaran yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian-penelitian untuk dapat menyelesaikan suatu masalah serta untuk mencapai tujuan belajar.
5. System pembelajaran case based merupakan system yang memiliki tujuan untuk mendekatkan jarak antara mahasiswa dengan kehidupan yang sesungguhnya. System ini menuntut mahasiswa bertindak sebagai subjek pembelajaran aktif.
6. Problem based learning (PBL)
a. Definisi
PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
b. Ciri-ciri utama
Berdasarkan pendapat dari Bridges ( 1992 ) dan Charlin ( 1998 ) system PBL memiliki 9 ciri utama,yaitu:
i. Pembelajaran bermula dengan masalah
ii. Masalah yang digunakan merupakan masalah nyata
iii. Pengetahuan yang diharapkan dicapai mahasiswa disusun berdasarkan masalah.
iv. Mahasiswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
v. Mahasiswa akan bersifat aktif
vi. Pengetahuan sedia ada akan diaktifkan serta menyokong pengetahuan yang baru.
vii. Pengetahuan akan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
viii. Mahasiswa berpeluang untuk meningkatkan pengetahuan.
ix. Pembelajaran berlaku dalam kumpulan kecil/kelompok.

c. Metode
Menurut Alder ( 1997 ) dan Milne ( 1995 ) mendefinisikan PBL dengan metode yang berfokus kepada identifikasi permasalahan serta penyusunan kerangka analisis dan pemecahan. Metode ini dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, banyak kerja sama dan interaksi serta berbagi peran untuk melaksanakan tugas dan saling melaporkan.

PBL di terapkan dengan langkah-langkah dalam seven jumps. Seven jumps adalah suatu cara belajar yang membentuk, mengarahkan dan menuntun mahasiswa untuk menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah:


i. Menjelaskan istilah dan konsep
Menguraikan semua istilah dan konsep yang ada di dalam skenario yang belum dipahami artinya.
ii. Menetapkan kata kunci dan mendefinisikan sebagai masalah
iii. Brainstorming
Semua anggota kelompok mengeluarkan pendapat tanpa harus dikaji lebih dulu.
iv. Menganalisis masalah
Pendapat dan hipotesis dalam langkah tiga di bahas secara mendalam dan sistematik.
v. Merumuskan sasaran belajar
Berdasar pada kontradiksi dari langkah-langkah analisis masalah, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai dasar aktivitas belajar untuk semua anggota kelompok.
vi. Belajar Mandiri
Setiap anggota kelompok mencari informasi dari berbagai sumber guna dapat menjawab pertanyaan dari tujuan pembelajaran
vii. Melaporkan dan mendiskusikan informasi baru

Pada saat ini beberapa program studi di beberapa perguruan tinggi menerapkan PBL, berbeda dengan kurikulum konvensional. Kurikulum PBL mengubah dan mentransformasikan seluruh kurikulum konvensional menjadi system blok melalui pemetaan kurikulum dan tujuan belajar yang terintegrasi. Konsep integrasi dengan pendekatan PBL sesuai dengan paradigma baru pendidikan kedokteran yakni SPICES ( Student centered, Problem based learning, Integrated curriculum, Community based, Early clinical exposure dan Systematic). Dengan demikian diharapkan mahasiswa mampu belajar mandiri dan sistematis, dalam suatu kerangka pemahaman yang terintegrasi dan berdasar pada masalah yang umum timbul dalam masyarakat.

“Perbedaan antara system pembelajaran TCL dengan SCL”
Perubahan dari TCL menuju SCL di pendidikan tinggi merupakan tantangan terhadap administrator, dosen, dan mahasiswa. Tantangan tadi bersumber pada berbagai perbedaan yang ada sebagai akibat dari perubahan system pembelajaran. Perbedaannya ialah:

TCL
SCL
1. dosen berperan sebagai otoritas formal
1.dosen berperan sebagai fasilitator,motivator
2.dosen memberi kuliah kepada mahasiswa
2.mahasiswa bertanggung jawab atas pembelajarannya
3.belajar adalah kegiatan individualis dan kompetitif
3.mahasiswa belajar dalam suasana kolaboratif
4.aktivitas mahasiswa bersifat pasif
4.aktivitas bersifat aktif
5. isi tidak bersifat kontekstual
5.isi bersifat kontekstual dan relevan
6.materi kuliah merupakan bagian terpenting
6 proses belajar dan isi yang dipelajari merupakan dua hal yang penting
7.pengetahuan diberikan secara terpisah oleh beberapa dosen

7.mahasiswa dihadapkan pada masalah yang otentik dan terintegrasi

8.waktu yang digunakan lebih singkat
8. waktu yang digunakan cukup lama

“Hubungan system SCL dengan PBL “
Dengan adanya suatu system yang bersifat non konvensional, setiap mahasiswa dituntut aktif dalam system pembelajaran SCL ( Student Centered Learning). Setiap pembelajarannya mahasiswa akan selalu dihadapkan pada suatu masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan system ini mahasiswa harus dapat menguraikan masalah-masalah tersebut secara ilmiah dan sistematis melalui suatu metode. System SCL memiliki beberapa metode,salah satu diantaranya adalah metode PBL
Di dalam metode ini terdapat tujuh langkah yang harus di tempuh mahasiswa yang sering dikenal dengan istilah seven jumps. Metode PBL ini memiliki keunggulan serta kelemahan di bandingkan dengan metode-metode lain yang terdapat dalam system SCL.
Komparasi siklus estrus
Siklus Estrus pada Kuda
Pubertas antara umur 10 dan 24 bulan, dengan rata-rata 18 bulan. Panjangnya siklus estrus antara permulaan suatu periode estrus sampai permulaan berikut nya pada kuda antara 7 sampai 124 hari. Lamanya estrus rata-rata 6 hari, tetapi dimungkinkan juga adanya variasi yang besar.
Periode birahi cenderung memendek dalam perubahan musim semi ke musim panas. Periode estrus yang terpendek nampak berkaitan dengan menaiknya fertilitas. Pada awal musim kawin, periode estrus cenderung tak teratur dan panjang, sering juga terjadi tanpa ovulasi.
Fertilitas menaik selama estrus mencapai puncak dua hari sebelum estrus, kemudian menurun mendadak. Kuda dengan periode birahi satu sampai tiga hari hendaknya dikawinkan pada hari pertama. Kuda dengan periode yang lebih panjang hendaknya dikawinkan pada hari ketiga atau keempat dan lagi 48 sampai72 jam kemudian.
Pada awal musim kawin, beberapa kuda memperlihatkan keinginan yang besar selama periode birahi yang panjang, tetapi tidak terjadi ovulasi.




Siklus Estrus pada Sapi
pada sapi pubertas bervariasi menurut bangsa dan tingkat nutrisi. Sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur rata-rata 37 minggu apabila tingkat nutrisi baik, dan 49 minggu bila nutrisinya sedang, serta 72 minggu bila tingkat nutrisi rendah.
Panjang siklus estrus rata-rata 20 hari, dan 21 sampai 22 hari untuk sapi dewasa. Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan saat dimana sapi betina siap sedia dinaiki baik oleh betina lain atau pejantan. Periode ini rata-ratanya adalah 18jam untuk sapi perah ataupun sapi pedaging dan sedikit lebih pendek untuk sapi heifer sekitar 12-24jam. Ovulasi normal terjadi kira-kira 10-15 jam setelah birahi.
Saat perkawinan. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam menjelang ovulasi. Disarankan bahwa spermatozoa harus hadir sekurangnya 6 jam di dalam uteruys sebelum mampu membuahi sebuah ovum. Perdarahan dari vulva sering terjadi pada heifer dan dewasa, satu sampai tiga hari setelah berakhirnya estrus.
Siklus Estrus pada Domba
Pubertas umunya terjadi pada musim gugur yang pertama pada umur sampai 12 bulan, bila domba itu menerima makana yang baik.
Musim kawin. Domba merupakan hewan-hewan yang poliestrus musiman, dengan periode anestrus yang panjang, yang diikuti dengan suatu musim kawin yang bervariasi dari 1 sampai 20 hari siklus estrus yang berurutan. Panjang musim kawin berkaitan dengan keadaan iklim.
Panjangnya Siklus estrus. Lama siklus estrus rata-rata pada domba antara 16,5 dan 17,5 hari. Siklus yang terlalu panjang atau terlalau pendek cenderung terjadi selama awal atau akhir masa birahi, bukan pertengahan. Lama estrus rata-rata adalah sekitar 30jam dengan kisaran antara 3 sampai 84 jam.
Siklus estrus pada Babi
Rata-rata siklus estrus pada babi sekitar 21 hari dengan kisaran 11 sampai 41 hari. Lamanya estrus dapat berkisar dari 15 sampai 96 jam: dengan rata-rata antara 40-46 jam. Estrus pertama setelah masa sapih umunya lebih panjang yaitu sekitar 65 jam. Dan terjadi 7 sampai 9 hari setelah penyapihan.

