1. struktur jamur dan bakteri
struktur jamur
pada umumnya, sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 um, lebarnya dab panjangnya dari 5 sampai 30um atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas. Khamir tidak dilengkapi flagelum atau organ-organ penggerak lainnya.
Tubuh atau talus, suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian: miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan bebrapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10 um. Di sepanjang setiap hifa tedapat sitoplasma.
Ada tiga macam morfologi hifa:
a. Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat
b. Septat dengan sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nkleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang lainnya.
c. Septat dengan sel multinukleat.
struktur bakteri
(wikipedia, 2009)
struktur di luar dinding sel
a. Flagelum
flagelum menyebabkan motilitas(pergerakan) pada sel bakteri. Flagelum terdiri dari tiga bagian : tubuh dasar, struktur seperti kait dan sehelai filamen panjang di luar dinding sel. Flagelum dibuat dari subunit-subunit protein. Flagela adalah struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat flagela berbentuk seperti tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel dan membran sel untuk membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi. Flagela berbentuk seperti cambuk. Flagela digunakan bakteri sebagai alat gerak. Bentuk yang umum dijumpai meliputi:
Monotrik - Flagela tunggal ditemukan di satu tempat di sekitar sel
Peritrik - Banyak flagela ditemukan di beberapa tempat di sekitar sel
Amfitrik - Banyak flagela ditemukan pada kedua kutub sel
Lofotrik - Flagela ditemukan pada salah satu kutub
(wikipedia,2009)
b. Pilli ( fimbriae)
Fimbria adalah tabung protein yang menonjol dari membran pada banyak spesies dari
Proteobacteria. Fimbria umumnya pendek dan terdapat banyak di seluruh permukaan sel bakteri. Struktur pili mirip dengan fimbria dan ada di permukaan sel bakteri namun tidak banyak. Pili berperan dalam konjugasi bakteri.
c. kapsul
kapsul adalah bagian asesori dari bakteri berfungsi melindungi bakteri dari suhu atau
kondisi lingkungan yang ekstrim
d. dinding sel
Fungsi dinding sel pada prokaryota, adalah melindungi sel dari tekanan turgor yang
disebabkan tingginya konsentrasi protein dan molekul lainnya dalam tubuh sel dibandingkan dengan lingkungan di luarnya. Dinding sel bakteri berbeda dari organisme lain. Dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan yang terletak di luar membran sitoplasmik. Peptidoglikan berperan dalam kekerasan dan memberikan bentuk sel. Ada dua tipe utama bakteri berdasarkan kandungan peptidoglikan dinding selnya yaitu Gram positif dan Gram negatif(anonim b, 2009).
e. membran sitoplasma
f. spora
2. reproduksi jamur
bagian terbesar suatu kapang secara potensila mampu untuk tumbuh dan berkembangbiak. Inokulasi fragmen yang kecil sekali pada medium sudah cukup untuk memulai individu baru. Hal ini diperoleh dengan menanamkan inokulum pada medium segar dengan bantuna jarum transfer, suatu cara yang serupa dengan yang digunakan untuk bakteri.
Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukan spora, dapat pula secara seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya. Pada pembelaha, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya.
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menybarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual.
a. Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.
b. Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus (sporangiofor). Aplanospora ialah sporangiospra nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
c. Oidium atau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d. Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten \terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
e. Blastopsora. Tunas atau kuncup pada sel-sel kamir disebut blastospora.
Spora seksual, yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus terbentuk lebih jarang
terbentuk kemudian dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Ada beberapa tipe spora seksual :
a. Askospora. Spora besel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askopsora di dalam setiap askus.
b. Basidiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
c. Zigospora. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia
d. Oospora. Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dlama anteredium menghasilkan oospora. Dalam setap oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer(Michael, 1986).
3. Penicilium
Sejak pertama kali diteliti oleh Fleming pada tahun 1929 melalui koloni stafilokokus yang terkontaminasi Penisilium, penisilin menjadi antibiotika pertama yang digunakan dalam klinik secara luas. Batas antara dosis terapi dan dosis toksik sangat lebar, sehingga relatif aman dibanding antibiotika yang lain. Penisilin kurang poten terhadap bakteri gram negatif, dan sebagian besar dirusak oleh beta-laktamase (penisilinase). Beta-laktamase biasanya dihasilkan oleh Stafilokokus aureus, beberapa E. coli, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa.