Perkembangan embrio
Pubertas
Pubertas adalah peroide saat organ reproduksi untuk pertama kalinya mulai berfungsi. Masak kelamin dalam pengertian ini berbeda dari satu spesies ke spesies yang lain. (Frandson, 1992)
Tercapainya pubertas pada hewan agak berbeda karena pertumbuhan tubuh dan kelamin sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keturunan, iklim, social, dan makanan. (Soebadi, 1987)
Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina(ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit, yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama perkembangan oosit, terjadi proses pembentukan kuning telur atau vitelus melalui proses vitelogenesis. Adanya timbunan vitelus dalam ovum (pada ooplasma) menyebabkan oosit bertambah besar.
Pada akhir oogenesis, oosit mengalami pembelahan meiosis atau sering disebut pembelahan pemasakan yang akan menghasilkan ovum haploid (n kromosom). Akan tetapi proses meiosis tersebut pada umumnya tidak berlangsung hingga tuntas dan berhenti pada meiosis tahap pertama. Proses penyelesaian pembelahan meiosis pada ovum akan terjadi jika ada rangsang berupa pemasukan sperma ke ovum. Pada saat inti sperma bertemu dengan inti
ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah berlangsung, sehingga ovum benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah siap dibuahi. (isnaeni,2006)
Ovulasi
Ovulasi adalah proses terlepasnya sel ovum dari ovarium sebagai akibat pecahnya folikel yang telah masak. Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses ovulasi tergantung pada lokasi sel telur dalam folikel. Waktu ovulasi akan singkat apabila sel telur berada di dasar folikel dan akan lama apabila sel telur berada dekat pada stigma yang menonjol dipermukaan ovarium ( Anonim, 2009 ).
Mekanisme terjadinya ovulasi :
a. Hormonal :
Setelah folikel-folikel tumbuh karena pengaruh hormon FSH dari pituitari anterior,maka sel-sek folikel mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini dalam dosis kecil akan menyebabkan terlepasnya hormon LH. Hormon LH memegang peranan penting dalam menggertak terjadinya ovulasi. Pecahnya folikel terjadi adanya tekanan dari dalam folikel yang bertambah besar dan persobekan pada daerah stigma yang pucat karena daerah ini kurang memperoleh darah.
b. Neural :
Rangsangan pada luar servik, baik pada saat kopulasi atau kawin buatan akan diteruskan oleh saraf ke susunan saraf pusat yang akan diterima oleh hipotalamus. Nantinya akan disekresikan LH realising hormon dan kadar LH dalam darah akan meningkat sehingga mengakibatkan ovulasi ( Anonim, 2009 ).
Dari sisa-sisa folikel yang telah mengalami ovulasi akan terbentuk bermacam-macam tenunan yaitu :
a. Korpus haemoragikum
Setelah ovulasi akan diikuti pemberian darah yang lebih pada sisa-sisa folikel. Terjadi hipertropi dan hiperplasi pada tenunan sehingga tebentuk benda yang bulat menonjol dipermukaan ovarium,kenyal,dan berwarna merah
b. Korpus Luteum
Sebagai akibat dari proses luteinasi dari korpus haemoragikum oleh pengaruh hormon LTH, terjadilah pertumbuhan lebih lanjut dari sel-sel tersebut. Tenenuan baru akan berubah warna menjadi kuning dan menghasilkan progesteron yang lama-lama akan tinggi pada puncak siklus birahi.
c. Korpus Albikansia
Berhentinya aktivitas korpus luteum dalam menghasilkan progesteron akan menyebabkan degenerasi dari sel-selnya karena sudah tidak memperoleh suplai darah maka bentuknya menjadi sangat kecil dan berwarna pucat. Ovulasi pada sapi terjadi sekitar 10-12 jam setelah estrus berakhir. Adanya gangguan pada saat ovulasi dapat menyebabkan tidak terjadinya fertilisasi dan atau gangguan perkembangan embrio. Gangguan ovulasi dapat terjadi karena defisiensi atau ketidakseimbangan endokrin dan faktor mekanik ( Anonim, 2009 ).
Fertilisasi
Fimbria pada margin infundibulum dari tuba uterin sangat erat dengan ovari dan pada saat ovulasi ovum masuk ke dalam infundibulum melalui tuba uterin. Ovum kemudian bergerak ke tuba uterin ke dalam uterus melalui kerja gabungna anatara silia dan permukaan mukosa dari sel-sel epitel dan kontraksi yang terjadi pada dinding muskular dari tuba uterin. Kontraski tersebut dipengaruhi oleh rasio antara hormon estrogen dan progesteron, kadar prostalglandin, dan derajat stimulasi tuba uterin oleh bagian simpatetik dari sistem saraf otonom.
Segera setelah ovulasi, ovum didalam membran vitelin dikelilingi oleh suatu membran mukopolisakarida yang kuat, yaitu zona pelusida dan oleh sejumlah sel-sel granulosa yang membentuk korona radiata di luar zona pelusida.
Embriogenesis
Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya, disebut blastomer. Sesudah 3-4 kali pembelahan : zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium morula (kira-kira pada hari ke-3 sampai ke-4 pascafertilisasi). Morula terdiri dari inner cell mass (kumpulan sel-sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan-jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta). Kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass merembes cairan menembus zona pellucida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini zigot disebut berada dalam stadium blastula atau pembentukan blastokista. Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas, dan outer cell mass kemudian disebut sebagai trofoblas ( Yosemite, 2009 ).
Kelahiran
Parturisi merupakan suatu proses kelahiran. Di sini fetus bertanggung jawab terhadap inisiasi kelahiran, proses endokrin cukup berbeda dari satu spesies dengan yang lainnya, pada beberapa spesies proses tersebut belum secara rinci dapat dijelaskan. Peningkatan produksi kortisol fetus terjadi sebagai akibat dari perubahan dan kedewasaan aksi hipotalamus-pituitari-adrenal fetus. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh stress fetus yang berkembang karena plasenta tidak mampu lagi menyuplai kebutuhan untuk pertumbuhan dan tuntutan fetus
( Hary, 2009 ).
Kejadian endokrin yang mendahului kelahiran antara lain ;
· Peningkatan produksi corticotropin–releasing hormone (CRH) oleh otak fetus.
· Peningakatan produksi hormonr adenocrticotropic (ACTH) oleh glandula pituitari anterior fetus.
· Peningkatan produksi kortisol oleh galndula adrtenal fetus
· Perubahamn plasenta progerteron ke estrogen
· Estrogen menstimuli myometrium untuk memproduksi prostlagladin F2a (PGF2a) dan juga menyebabkan relaksasi cervix
· PGF2a menyebabkan kontraksi myometrium yang akan menyebabkan tekan intra uterin dan memndorong fetus ke arah cervic.
· Oksitosin akan dikeluarkan oleh galandula pituitari posterior induk dan fetus memacu dilatasi cervic.
· Oksitocin menyebabakn kontrakasi myometrium.
Hormon peptida relaxin diproduksi oleh plasenta atau oleh maternal korpus luteum pada kebuntingan awal. Relaxin juga berperan pada relaksasi maternal cervix menjelang kelahiran dan mempengaruhi efisiensi kontraksi myometrium ( Hary, 2009 ).