Secara umum penisilin didistribusikan dengan baik ke seluruh bagian tubuh, mencapai kadar terapetik di pleura, peritoneal, abses, dan cairan sinovial. Distribusi ke mata dan otak relatif sedikit, sedangkan kadarnya di urin cukup tinggi. Kadar penisilin di cairan serebrospinal kurang dari 1% dari nilai plasma pada kondisi meninges yang tidak inflamasi, dan kadar ini meningkat hinggga 5% kadar dalam plasma, selama proses inflamasi.
Pengelompokan penisilin
a. Berdasarkan aksinya:
Aktif terhadap Gram (+), dirusak oleh beta-laktamase, misal: penisilin G
Relatif stabil terhadap asam lambung sehingga dapat diberikan dalam bentuk oral, misal: penisilin V, ampisilin, kloksasilin
Aktif terhadap Gram (+), resisten terhadap stafilokokus penghasil beta-laktamase, misal: metisilin, nafsilin
Relatif aktif terhadap Gram (+) & (-), dirusak oleh beta-laktamase, misal: tikarsilin, karbenisilin
b. Berdasarkan spektrum antibakteri:
Narrow spectrum, sensitif terhadap beta-laktamase misal: penisilin G (bensil-penisilin), benzatin penisilin, prokain penisilin, penisilin V (fenoksimetil-penisilin)
Narrow spectrum, resisten terhadap beta-laktamase misal: metisilin, oksasilin, nafsilin, kloksasilin, dikloksasin
Broad spectrum, aminopenisilin misal: ampisilin, amoksisilin
Extended spectrum, antipseudomonas, misal: karbenisilin, tikarsilin, piperasilin
Mekanisme aksi
Penisilin bersifat bakterisidal, dengan efek utama menghambat sintesis dinding sel bakteri yang sedang aktif membelah, sehingga dinding sel menjadi lemah, lisis, dan menyebabkan kematian bakteri
PENISILIN G DAN V
Penisilin G tidak stabil dalam kondisi asam dan secara cepat terhidrolisis di dalam lambung yang berisi makanan. Penisilin yang tidak dapat terabsorpsi ini akan dirusak oleh bakteri dalam colon. Oleh sebab itu penisilin G hanya dapat diberikan per parenteral. Sebaliknya, penisilin V tahan dalam suasana asam dan diabsorpsi dengan baik di lambung, meskipun terdapat makanan di dalamnya.
Setelah pemberian injeksi i.m, kadar puncak penisilin-G dicapai dalam waktu 15-30 menit tetapi segera turun karena obat secara cepat dieliminasi melalui ginjal. Waktu paruh (t 1/2 ) sekitar 30 menit. Penisilin-prokain merupakan campuran equimolar antara penisilin dengan prokain. Dalam bentuk ini kadar puncak tertunda hingga 1-3 jam.
Kadar penisilin-G dalam serum dan jaringan masih tetap ada hingga 12 jam pada pemberian 300.000 unit dan hingga bebeerapa hari pada pemberian 2,4 juta unit.
Benzatin penisilin merupakan kombinasi antara 1 mol penisilin dan 2 mol basa amonium, yang kadarnya masih tetap dapat terdeteksi dalam plasma hingga 15-30 hari.
Penisilin G didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dengan volume distribusi yang ekuivalen dengan yang terdapat dalam cairan ekstraseluler. Sekitar 10% dari penisilin-G dieliminasi melalui filtrasi glomeruler sedangkan yang 90% via sekresi tubuler.
Ekskresi penisilin dapat dicegah oleh adanya probenesid, sehingga dapat memperpanjang waktu paruhnya. Eliminasi renal penisilin (anonym a, 2009)
4. metabolisme jamur dan bakteri
metabolisme jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif(anonim d, 2009).
metabolisme bakteri
Metabolisma didefinisikan sebagai semua reaksi kimia yang terjadi dalam sel.Metabolisma terdiri dari dua proses yang berlawanan yang terja secara simultan.Reaksi tersebut adalah:
1. Sintesis protoplasma dan penggunaan energi yang disebut sebagai Anabolisma.
2. Oksidasi subsstrat diiringi dengan terbentuknya energi disebur dengan Katabolisma.
Melalui proses Oksidasi-reduksi. Oksidasi adalah proses pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas, maka setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksireduksi. Hasil dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi.
Fosforilasi Oksidatif
Pada umumnya reaksi oksidasi secara biologi dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim tersebut mentransfer elektron dan proton yang dibebaskankepada aseptor elektron intermedier seperti NAD+ dan NADP+ untuk dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Fosforilasi oksidasi terjadi pada saat elektron yang mengandung energi tinggi tersebut ditranfer ke dalam serangkain transpor elektron sampai akhirnya di tangkap oleh oksingen atau oksidan anorganik lainnya sehingga oksigen akan tereduksi menjadi H2O.
1. Tranfer elektron menuju oksigen melalui berbagai caier seperti flavoprotein,quinon maupun citekrom.
2. Adanya tranfer elektron ini mengakibatkan aliran proton (H+)dari sitoplasma ke luar sel. Jadi arah aliran adalah dari dalam ke luar. Hal ini akan menimbulkan peredaan konsentrasi proton atau dikenal dengan gradien pH.
3. PH pada umunnya 7,5. Gradien pH terjadi jika pH di luar sel lebih kecil dari 7,5. Selanjutnya gradien pH bersama dengan potensial membenukprotonmotive force.Kekuatan (protonmotive force) inilah yang menarikproton dari luar sel kembali ke dalam sel. Bersamaan dengan masuknyakembali proton tadi terbentuk energi yang digunakan untuk berbagai aktifitas sel.
4. Para menbran terdapat enzim spesifik disebut dengan ATPase. Energiyang di sebabkan pada saat masuknya kembali proton tadi akandigunakan oleh ATPase untuk forforilasi ADP menjadi ATP. Energi ini disimpan dalam bentuk ikatan fosfat yang selanjutnya dapat di gunakanuntuk aktifitas sel. Reaksinya adalah:
Adenosin -P ~ P + Pi. ……energi…… Adenosin- P~ P~ P
Fotosintesis ada 2 macam
1. Fotosintesis tipe Cynobacteria. Fotosintesis tipe ini sama dengan fotosintesis yang terjadi pada tanaman tingkat tinggi dengan keseluruhan reaksi adalah.
CO2 + 2H2O ……sinar matahari…… H2O + [ CH2o ]n + O2 klorofil dimana pada sistem fotosintesis ini terdapat 2 fotosistem yaitu fotosistem (PS) Idan II. Aliran elektron dari PS II ke PS I selanjutnya mengubah NADP+ menjadi NADPH. Aliran eletktron yang demikian dikatakan noncyelic phosphorilation.
2. Fotosintesis tipe Noncyanobacteria.
Kelompok bakteri ini tidak memiliki fotosistim II untuk menfotolisis H2O. Dengan demi kian bakteri ini tidak pernah menggunakan air sebagai reduktan sehingga oksigen tidak pernah di hasilkan dari fotosintesis. Fotosintesis yang demikian berlangsung dalam keadaan anaerob, sehingga dikenal dengan fotosintesis anaerob. Jadi organisma ini memerlukan suplai senyawa organik sebagai donor hidrogennya Berdasarkan tipe pada reduktan dan pigmen fotosintesisnya kelompok bakteri inidapat di bagi menjadi 3 family yaitu Chlorobiceae,Ceomaticeae, dan rhodospirillaceae.
1. Chlorobiceae.
Disebut juga dengan green-sulfur bacteria. Bacteri ini juga di gunakan hidrogen dan beberapa senyawa mengandung sulfat sebagai reduktanya.
2. Chromaticeae.
Pada prinsipnya sama dengan Chomaticeae tetapi pigmen yang dimilikinya tidak hijau melainkan merah- jingga disebut dengan purle- surful- bacteria.