Menjelang kelahiran
Tanda-tanda mendekati kelahiran dapat diperhatikan selama akhir bulan kebuntingan, tanda- tanda tersebut antara lain :
· Rotasi posisi lahir
Selama kebuntingan, fetus akan rebah pada punggung dengan kaki menghadap ke atas. Sesudah rotasi ke posisi lahir, fetus akan rebah pada thorax atau abdomen dengan kaki depan ke diposisikan pada ujung kornu dekat cervix dan hidungnya terletak di antara kaki depan. Dengan posisi ini, kelahiran lebih mudah.
· Perubahan gl.mammae
Pertumbuhan gl.mammae dapat terlihat selama akhir kebuntingan. Ini disebabkan oleh kerjasama estrogen dan progesteron yang merangsang perkembangan duktus-duktus dan jaringan-jaringan sekresi gld.mammae. Mendekati kelahiran gl.mammae akan membesar dan berisi air susu. Sintesis susu merupakan fungsi prolactin dalam kerjasamanya dengan hormon lain. Ketika oxytocin dilepaskan selama kelahiran, terjadilah milk let down sehingga menyebabkan air susu keluar dari puting susu ( Hary, 2009 ).
· Perubahan lain
Makin mendekati kelahiran maka Relaxin bekerjasama dengan estrogen yang akan menyebabkan relaksasi ligamentum pelvis dan perluasan saluran cervix. Relaksasi lig pelvis di sekitar pangkal ekor akan menyebabkan pangkal ekor lebih menonjol. Vulva menjadi lunak dan membengkak. Mukus terlihat seperti leleran dari vulva ketika estrogen menyebabkan sel2 epithel cervix mensekresikan mukus baru, sehingga mencairkan sumbat mukus. Domba akan mencoba meninggalkan kelompoknya. Domba akan mencari tempat sembunyi selama kelahiran ( Hary, 2009 ).
Stadium-stadium pada kelahiran :
Tahap pertama kelahiran
Tahap ini dipercya berlangsung selama 6-12 jam. Domba betina akan memisahkan diri dari kelompoknya dan terlihat gelidah dan mencakar tanah. Beberapa domba betina tidak menunjukkan tanda apapun pada tahap pertama kelahiran.
Tahap kedua kelahiran
Tahap ini berlangsung ½-1 jam dan mungkin sedikit lebih lama pada domba betina yang baru pertama kali melahirkan. Mayoritas anak domba memasuki saluran peranakan pada presentasi longitudinal anterior dengfan postur yang sama seperti anak sapi. Beberapa anak domba lahir dengan presentasi posteriore dengan kaki-kaki belakang yang menjulur memasuki saluran peranakan. Anak domba yang kecil pada presentasi anterior kadang-kadang dapat lahir dengan satu kaki depan pada fleksi bahu. Normalnya domba betina akan berbaring untuk melahirkan, mengejan dengan kuat dan menengadahkan kepalanya ke atas dan mengembik. Banyak domba betina memilih berbaring dengan posisi belakangnya. Melawan tembok atau pagar selama melahirkan.tahap kedua diulangi sewaktu anak domba berikutnya lahir. Kira-kira 50% anak domba terlahir dengan amnion utuh ( Hary, 2009 ).
Tahap ketiga kelahiran
Plasenta normalnya lepas dalam waktu 3-4 jam setelah kemahiran anak domba yang terakhir.
Proses Kelahiran
Inisiasi hormon
Pola hormon selama bagian akhir kebuntingan mengatur stadium kelahiran. Kadar estrogen, progesteron, dan relaksin terlihat tinggi sehingga dapat diketahui bahwa mekanisme yang menginisiasi kelahiran adalah pelepasan cortisol oleh fetus. Kenaikan cortisol menyebabkan produksi dan pelepasan yang lebih besar dari estrogen oleh plasenta yang menginisiasi pelepasan PGF2a dari uterusPGF2a yang menyebabkan regresi CL dan turunnya progesteron. Plasenta merupakan sumber utama Progesteron pada domba selama 2/5 akhir kebuntingan ( Hary, 2009 ).
Tampaknya kenaikan cortisol fetus menyebabkan perubahan dalam enzim plasenta yang menghasilkan konversi Progesteron menjadi Estrogen. Estrogen plasenta menyebabkan pelepasan PGF2a dari uterus domba tetapi penurunan progesteron terlihat sebelum kenaikan PGF2a.
Oxytocin terlepas ketika gerakan fetus merangang syaraf sensoris cervix dan vagina. Konsenjtrasi Oxytocin yang tertinggi terlihat selama pengeluaran fetus. Lonjakan kecil terlihat selama pengeluaran plasenta Pelepasan PGF2a yang lebih besar disebabkan oleh oxytocin. Suatu peningkatan cortisol induk menjelang kelahiran mungkin disebabkan oleh stres parturisi dan tidak terlibat dalam regulasi parturisi. Lonjakan prolactin terkait dengan sintesis susu dan bukan dengan parturisi.
Kejadian fisiologis utama dalam parturisi :
Dilatasi cervix untuk lintasan fetus
Inisiasi dilatasi cervix disebabkan oleh relaxin yang bekerja sama dengan estrogen yang meningkat. Kerjasama hormon-hormon ini melunakkan cervix dan menyebabkan sel-sel epithelnya mensekresikan mukus. Dilatasi selanjutnya terjadi ketika kontraksi uterus mendorong allanto-chorion dan kemdian amnion ke arah cervix. Allanto-chorion mungkin pecah selama proses ini. Amnion biasanya tidak pecah sampai fetus memasuki cervix ( Hary, 2009 ).
Sejumlah faktor ikut dalam inisiasi dan kontinuasi kontraksi uterus yang terjadi bersamaan dengan dilatasi cervix dan kemudian melanjut selama beberapa jam sesudah pengeluaran fetus.Progerteron yg rendah, kemudian estrogen yg meningkat menyebakan hilangnya hambatan teerhadap kontraksi dari myometrium dan membuatnya lebih aktif terhadap agenagen yang sifatnya merangsang. Kontraksi uterus yg mengeluarkan fetus dan plasenta ( Hary, 2009 ).
Kontraksi awal uterus mungkin disebabkan oleh PGF2a ketika dilepas dari endometrium dengan naiknya estrogen. Kontraksi awal ini lemah, ireguler, terjadi kira2 dengan interval 15 menit Ketika fetus terdorong ke dalam cervix rangsangan syaraf sensoris menyebabkan pelepasan oxytoxin dari hipofisis posterior.
Meningkatnya pelepasan oxytocin ini disertai oleh pelepasan PGF2a yg lebih besar. Oxytoxin bekerja langsung pada myometrium atau secara tidak langsung lewat rangsangan pelepasan PGF2a yang lebih besar, menyebabkan kontraksi uterus akan lebih kuat, lebih ritmik dan lebih frekuen PGF2a dan Oxytoxin mencapai puncak selama pelepasan fetus
Mortalitas fetus disebabkan oleh anoxia mungkin faktor lain yang menyebabkan kontraksi labih kuat mendekati berakhirnya stadium ketika fetus dikeluarkan. Ketika uterus berkontraksi menyebabkan berkurangnya aliran darah ke fetus, suplai oksigen menipis, yang menyebabkan meningkatnya aktivitas yang terkait dengan anoxia. Gerakan mekanik dari fetus yang mendorong ke arah kontraksi uterus menyebabkan kontraksi lebih kuat.
Sesaat seblum pengeluaran fetus, kontraksi uetrus menjadi reguler, kuat dan frekuen, yang terjadi kira2 dengan interval 2 menit yang berlangsung selama kira2 1 menit. Kontraksi otot abdomen akan membantu akhir pengeluaran fetus.
Sesudah pengeluaran fetus kontraksi uterus berkurang. Pengurangan ini akan menlanjut selama 1-2 hari. Kontraksi yg kontinyu bertanggung jawab untuk pengeluaran membran plasenta maupun cairan dan fragmen-fragmen jaringan plasenta yang masih tinggal dalam uterus. Lonjakan oxytosin kedua terkait dengan pengeluaran plasenta ( Murti, 2009 ).