3. Rhodospirillaceae.
Bakteri ini menggunakan hidrogen dan berbagai senyawa organik sebagai reduktan . contoh: Rhodospirillum, Rhodopseudomonas.Chemotrofik atau Autotrofik Organisme
Seperti halnya organisme fotosintetik, kelompok bacteri ini menggunakan CO2 sebagai sumber korban. Akan tetapi untuk mengubah CO2 menjadi material sel diperlukan energi dan NADPH. Pada bakteri fotosintetik energi dan NADPH ini diperoleh dari sinar matahari, akan tetapi pada organisma kemoutotrofdiperoleh dari oksidasi senyawa kimia. Jadi proses pengangkapan energi sama dengan yang terjadi pada fosforilasi oksidatif dimana elektron yang dihasilkan dari oksodasi sulfut, amino dan lain-lain di transfer melalui serangkaian stanspor elektron yang menyebabkan keluarnya proton dari sel. Potensial pH yang terjadi dikonversi didalam ikatan fosfat yang mengandung energi yang tinggi dada saat proton tersebut masuk kembali kembali kedalam sel melalui chanel proton. Setelah ATP termasuk, pola biosintesis dalam sel analog dengan organisme fotosintesis.
METABOLISMA HETEROTROF
Sebagian besar bakteri kehilangan kemampuan untuk mensintesis protoplasma dari senyawa-senyawa anorganik sehingga bergantung sepenuhnya pada senyawa organik sehingga sebagai makanannya. Organisme yang demikian disebut dengan heterotrof yang artinya ‘ nourish by other, atau makanan disediakan oleh organisme lain, dan tipe nutrisinya di sebut heterotrofik. Akan tetapi perlu diingat bahwa batasan ini sebenarnya tidak begitu tegas. Dan adabeberapa mikroorganisma heterotrof membutuhkan senyawa organik lebih banyak di bandingkan dengan organisme lain. Berdasarkan sumber korban dan energinya, mikroorganisme dikelompokkan sebagai berikut
Fermentasi adalah proses yang berlangsung adalam keadaan anaaerob, dimana dalam proses ini tidak melibatkan serangkaian transfer elektron yang dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam membran sel. Dalam hal ini elektron dan proton distranfer langsung dari senyawa yang oksidasi menuju senyawa organik intermediet yang lain yang akhirnya membentuk produk fermentasi yang stabil. Oleh karena itu pada proses fermentasi terjadi akumulasi produk yang organisme tidak mampu mengoksidasi oleh lanjut.
FERMENTASI
Selama fermentasi produk intermediet yang terbentuk dari katabolisme senyawa organik seperti glukosa berperan sebagai aseptor elektron terakhir menyebabkan terbentuknya senyawa produk akhir fermentasi yang stabil. Sebagai contoh, pada umumnya mikroorganisme mengubah guka menjadi asam piruvat. Dalam hal ini juga membentuk NHDA dan harus melepaskan elektronnya kepada aseptor jika organisme melakukan metabolisme lebih lanjut. Hal ini dipenuhi dengan cara menggunakan asam pirauvat atau beberapa produk dari asam piruvat sebagai aseptor elekktron terakhir. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah : dengan tidak adanya transfor ewlektron selqma permentasi ikatan fosfat berenergi tinggi tidak terbentuk melalui fosfolirasi oksidatif melainkan proses yang disebut dengan fosfolirasi subsrat. Dalam hal ini senyawa intermediate diokasidasi, energi yang dilepaskan dikonversi langsung kedalam ikatan yang mengandung energi tinggi.
1. Fermentasi Asam homolaktat
2. Fermentasi Alkohol
3. Fermentasi Asam Campuran
4. Fermentasi butylen-glikol
5. Fermentasi Asam propionat
6. Fermentasi Asam Butirat, butanol, dan aseton
Nitrat Reduser
Kebanyakan mikroorganisma yang dapat menggunakan nitrat sebagai aseptor elektron terakhir adapat dikatakan sebagai fakultatif. Jadi dalam keadan anaerob dapat menggunakan nitrat jika tersedia. Jika tidak, mikroorganisma akan melakukan metabolisma aerob ataupun permetasi. Kelompok bakteri ini antara lain; Escherichia, Enterobakter, Bacillus, Pseudomonas, Mikrocoocus dan Rhizobium..mikroorganisam tersebut nmereduksi nikrat menjadi nitrogen bebas.
2NO3- + 12 e- + 12 H + …………..N2 + 6 H2 0
Proses in disebut dengan Denitrifkasi yang merupakan masalah serius bagi pertaniankarena menyebabkan hilangnya nitrat dari tanah. Akan tetapi proses tersebutsanyat bermanfaat untuk mengambil nitrogen dari lembah tinja atau lembah yang
lain.
5. obat antijamur dan antibakteri
OBAT ANTIJAMUR
A. amphotericin B
antibiotik poplyene utama adalah Amphotericin B, yaitu suatu metabolit streptomyces.
Amphotericin B adalah obat yang paling efektif untuk mikosis sistemik berat. Ia memiliki spektrum yang luas, dan perkembangan resistemsinya jarang. Mekanisme kerja polyene melibatkan pembentukan komplek-komplek dengan ergosterol dalam membran sel jamur, yang menimbulkan kerusakan dan kebocoran membran. Amphotericin B mempunyai afinitas yang lebih besar untuk ergosterol daripada kholesterol, yang merupakan sterol dominan pada membran sel mamalia. Penyelubungan Amphotericcin B dalam liposom dan emulsi lipid menunjukan keampuhan eksperimental yang luar biasa dan bebrapa hasil yang sangat baik dalam penelitian klinis. Formulasi-formulasi ini kini tersedia dan bisa menggantikan sediaan konvensional. Sediaan lipid tidak begitu toksik dan memungkinkan konsentrasi Amphotericin B yang lebih tinggi untuk digunakan.
Mekanisme kerja
Amphotericin B diberikan secara intravena sebagai persenyawaan dengan natrium deoxycholat yang dilarutkan dalam larutan dekstrose. Walaupun obat ini disebarluaskan dalam jaringan, penetrasinya ke cairan spinal buruk. Amphotericin B berikatan erat dengan ergosterol dalam membran sel. Interaksi ini merubah keenceran membran dan mungkin menimbulkan pori-pori pada membran, dimana melalui pori ini ion-ion dan molekul kecil lepas. Tidak seperti antijamur lain, Amphotericin B bersifat mematikan sel. Sel-sel mamalia miskin ergosterol dan realtif resisten terhadap aktivitas ini. Amphotericin B berikatan lemah dengan kholesterol dalam membran mamalia dan interaksi ini bisa menjelaskan tentang toksisitasnya. Pada kadar yang rendah, amphotericin B mempunyai efek imunostimolator(Jawetz, 2005).
B. Flucytosine
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah derivat cystosine terfluorisasi. Ia adalah
campuran antijamur oral yang biasanya digunakan bersamaan dengan Amphotericin B untuk mengobati cyptococcosis atau candidiasi. Ia juga efektif terhadap banyak infeksi jamur dematiaceous. Ia menembus ke dalam semua jaringan dengan baik termasuk cairan spinal.
Mekanisme kerja
Flucytosine secara langsung ditranspor ke dlam sel-sel jamur melalui suatu permease.
Ia diubah oleh suatu enzim jamur cystosine deaminase menjadi 5-fluorouracil dan bergabung menjadi 5-fluorodexyuridilic acid monophosphatease, yang mengganggu aktivitas sintetase thymidilate dan sintesis DNA. Sel-sel mamalia tidak mempunyai cystosine deaminase sehingga terlindung dari efek toksik fluorouracil. Beradampak pada mutan-mutan resisten cepat muncul, membatasi pemakaian flucytosine(Jawetz, 2005).
C. Azol-azol
imidazol antijamur (misalnya ketocozanol ) dan triazol (flucozanol dan itracozanol)
hádala obat-obatan yang digunakan untuk mengobati spektrum infeksi jamur yang luas, yang terlokalisir dan sistemik. Indikasi untuk pemakainya tetap dalam evaluasi, tetapi mereka telah menggantikan Amphotericin B dalam banyak mikosis yang tidak begitu parah karena mereka dapat diberikan secara oral dan tidak begitu toksik
Mekanisme kerja
Azol-azol menggangu síntesis ergosterol. Mereka memblokir dementasi -14 alpha- yang tergantung pada cytochrome P450 dari lanosterol, yang merupakan precursor ergosterol dalam Namur dan colesterol dalam tubuh mamalia. Tetapi cytochrome P450 jamur hampir 100-1000 kali lipat lebih sensitif tehadap azol-azol daripada sistem mamalia(Jawetz, 2005).