Lama kebuntingan
Hewan
Hari
Hewan
Hari
Kuda
340
Gajah
90
Lembu
284
Unta
52
Babi
116
Kerbau
46
Keledai
365
Kera
30
Kambing
154
Domba
21-22
Kelinci
30
Marmut
8-9
Anjing
60


Kucing
65


( Mukayat, 1994)
Gangguan
Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder beberapa jenis hewan lainnya dan manusia. Brucellosis disebabkan bakteri Brucella abortus (Anonim, 1978). Abortus karena Br. abortus umumnya terjadi dari bulan ke-6 sampai ke-9 periode kebuntingan
Camphylobacteriosis
Camphylobacteriosis yang disebabkan oleh Camphylobakter foetus veneralis (dahulu disebut Vibrio fetus veneralis) adalah salah satu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan melalui perkawinan. Umumnya ditemukan kematian embrio dini atau abortus pada bulan ke-4 sampai akhir kebuntingan (Toelihere, 1985).
Aspergillosis
Aspergillosis adalah penyakit jamur pada unggas, burung liar termasuk penguin, dan mamalia yang sudah lama dikenal. Jenis Aspergillus yang dianggap patogen untuk hewan adalah Aspergillus flavus, A. candidus, A. niger, A. glaucus. Ummnya penyakit ini bersifat menahun, akan tetapi pada hewan muda dapat berjalan akut. Pada sapi jamur dapat menyebabkan abortus bila jamur berlokasi di selaput fetus (Ressang, 1984).
Jamur masuk lewat inhalasi sampai ke paru-paru, spora akan mengikuti aliran darah menuju plasenta dan menyebabkan plasentitis diikuti oleh kematian fetus dan abortus. Jamur juga dapat masuk ke tubuh melalui makanan, lewat ingesti spora masuk rumen menyebabkan rumenitis kemudian masuk ke dalam darah menuju plasenta dan menyebabkan plasentitis yang diikuti oleh abortus (Prihatno, 2006).
Gangguan ovulasi dapat berupa ovulasi tertunda, anovulasi dan sista folikuler.
Ovulasi tertunda (Delayed ovulation)
Ovulasi tertunda merupakan salah satu penyebab infertilitas. Kejadian ini dapat menyebebkan perkawinan atau IB tidak tepat waktu sehingga fertilisasi tidak terjadi dan akhirnya kegagalan kebuntingan. Penyebab ovulasi tertunda bisa karena rendahnya kadar LH dalam darah atau karena diperpanjangnya masa folikuler. Diagnosis dapat dilakukan secara per rektal folikelnya yaitu 24-36 jam setelah estrus berakhir. Gejala yang tampak pada kasus ini adalah terjadinya kawin berulang. Terapi dapat dilakukan dengan injesi GnRH (100-250 mikrogram Gonadorelin) saat IB atau pemberian hCG( Admin, 2008 ).
Sista Ovaria
Ovaria dikatakan sistik bila mengandung satu atau lebih struktur yang berisi cairan dan lebih besar dibanding folikel yang masak. Adanya sista tersebut menyebabkan folikel de graf tidak berovulasi (anovulasi) tetapi mengalami regresi dan atresia atau mengalami luteinisasi sehingga ukuran folikel meningkat, adanya degenerasi lapisan sel granulosa dan memetap paling sedikit 10 hari ( Admin, 2008 ).
Akibatnya sapi-sapi menjadi anestrus atau nimfomania. Sista ovaria merupakan salah satu penyebab infertilitas. Faktor predeposisinya adalah herediter dan diet. Penyebab sista ovaria adalah gangguan ovulasi dan endokrin. Terapinya dapat dengan LH/HCG, GnRH, PGF2α ( Admin, 2008 ).
Berdasarkan kejadiannya sista ovaria dibagi menjadi sista folikuler, sista luteal dan sista korpora luteal.
Anovulasi
Sering dikaitkan dengan true anestrus, namun estrus dapat terjadi tetapi folikel mengalami regresi atau atresia. Juga sering terjadi pada sapi setelah partus, dimana ada aktivitas ovarium yang ditandai dengan adanya estrus namun lemah karena folikel tidak berkembang secara maksimum dan hilang (anestrus) karena folikel mengalami regresi. Tidak berkembangnya folikel sampai masak dan tidak terjadinya ovulasi mungkin disebabkan karena rendahnya kadar hormone FSH dan LH. Kadang folikel tidak regresi dan mencapai ukuran 2-2,5 cm, tapi dindingnya mengalami luteinisasi sehingga mirip dengan korpus luteum atau folikel berkembang menjadi folikel de graf tetapi gagal ovulasi karena gangguan pelepasan hormone gonadotropin. Gejala klinis dalam kasus ini adanya estrus kembali setelah perkawinan atau adanya kawin berulang. Pada pemeriksaan per rectal terhadap ovarium teraba rounded atau halus, tidak ada fluktuasi, solid seperti korpus luteum. Terapi menggunakan HCG atau GnRH ( Admin, 2008 ).
Epizootic Bovine Abortion (EBA)
Epizootic Bovine Abortion (EBA) disebabkan oleh Chlamydia psittasi dan vektornya adalah Ornithodoros coriaceus. Penyakit ini menyebabkan abortus yang tinggi (30-40%) pada tri semester akhir kebuntingan pada sapi dara (Prihatno, 2006).
Parasit
Epizootic Bovine Abortion (EBA)
Virus ini terutama menyerang fetus, ditandai adanya haemorrhagia petechial pada mukosa konjungtiva, mulut dan kulit fetus. Terdapat cairan berwarna jerami umumnya terdapat di dalam rongga tubuh. Infeksi virus ini pada fetus menyebabkan hati membengkak, berbungkul kasar dan berwarna kuning dan hampir semua kelenjar limfa membengkak dan oedematous (Toelihere, 1985).
Bakteri yang menyebabkan pregnancy loss jarang sekali dilaporkan terjadi pada kucing. Contohnya pada kasus distokia dan stillbirth pada anak kucing biasanya disebabkan karena adanya asosiasi antara kondisi lingkungan dengan kontaminasi dari Salmonella typhimurium, yang berasal dari pakan kasar untuk semua kucing di tempatnya [31]. Kemudian pada kasus yang lain, percobaan dengan menggunakan infeksi dari Bartonella henselae akan menyebabkan terjadinya sub-fertilitas pada induk kucing, akan tetapi bakteri tidak menular lewat kopulasi, tranplasenta atau lewat colostrum dan susu ( Jogjavet, 2009 ).











DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM Press
Partodiharjo, Soebardi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya
Wildan, Yatim. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito
Mukayat, Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta :Erlangga
Wiwi, Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
Yosemite.2009.http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob6.html
HaryMurtiLastiko.2009.http://akar-bambu.blogspot.com/2009/01/proses-partus-pada-domba.html
Jogjavet.2009.http://jogjavet.wordpress.com/2008/03/18/kebuntingan-pada-kucing/
perkembangan system lokomosi
Tulang
secara membranous, yakni pembentukan tulang dengan jalan transformasi jaringna pengikat fibrosa. Tulang yang terbentuk secara membranous disebut juga tulang dermal. Serat kolagen mula-mula dimasuki zat ossein(protein tulang), lalu fibrblas mengalami transformasi menjadi osteoblas dan osteoclas. Osteoblast pembentuk tulang, osteoclas peresap zat yang mau dirombak menjadi tulang.
(wildan, 1994)
Pertuimbuhan secara endokordal terdapat pada tulang sebelah dalam tubuh. Proses penulangan diawali dengan masuknya pembuluh darah membawa ossein dan mineral ke jaringna tulang rawan. Chondrosit menyusun diri menjadi jejeran lurus disusul dengan masuknya bahan kapur dan mineral lain ke matriks. Tulang akan terdiri dari lapisan-lapisan yang sebagian besar membentuk system havers. Dalam lacuna terletak osteosit-osteosit.

Otot
Myoblast tumbuh dari sel-sel mesenkim. Mioblast bertransmorfasi jadi sel-sel otot. Otot rangka tumbuh dari myotome, yang berjejer sepasang-sepasang tentang dan di kedua sisi tiap vertebrata. Tiap myotome membentuk 2 daerah otot pada truncus
Sejak Chordata rendah hingga mamalia selalu terbentuk jejeran yang berpasangan otot-otot rangka itu terutama pada truncus.
Otot-otot rangka berasal dari sel-sel mesenkim yang datang dari myotome, berjejer di bagian luar precartilage rangka dalam kuncup anggota. Otot-otot yang terdapat di kepala, ada yang berasal dari myotome ada pula dari prechorda.
Otot jantung tumbuh dari lapisan splanchnopleure. Otot polos ada yang dari dermatone dan juga splanchnopleure.

struktur anatomi
Tulang Sejati
Skeleton terdiri dari tiga kelompok yakni axial skeleton (tulang bukan anggota gerak : cranium, columna vertebralis, sternum dan costae); apendiculer (tulang ekstremitas); dan visceral (tulang yang tumbuh dari jaringan lunak, contoh os. penis anjing).
Berdasar bentuknya, os/ossa dibagi menjadi empat : Ossa Longa, yang berbentuk panjang; Ossa Plana, yang berbentuk pipih; Ossa Brevia, yang pendek; Ossa Irregularia, yang tidak beraturan; Ossa Sesamoid, berbentuk mirip biji; Ossa Pneumatikus, mengandung celah udara dan sinusoid yang terhubung dengan lingkungan eksternal.
Cranium adalah skeleton yang membentuk kerangka dasar kepala. Cranium terdiri dari 2 komponen yakni ossa cranii yakni tulang – tulang pembentuk cavitas cranialis (terdiri dari os. occipitalis, os. interparietal, os. sphenoidea, os. ethmoidea, os. parietal, os. frontale, os. temporal) dan ossa facei yang membentuk wajah (os. maxilla, os. incisiva, os. palatine, os. pterygoidale, os. nasale, os. lacrimale, os. zygomaticus, os. conchae, os. vomer, os. mandibula, os. hyoideus).
Columna vertebralis menyusun tulang punggung, tidak berpasangan dan tidak teratur. Terdiri atas : vertebrae cervicales, vertebrae thoracales, vertebrae lumbalis, vertebrae sacralis, vertebrae caudalis.
Sternum dan costae membentuk pelindung cavum thoraks. Costae terdiri dari beberapa jenis : costae sternalis (menempel di sternum), costae asternalis (saling berkaitan oleh kartilago costae), costae fluctuantes (melayang).
Ekstremitas cranial dibentuk oleh empat regio : angulum membri thoracic (os. scapula, os. coracoid, os. clavicula); brachium (os. humerus); antebrachium (os. radius dan os. ulna); dan manus (carpal, metacarpal, digiti).Ekstremitas caudal dibentuk oleh empat regio : angulum membri pelumi/pelvis (os. illium, os. ischium, os. pubis); femur (os. femur); cruris (os. tibia, os. fibula) dan pedis (ossa tarsi, ossa metatarsi, digiti).
(Frandson, R. D..1992)
Sumber gambar : http://www.goddardvetgroup.co.uk/images/anatomy_physiology_1.jpg
Tulang diselubungi oleh periosteum yang terluar dan endosteum di bawahnya. Osteosit yang pipih dan memiliki banyak prosesus yang meluas ke dalam kanalikuli berada dalam lakuna. Lakuna berbentuk pipih seperti benang diantara lamela. Lamela yang mengelilingi kanalis Harversi bersama – sama membentuk sistem Harvers. Substansi intraseluler kaya akan garam Ca yang bertambah seiring pertambahan usia.
Sistem Harvers adalah struktur unit tulang, di pusat terdapat kanal osteon (vasa darah, syaraf vasomotor dan sel endosteum), perifer osteon dibatasi garis reversal. Vasa darah tulang dihubungkan dengan pembuluh darah di permukaan korteks endosteum dan periosteum melalui kanal perforans.
(Lab Mikroanatomi dan Embriologi FKH UGM.2008)
http://www.web-books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Skeletal/Skeletal.htm
Secara anatomi, tulang terbagi dalam bagian tulang kompak seperti yang telah dibahas di atas dan tulang spons. Tulang spons lebih ringan dengan kerapatan lebih rendah daripada tulang kompak. Tulang spons berbentuk tidak teratur dan menjadi tempat sumsum tulang merah.
Sendi
Persendian dibedakan menjadi :
Sendi fibrosa; dimana tidak terdapat rongga sendi, tetapi tulang – tulang disatukan olah jaringan fibrosa. Terdiri dari : sendi sendesmois yang memungkinkan pergerakan kecil, sendi sutura yang menyatukan ossa cranii dan sendi gomfosis yang berarti artikulasi gigi.
Sendi kartilaginosa; dimana tidak mempunyai rongga sendi dan tulang disatukan oleh kartilago. Terdiri dari : sendi sinkondrisis yakni sendi yang tidak dapat bergerak, sendi simfisis yakni sendi yang pada alur median tertentu disatukan olah fibrokartilago seperti pada tulang – tulang pelvis.
Sendi sinovial(diartrodial); dimana memungkinkan terjadinya pergerakan.
Terdiri dari sendi ginglimus/engsel yang bergerak pada bidang sagital, sendi artrodial yang hanya memiliki gerakan luncuran ringan antar permukaan yang relatif rata, sendi trokoid(pivot) yakni gerakannya rotasi sekitar sumbu, sendi sferoid(eartroidal) yang memungkinkan gerakan ke semua jurusan, sendi kondilar yang seperti sendi engsel hanya memungkinkan gerakan lebih banyak, sendi elipsoid yang mempunyai permukaan sendi yang diperluas ke salah satu jurusan hingga berbentuk elips, sendi pelana yang memiliki permukaan menyerupai pelana.
(Frandson, R. D..1992)
Serabut kolagen menyusun berkas tendo primer yang tersusun teratur arah paralel. Berkas serabut terkecil disebut fasikulus tendineus yang diselimuti jaringan ikat longgar endotendineum. Tendosit banyak ditemkan di endotendineum, sitoplasma tipis, inti gelap, oval sampai tipis memanjang. Ditemui vasa darah dan syaraf. Kumpulan fasikulus membentuk berkas sekunder yang lebih besar dan dibatasi jaringan ikat longgar peritendineum, kumpulan berkas sekunder membentuk tendo yang dibungkus oleh epitendineum.
(Lab Mikroanatomi dan Embriologi FKH UGM.2008)


Otot
otot rangka
otot rangka dihubungkan ke tulang melalui tendon. Dengan kontraksi otot rangka, tendong menggerakkan tulang. Kontraksi otot rangka dikontrol oleh neuron motorik dari korda spinalis. Setiap otot rangka tersusun dari banyak sel otot, yang disebut serat-serat otot. Otot rangka juga disebut otot serat lintang karena adanya garis lintang yang dapat dilihat di seluruh otot. Garis-garis lintang tersebut adalah subunit dari masing-masing serat otot; miofibril. Sebuah sel otot dibentuk dari banyak miofibril. Miofibril terdiri dari miofilamen. Miofilamen adalh unit fungsional sel otot.( Corwin, 2000)

( ganong, 2002)
( anonim, 2009)
otot jantung
otot jantung (otot serat lintang involunter) mempunyai banyak sifat yang sama dengan sifat yang dimiliki serabut otot serat lintang volunteer. Jantung terbentuk dari sel-sel yang merupakan kesatuan-kesatuan terpisah, namun ada struktur unik yakni adanya cakram intercalated. Garis lintang otot jantung serupa dengan otot rangka dan terdapat garis-garis Z. Sejumlah besar mitokondria panjang ditemukan dekat fibril-fibril otot. ( ganong, 2002)

(ganong, 2002)
otot polos
otot polos disebut juga otot involunter. Struktur dan fungsi otot polos di berbagai bagian tubuh sangat beragam. Sel-sel otot polos merupakan fusiform (berbentuk kumparan) yang bersifat kontraktil dengan nucleus terletak di pusat. Ukuran serabut otot polos bervariasi. Bagian utama dari sel terdiri atas sarkoplasma. Tidak terdapat cross striation, myofibril atau sarkolema. Terdapat filament yang berwujud molekul aktin dan myosin. Bahkan terdapat juga sejumlah kecil troponin dan tropomiosin Secara umum otot polos dapat dibagi menjadi otot polos visceral dan otot polos multi unit.
(ganong, 2002)

mekanisme kerja otot
kontraksi otot
kontraksi suatu otot terjadi apabila jembatan silang myosin berikatan dengan tempat spesifik di protein aktin.apabila hal ini terjadi maka sebuah molekul ATP yang terdapat di kepala myosin terurai oelh ATPase dan terjadi pembebasan energi. Energi digunakan untuk mengayunkan jembatan silang, sehingga filament aktin dan myosin bergeser satu sama lain. Hal ini memendekkan otot(menyebabkan kontraksi). Selama kontraksi otot panjang filament aktin dan myosin tidak berubah, tetapi pita I dan zona H memendek. Setiap kontraksi otot melibatkan beberapa siklus berulang pegeseran filament. Setiap kontraksi menimbulkan tegangan pada otot untuk bekerja.
Penggabungan eksitasi-kontraksi
Kontraksi suatu otot rangka bergantung pada rangsangan saraf. Apabila terjadi penyampaian potensial aksi oleh neuron motorik ke saraf otot rangka, maka neuron melepaskan asetilkolin ke dalam taut neuromuskulus. Ach berdifusi ke daerah khusus di sel otot yang disebut end-plate. End plate dan reseptor di konsentrasikan untuk Ach. Ach berikatan dengan reseptor. Sehingga terjadi pembukaan saluran natrium yang terdapat di sel otot. Dengan terbukanya saluran ini, maka ion-ion natrium menyerbu masuk ke dalam sel sehingga terjadi depolarisasi dan mencetuskan potensial aksi. Potensial aksi disalurkan ke seluruh serat otot sehingga terjadi depolarisasi serat. Depolarisasi menyebt ke serat melalui tubulus kecil yang disebut tubulus transverses yang berjalan sepanjang taut antara pita A dan I.
Relaksasi otot
Serat otot melemas sewaktu kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma. Pemompaan kalsium adalah suatu proses aktif yang terjadi di membran retikulum sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi yang berasal dari penguraian molekul ATP yang lain. Sewaktu kadar kalsium turun., maka troponin dan tropomiosin kembali menghambat pengikatan aktin serta miosin dan kontraksi otot berhenti.
( Corwin, 2000)


Kontaksi otot Jantung
Kontraksi otot jantung sangat serupa dengan kontraksi otot rangka, dengan pengecualian sebagai berikut:
Ø sel-sel jantung dapat berkontraksi secara spontan, tanpa rangsangan saraf. Rangsangan saraf dapat meningkatkan atau menurunkan kontraksi jantung.
Ø Terdapat dua sumber kalsium intrasel selama kontraksi otot jantung. Kalsium di lepaskan ke intrasel dari retikulus sarkoplasma dan ke dalam cairan ekstrasel melalui saluran natrium kalsium. Dengan demikian kekuatan kontraksi jantung sangat bergantung pada kadar kalsium ekstrasel. Sebaliknya kontraksi otot rangka tidak bergantung pada kalsium ekstrasel.
Ø Sel otot jantung dalam keadaan istirahat mengalami sedikit peregangan daripada yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan maksimum.
( Corwin, 2000)
proses biokimiawi otot
otot yang bergerak karena digunakan untuk bekerja memerlukan sejumlah energi. Dalam keadaan anaerob, asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal ini glikogen dalam otot berkurang. Dengna jalan beristirahat rasa lelah hilang, karena adanya O2 yang cukup maka proses kimia dalam siklus asam sitrat akan berjalan dengna baik dan hal ini mengakibatkan berkurangnya asam laktat dalam otot karena diubah kembali menjadi asam piruvat dan sejumlah glikogen disintesis kembali. Dalam otot terdapat juga senyawa berenergi tinggi yaitu kreatinfosfat. Konsentrasi ATP dalam otot hanya sedikit sedangkan konsentrasi kreatinfosfat jauh lebih besar. Oleh karena itu kekurangan ATP dalam otot dapat diimbangi oleh adanya kreatinfosfat.
( Ana, 2006)

kontraksi otot jantung dan otot polos merupakan hasil dari peluncuran molekul aktin dan myosin secara bersama-sama. Filamen protein sebagaimana di otot rangka dalam peluncuran aktin dan myosin memerlukan ATP dan tidak terjadi kekurangan ion kalsium seperti di otot rangka. Tetapi keaslian dari ion kalsim intrasitoplasmik yang membolehkan kontraksi berbeda. Di otot rangka kalsium terpisah di reticulum sarkoplasma. Dimana ini merupakan kontraksi kuat sebagai kelanjutan dari potensial aksi, kalsium dipompa ke dalam reticulum sarkoplasma dan otot dalam keadaan istirahat. Di otot rangka dibutuhkan sedikit ion kalsium ekstraseluler dan reticulum sarkoplasma penting untuk kontraksi kuat. Kedua tipe otot ini berisis reticulum sarkoplasma dengan ion kaslium terpisah, meskipun kurang berkembang baik di otot polos. Dengan kedatangan potensial aksi di sepanjang membrane sel, maka saluran terbuka untuk ion kalsium dan membolehkan pengaliran ion-ion kalsium ekstraseluler.
(anonym, 2007)
Asam laktat
Asam laktat merupakan senyawa kimia yang berperan pada berbagai proses biokimia dengan rumus kimia C3H6O3. selama exercise yang intensive kebutuhan energi tinggi, laktat diproduksi lebih tinggi daripada kemampuan jaringan untuk membuangnya sehingga konsentrasi naik. Peningkatan konsentrasi laktat dapat di atasi dengan mengoksidasi laktat menjadi piruvat pada otot yang berkecukupan O2 sehingga piruvat dapat digunakan secara langsung sebagai precursor pada siklus krebs selain itu laktat dikonversi menjadi glukosa melalui siklus Cori dalam organ hati melalui proses glukoneogenesis..
(aris, 2009)














DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi,ana. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Brown dan Dellman.1992.Buku Teks Histologi Veteriner II.Jakarta : UI-Press
Campbell dkk.2003.Biology jilid 3.Jakarta : Erlangga
Corwin, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. EGC : Yakarta
Ganong, William. 2002. Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press : Yogyakarta
Wildan, Yatim. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Penerbit Transito: Bandung.
http://www.web-books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Skeletal/Skeletal.htm
Aris Haryanto.2009. kuliah Asam Laktat. Yogyakarta
I. Myologi
MUSCULI EXTREMITAS CRANIALIS
Musculi terbagi menjadi 2, yaitu:
• A. Mm. Extrinsik : Mempertautkan kaki depan dengan kepala, leher, dan tubuh.
• B. Mm. Intrinsik : Mempertautkan tulang-tulang pada kaki.
A. Mm. Extrinsik
1.Mm. Pectorales superficialis :
a. pars Descendent (cranialis/Clavicularis).
b. b. Pars Transversa (caudalis/Sterno Costalis)
Origo: sternum
Insertio: Crista humeri, fascia antebrachii.
Fungsi: Mengadduksi kaki depan
2. m. Pectorales profundus (Pars Ascendens = Humeralis = Caudalis & Pars cranialis = Subclavicus=Scapularis.
Origo: sternum.
Insertio: Tuberculum mayor dan minor; fascia Scapularis
Fungsi: Mengadduksi dan menarik ke caudal kaki depan. Carnivora M. Subclavius (-)
3.M. Brachiocephalicus : Cleidobrachialis+ Cleidocephalicus
Origo: Processus mastoideus, Alae atlantis dan processus tranversus C 2,3,4
Insertio: cleidobrachialis (cranial humerus), tuberositas deltoideus, fasciabrachialis
Fungsi: Menarik kaki ke cranial, mendepress kaki ke cranial , menarik kepala dan leher ke lateral.
4.M.Omotransversarius
Origo: Alae Atlantis
Insertio: Spina Scapulae
Fungsi: Mendepres kepala+leher, menggerakkan kaki ke cranial
5.M.Trapezius, terbagi Pars Cervicalis dan Pars Thoracalis
Origo: Dorsal leher + Thorax
Insertio: Spina Scapulae
Fungsi: Mengangkat kaki
6.M.Rhomboideus: Pars Cervicalis dan Pars Thoracalis
Origo: Dorsal leher + Thorax
Insertio: Tepi dorsal Scapulae
Fungsi: Mengangkat kaki
7.M.Serratus Ventralis Pars Cervicalis dan Pars Thoracalis
Origo: Vertebrae Cervicales, Costae
Insertio: Facies Serrata
Fungsi: Mendukung + mengangkat tubuh dengan mendepres scapula
• B. Mm. Intrinsik
• 1. Mm. Lateral Bahu
1.M. Deltoideus (Ruminansia+Anjing: Pars Acromialis + Pars Scapularis)
Origo: Spina + Acromion Scapula
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulohumeralis, Adduksi lengan atas
2.M. Supraspinata
Origo: Fossa Supra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor (Humerus)
Fungsi: menegangkan articulatio scapula humeralis
3.Infraspinata
Origo: Fossa Infra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor
Fungsi: membengkokkan articulatio scapula humeralis, Adduksi lengan atas
4.M. Teres minor
Origo:Tuberculum Infraglenoidale (Scapulae)
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi:membengkokkan articulatio scapulo humeralis, abduksi lengan atas.
• 2. Mm. Medial Bahu
1.M. Sub scapularis
Origo: Fossa Sub Scapularis
Insertio: Eminentia posterior dari Tuberositas Medialis Os Humerus
Fungsi: Mengadduksi kaki (pada art. Scapulohumeralis)
2.M. Teres Mayor
Origo:Tepi Caudal Scapula
Insertio: Tuberositas Teres
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis

3.M. Coracobrachialis (Menyilangi muka medial art.Scapulohumeralis)
Origo: Processus Coracoideus
Insertio: Proksimal, Medial Humerus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis, Anjing: menegangkan Art. Scapulo humeralis
• 3. Mm. Bagian Cranial Brachium
1.M. Bicep Brachii
Origo: Tuber Scapulae
Insertio: Tuberositas Radialis
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti, Menegangkan Art. Scapulohumeralis
2. M. Brachialis
Origo: 1/3 Proksimal muka posterior Humerus
Insertio: Proksimal Radius + Ulna
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti
• 4. Mm. Bagian Caudal Brachium

1.Mm.Triceps brachii ( Caput longum, medial & lateral)
Origo: Tepi caudal Scapula(Longum) , Proksimal Humerus (kedua caput yang lain)
Insertio: Tuber Oleocrani dari Oleocranon
Fungsi: Menegangkan articulatio Cubiti, membengkokkan articulatio Scapulo Humeralis (Longum)

MUSCULI. PADA ETREMITAS CAUDAL
I. Mm. Lateral Hip
II. Mm. Caudal Hip
III. Mm. Caudal Femur
IV. Mm. Medial Femur
V. Mm. Cranial Femur
VI. Mm. Craniolateral Cruris
VII. Mm. Caudal Cruris
VIII. Mm Pes
l I. Musculi Lateral Hip
1.M.Tensor Fascia Latae
Origo: Tuber Coxae
Insertio: Fascia Lata
Fungsi: Membengkokkan art. Coxae, menegangkan art. Genu
2.M.Gluteus Superficialis ( Pada Ruminantia menyatu dengan M. Biceps Femoris : M. Gluteobiceps)
Origo: Tuber Coxae, Fascia Glutea
Insertio: Trochanter Tertius
Fungsi: Abduksi kaki
3.M.Gluteus Medius
Origo: Facies Glutea
Insertio: Trochanter Major
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, Abduksi kaki
4.M. Piriformis ( Hanya pada Anjing) Terletak sebelah dalam + caudomedial M. Gluteus Medius
Origo: Sacrum+ Coccygea 1
Insertio: Trochanter Major
Fungsi: Menegangkan art. Coxae
5. M.Gluteus Profundus
Origo: Spina Ischiadica Superior
Insertio: Trochanter Major
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, Abduksi kaki
l II. Musculi Caudal Hip
1.M.Obturatorius Externus
Origo: Ventral Coxae, sekitar foramen Obturatorium
Insertio: Fossa Trochanterica
Fungsi: Mengadduksi + Rotasi kaki ke lateral
2.M.Obturatorius Internus (Babi+Ruminantia tdk ada)
Origo: Dorsal Coxae, sekitar foramen Obturatorium
Insertio: Fossa Trochanterica
Fungsi: Memutar kaki ke lateral ( Pada Art. Coxae)
3.M.Gamelli
Origo: Bag. Lateral Ischii
Insertio: Fossa Trochanterica
Fungsi: Memutar kaki ke lateral ( Pada Art. Coxae)
4.M. Quadratus Femoris
Origo: Bag. Ventral Ischii
Insertio: Proksimal Femur dekat Fossa Trochanterica
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, adduksi+Rotasi kaki ke lateral
l III. Mm. Caudal Hip
1.M.Biceps Femoris
Origo: Tuber Ischiadicum
Insertio: Patella, Tibia, Tuber Calcis
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, art. Genu + art. Tarsea, Menegangkan art.Genu + Mengabduksi Crus

2. M.Semitendinosus
Origo: Tuber Ischiadicum
Insertio: Tibia + Tuber Calcis
Fungsi: Menegangkan art. Coxae + art. Tarsea, Membengkokkan art.Genu
3.M.Semimembranosus
Origo: Tuber Ischiadicum
Insertio: Femur + Tibia
Fungsi: Menegangkan art. Coxae + gerak bervariasi art.Genu, adduksi kaki
l IV. Medial Femur
1.M.Sartorius
Origo: Os Ilii
Insertio: Medial daerah Genu
Fungsi: Membengkokkan art. Coxae , adduksi kaki. Menegangkan art.Genu ( Anjing)
2. M.Gracilis
Origo: Symphisis Pelvis
Insertio: Bag. Medial regio Genu
Fungsi: adduksi kaki

II. Neurology
Ekstremitas cranial diinervasi oleh oleh pleksus brakhial. Pleksus ini berasal dari saraf – saraf servikal ketiga atau keempat terakhir dan saraf – saraf torasik pertama atau kedua.
Derivasi pleksus brakial :
Kuda : 3 servikal terakhir dan 2 torak pertama
Sapi : 3 servikal terakhir dan 1 torak pertama
Domba : 3 servikal terakhir dan 1 torak pertama
Babi : 3 servikal terakhir dan 1 torak pertama
Anjing : 3 servikal terakhir dan 1 torasik pertama


Saraf
Daerah
Otot yang Diinervasi
Pektoral
Bahu
Pektoral profundal dan superficial
Supraskapula
Bahu
Supraspinata
Infraspinata
Subskapula
Bahu
Subskapularis
Thoraco longus
Bahu
Seratus ventral
Axillaris
Bahu
Teres mayor
Teres minor
Deltoideus
Brachiocephalicus
Thoraco dorsal
Bahu
Latisimus dorsi
Thoraco lateral
Bahu
Kutaneous crunsi
Musculocutaneous
Lengan
Bicep brachii
Coracobrachialis
Brachialis
Mediana
Lengan depan
Fleksor carpi radialis
Fleksor digital superficial
Fleksor digital profundal
Pronator teres
Pronator quadratus
Ulnar
Lengan depan

Digiti
Fleksor carpi ulnaris
Fleksor digiti profunda
Otot jari
Radial
Lengan


Lengan depan
Tricep, medial, lateral (aksesori pada anjing)
Anconeus
Brakhioradialis
Ekstensor carpi radialis
Ekstensor digiti communis
Ekstensor digiti lateral
Ekstensor carpi ulnaris
Abduktor polisis longus
(Frandson, R. D..1992)

PERSARAFAN PADA EKSTREMITAS CAUDAL
Pleksus lumbosakral menginervasi ekstremitas caudal. Pleksus ini terdiri dari saraf – saraf yang berasal dari cabang –cabang ventral saraf – saraf dari beberapa ruas lumbar terakhir serta sakral pertama, kedua dan ketiga.
Derivasi pleksus lumbosakral :
Kuda : 3 lumbal terakhir dan 2 sakral pertama
Sapi : 3 lumbal terakhir dan 2 sakral pertama
Domba : 3 lumbal terakhir dan 2 sakral pertama
Babi : 3 lumbal terakhir dan 1 sakral pertama
Anjing : 5 lumbal terakhir dan 3 sakral
Saraf
Daerah
Otot yang diinervasi
Glutea cranial
Tungging
Gluteus medial
Gluteus profunda
Tensor fascia latae
Glutea caudal
Tungging
Gluteus superficial
Bagian dalam gluteus medial, semitendinosa dan bicep femoris
Femoral
Paha
Sartorius
Quadricep femoris
Rektus femoris
Vastus lateralis
Vastus medialis
Vastus intermedius
Psoas major dan illiacus
Obturator
Paha
Aduktor
Gracilis
Pectineus
Obturator eksterna
Ischiatic
Paha
Semitendinosus
Semimembranosus
Bicep femoris
Obturator interna
Gemelus
Quadratus femoris
Tibialis
Kaki
Gastroknemius
Fleksor digital superficial
Fleksor digital profunda
Popliteus
Tibialis caudal
Peroneus
Kaki
Tibialis cranial
Ekstensor digital longus
Ekstensor digital lateral
Peroneus tertius
Peroneus longus
Peroneus brevis
(Frandson, R. D..1992)
III. Articulatio
v Extremitas cranial
· Art. Scapulo-humeralis
· Art. Cubiti
· Art. Radio-ulnar
o Art. Radio-ulnar proksimal
o Art. Radio-ulnar distal
· Art. Carpi
o Art. Antebrachio-carpi
o Art. Intercarpi
o Art. Carpo-metacarpi
· Art. Intermetacarpi
· Art. Metacarpo-phalangea
· Art. Interphalanges proksimal
· Art. Interphalanges distal (Getty,1975)
v Extremitas caudal
· Art. Sacro-illiaca
· Symphisis pelvis
· Art. Coxae
· Art. Genue
o Art. Femoro-pettelaris
o Art. Femoro-tibialis
· Art. Tibio-fibulare
o Art. Tibio-fibulare proksimal
o Art. Tibio-fibulare distal
· Art. Tarsea
o Art. Tibio tarsea
o Art. Intertarsea
o Art. Tarso metatarsea
· Art. Metatarsea
· Art. Metatarso-phalangeal
· Art. Interphalangeal proksimal
· Art. Interphalangeal distal (Getty,1975)

IV. Neuromuskuler
Sinaps neuromuscular adalah tempat di dalam tubuh dimana axons motor yang memenuhi urat otot, sehingga transmisi pesan dari otak yang menyebabkan otot untuk kontrak dan bersantai. Every organism has thousands of neuromuscular junctions which control the movements of the body and cause the heart to beat. Setiap organisme memiliki ribuan sinaps neuromuscular yang mengontrol pergerakan tubuh.. Sinaps neuromuscular yang hanya merupakan salah satu contoh dari banyak sambungan dibuat antara saraf dan bagian tubuh yang mengakibatkan berhasil berfungsi organisme.
Sinaps terdiri dari presinaps dan postsinaps. Ketika terjadi perambatan potensial aksi ke terminal, kanal Ca pada presinaps akan membuka. Proses ini akan diikuti dengan menempelnya neurotransmitter pada membran neuron, lalu neurotransmitter tersebut dilepaskan ke celah sinaps. Neurotransmitter ada dua macam, yaitu neurotransmitter eksitasi dan inhibisi. Bila neurotransmitter eksitasi yang keluar, akan ditangkap oleh reseptor yang cocok pada postsinaps. Ikatan reseptor dengan neurotransmitter akan mengubah permeabilitas membrane otot sehingga ion Na akan masuk. Terjadilah potensial aksi, yang akan menyebabkan terjadinya depolarisasi. Kejadian selanjutnya adalah akan terbentuk ikatan aksin myosin sehingga otot akan berkontraksi. Sedangkan bila neurotransmitter inhibisi yang keluar, setelah berikatan dengan reseptor, perubahan permeabilitas akan memudahkan ion Cl masuk. Ion Cl mengakibatkan muatan sel menjadi negative, maka terjadilah hiperpolarisasi dan inhibisi (Guyton dan Hall, 1997).

Mekanisme kontrol postur Tubuh
Aktivitas motorik somatik sangat bergantung pada pola dan kecepatan lepas muatan saraf motorik spinalis dan saraf homolog yang terdapat di nukleus motorik saraf kranialis. Saraf ini, yang merupakan jalur terakhir ke otot rangka, yang dibawa oleh impuls dari berbagai jalur. Banyak masukan menuju ke setiap neuron motorik spinalis berasal dari segmen spinal yang sama. Berbagai masukan supra segmental juga bertemu di sel saraf ini, yaitu dari segmen spinal lain, batang otak, dan korteks serebrum. Sebagian masukan ini berakhir langsung ke saraf motorik, tetapi banyak yang efeknya dilanjutkan melalui neuron antara ( interneuron ) atau melalui system saraf efferen γ ke kumparan otot dan kembali melalui serat afferent Ia ke medulla spinalis. Aktifitas terintegrasi dari tingkat spinal, medulla oblongata, otak tengah dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan memungkinkan terjadinya gerakan terkoordinasi.
Masukan-masukan yang bertemu di neuron motorik mengatur tiga fungsi yang berbeda : menimbulkan aktivitas volunter, menyesuaikan postur tubuh untuk menghasilkan landasan yang kuat bagi gerakan, dan mengkoordinasikan kerja berbagai otot agar gerakan yang timbul mulus dan tepat. Pola aktivitas volunter direncanakan di otak, lalu perintahnya dikirim ke otot terutama melalui sistem kortikospinalis dan kortikobulbaris. Postur tubuh secara terus menerus disesuaikan, tidak saja sebelum tetapi juga sewaktu melakukan gerakan oleh sistem pengatur postur. Gerakan diperhalus dan dikoordinasikan oleh serebellum bagian medial dan intermedial (spinoserebellum) dan hubungan-hubungannya. Ganglia basal dan serebelum bagian lateral (neoserebelum) merupakan bagian dari sirkuit umpan balik ke korteks pramotorik dan motorik yang berkaitan dengan peencanaan dan pengaturan gerakan volunter.
Keluaran motorik terdiri atas dua jenis, yaitu refleksif , dan volunter (dikendalikan oleh kemauan). Beberapa pakar membagi lagi respons refleksif dengan respon ritmik seperti menelan, mengunyah, menggaruk dan berjalan, terutama yang bersifat involunter.
Masih banyak yang belum diketahui tentang kontrol gerakan volunter. Untuk menggerakkan sebuah anggota badan, otak harus merencanakan gerakan, menyusun gerakan yang sesuai di berbagai sendi pada saat yang sama, dan menyesuaikan gerakan dengan membandingkan rencana dengan kinerja. Sistem motorik akan bekerja secara maksimal apabila gerakan di ulang-ulang (learning by doing), hal ini melibatkan plastisitas sinaps.
Perintah untuk gerakan volunter berasal dari daerah assosiasi korteks. Gerakan direncanakan di korteks. Gerakan direncanakan di korteks serta di ganglia basal dan bagian lateral dari hemisfer serebelum, yang ditandai oleh peningkatan aktivitas listrik sebelum gerakan. Ganglia basal serta serebelum menyalurkan informasi ke korteks pramotorik dan motorik melalui talamus. Perintah motorik dari korteks motorik sebagian besar dipancarkan melalui traktus kortikospinalis ke medula spinalis dan sebagian lagi melalui traktus kortikobulbaris yang sesuai ke neuron motorik di batang otak. Namun jalur ini dan beberapa hubungan langsung dari korteks motorik berakhir di nukleus-nukleus batang otak dan medula spinalis, dan jalur ini dapat juga memperantarai gerakan volunter. Gerakan menimbulkan perubahan input sensorik dari indra dan otot,tendon,sendi serta kulit. Informasi umpan balik ini, yang menyesuaikan dan mengatur gerakan, dipancarkan secara langsung ke korteks motorik dan ke spinoserebelum. Spinoserebelum akhirnya berproyeksi ke batang otak. Jalur batang otak utama yang berperan dalam postur dan koordinasi adalah traktur rubrospinalis, retikulospinalis, tektospinalis, dan vestibulospinalis serta neuron-neuron di batang otak.
Serat jalur kortikospinalis lateral membentuk piramid di medula oblongata, jalur kortikospinalis itu disebut sebagai aistem piramidalis. Batang otak desendens dan jalur spinal lainnya yang tidak melewati piramida, tapi berperan dalam kontrol postur disebut sistem ekstrapiramidalis.

V. Anatomi tracak kuda

Teracak adalah lapis kornifikasi dari epidermis yang menutupi ujung distal dari jari. Struktur sensitive yang bersangkutan yang melandasi semua struktur insensitive dan pigmentasi lapisan germinasi (sensitive) menentukan warna kuku. Kuku putih didapati dimana rambut pada batas atas kuku juga putih dan kuku gelap berkaitan dengan rambut di daerah ini. Kuku hitam d anggap jauh lebih kuat disbanding dengan kuku yang tag berpigmen(putih).
Struktur insensitive dari kuku mencakup periopel, dinding, bar, lamina, sol, dan frog. Masin-masing dibentuk oleh lapis germinasi dari epidermis yang berdekatan dengan korium yang melandasinya yang disuplai dengan pembuluh darah dan saraf.



DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R. D..1992.Anatomi dan Fisiologi Ternak.Yogyakarta : GMU press
Budiyanto.carko.2008. Anatomi fisiologi neuromuscular
Guyton.1997. Fisiologi Kedokteran.
Anonim. 2009. kuliah Konvensional Extremitas. Yogyakarta