D. Grisefulvin
Grisefulvin hádala antibiótica yang diberikan secara oral yang berasal dari spesies
Penicilium. Ia bisa digunakan untuk mengobati dermatofitosis dan harus digunakan dalam jangka panjang. Grisefulvin kurang baik d absorspsi dan terkonsentrasi dalam startum korneum, dimana menghambat pertumbuhan hifa. Tidak berefek untuk Namur lain.
Setelah pemberian secara oral, griselfulvin disebarkan ke seluruh tubuh tetapi terakumulasi dalam jeringan berkeratin. Dalam Namur, grisefulvin berinteraksi dengan mikrotubulus dan mematahkan gelondong mikotik, menyebabkan penghambatan pertumbuhan. Hanya hifa yang tumbuh dengan aktif yang terpengaruh. Grisefulvin secara klinis berguna untuk pengobatan infeksi dermatofit pada kulit, rambut dan kuku.
(Jawetz, 2005)
E. Terbinafin
Terbinafin hádala statu obat allylamin, ia memblokir síntesis ergosterol melalui
penghambatan epoxide squalene. Terbinafin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi dermatofit (Jawetz, 2005).
ANTIBAKTERI
a. VANKOMISIN, TEIKOPLANIN, BASITRASIN
Vankomisin dan basitrasin juga termasuk penghambat sintesis dinding sel bakteri. Vankomisin merupakan antibiotika glikopeptida dengan berat molekul 1450. Vankomisin menghambat sintesis dinding sel bakteria dengan cara terikat pada bagian akhir karboksil bebas dari pentapeptida.
Teikoplanin merupakan produk dari Actinoplanus teichomyceticus. Mekanisme kerjanya menghambat polimerisasi peptidoglikan melalui interaksinya dengan akhiran d-Ala-d-Ala dari muramilpentapeptida.
Farmakokinetika
Vankomisin tidak diabsorpsi melalui traktus gastrointestinal dan bersifat iritatif pada pemberian i.m. Oleh sebab itu cara pemberiannya adalah melalui injeksi i.v. Vankomisin dapat mencapai berbagai cairan tubuh termasuk empedu, pleura, perikardium, periteneum dan sinovia serta menembus meninges jika dalam keadaan inflamasi.
Vankomisin tidak dimetabolisme tetapi dieliminasi melalui filtrasi glomeruler. Sekitar 90% dari obat dieliminasi melalui urin. Oleh sebab itu penyesuaian dosis perlu dilakukan pada penerita yang mengalami penurunan fungsi ginjal, yaitu didasarkan pada klirens kreatinin.
Teikoplanin dapat diberikan secara i.m atau per oral, memiliki waktu paruh yang panjang, yaitu 50-100 jam. Sama halnya dengan vankomisin, teokoplanin juga mencapai berbagai cairan tubuh, tetapi untuk mencapai kadar tunak (steady state) diperlukan dosis pembebanan yang besar. Untuk menghindari efek toksiknya maka pemberian vankomisin dan teikoplanin harus selalu dimonitor.
Basitrasin tidak dapat diberikan per parenteral karena terlalu toksik dan hanya dapat diberikan secara topikal.
Penggunaan
Vankomisin dan teikoplanin hanya dianjurkan untuk infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh stafilokokus pada penderita yang tidak tahan terhadap penisilin. Kedua obat ini juga cocok pada infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Infeksi yang memberi respon baik dengan vankomisin antara lain adalah pneumonia, endokarditis, emfisema, osteomyelitis dan luka infeksi. Pemberian per oral hanya dianjurkan untuk enterokolitis pseudomembranosa, terutama yang disebabkan oleh Clostridium difficile. Karena terapi i.v untuk C. difficile tidak adekuat maka pada pasien yang tidak bisa minum obat per oral dianjurkan untuk diberikan metronidazol i.v.
( anonim a, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym a, 2009.http://ifrsudcurup.wordpress.com/2009/06/25/anti-mikroba/
2. Anonym b, 2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_sel_bakteri
3. Anonym c, 2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
4. anonym d, 2009. metabolisme jamur. http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0024%20Bio%201-5a.htm
5. Dwijosaputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta :Djambatan
6. Jawets, Melnick. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :Salemba Medika
7. Michael, JP. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press
Rabu, 16 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar