Jumat, 06 November 2009

Pewarisan materi genetik pada mitosis dan miosis
Proses siklus sel dan mitosis akan digambarkan secara ringkas di bawah ini


Gambar 2. Fase M (faculty.uca.edu)
Meiosis
1. Gamet yang bersifat haploid (n) tapi berasal dari sebuah sel induk diploid (2n). Berhubung dengan itu, pembentukan gamet harus didahului dengan pembelahan reduksi dari jumlah kromosom dan pembelahan ini lazim disebut sebagai meiosis (Suryo,2005)
2. Proses meiosis terdiri dari 2 pembelahan sel secara berurutan dengan satu duplikasi kromosomnya saja. Masing-masing dari kedua pembelahan meiotik itu dapat dipisahkan menjadi fase-fase yang serupa dengan fase-fase mitosis. Akan tetapi terdapat perbedaan-perbedaan penting pada perilaku kromosomnya dalam pembelahan yang pertama (Kimball,1999).
a. Meiosis 1
1) Profase 1
a) Leptoten
Ketika kromosom mula-mula mulai nampak, setiap homolog kelihatannya memiliki struktur tunggal, namun seperti halnya mitosis, kebanyakan DNA selnya berganda selama fase S yang mendahului profase 1. Jadi kita harus berkesimpulan bahwa sebenarnya struktur itu sudah berganda (Kimball,1999)
b) Zigoten
Setiap kromosom dalam sel itu berpasangan dengan homolognya menurut panjangnya. Homolog yang berpasangan itu disebut bivalen (Kimball,1999)
c) Pakiten
Fase pakiten diwakili oleh gambar berikut

Gambar 3. Tahapan-tahapan dari meiosis. (a) Pre-meiotic interphase. (b) Leptotene. (c) Zygotene. (d) Pachytene. (e) Diplotene/ diakinesis. (f) Metaphase I. (g) Anaphase I. (h) Metaphase II. (i) Anaphase II. (j) Telophase II (content.answers.com)
d) Diploten
Setiap bivalen mengandung 4 utasan kromatid. Titik tempel antara 2 kromatid yang tidak berasal dari kromosom yang ssama disebut kiasma.Pada kiasma, kromatid tidak seasal telah bertukar segmen-segmen. Proses ini disebut alih silang. Proses ini bersifat berbalasan. Lokasi dan jumlah kiasma beragam pada berbagai kromosom dan bermacam-macam sel. Pada fase ini, kedua homolog mulai saling menjauh (Kimball,1999)
e) Diakinesis
Di sini struktur tetrad betul-betul terlihat. Nukleolinya menghilang, membrane nucleus terdisintegrasi menjadi vesikel, dan benang-benang spindle mulai terlihat (content.answer.com)

Gambar 4. Kiasma (carolguze.com)
2) Metafase 1
Bivalen –bivalen menempatkan diri di bidang tengah dari sel secara acakan (Suryo,2005).
3) Anafase 1 dan telofase 1
Dengan dimulainya anafaase 1, kedua sentromer setiap bivalen berpindah ke kutubnya masing-masing. Hal ini memisahkan bivalen tersebut. Pada anafase ini, tidak terjadi pemisahan sentromer tapi terjadi pemisahan kromosom homolognya. Jadi pada telofase dihasilkan dua sel anakan yang masing-masing hanya mempunyai satu anggota dari setiap pasangan homolog kromosomnya yang terdapat pada sel asalnya (kimball,1999)
b. Interkinesis
Waktu yang pendek antara meiosis 1 dan meiosis 2 (Suryo,2005)
c. Meiosis 2
1) Profase II
Serabut serabut gelendong terbentuk lagi (Suryo,2005)
2) Metafase II
Sentromer – sentromer menempatkan diri di tengah sel (Suryo,2005)


3) Anafase II
Sentromer dari tiap kromosom membelah, kromatid-kromatid memisahkan diri dan bergerak ke kutub yang berlawanan dan merupakan kromosom (Suryo,2005)
4) Telofase II
Berlangsunglah sitokinese lagi, diikuti dengan terbentuknya dinding inti. Jadi pada meiose, maka sebuah sel induk diploid akhirnya menghasilkan empat sel anakan masing – masing haploid (Suryo,2005)
Mitosis
Diawali aktivasi MPF (Mitosis Promoting Factor) yang memicu proses fosforilasi protein yang diakhiri dengan defosforilasi
Fosforilasi menyebabkan perubahan morfologi sel seperti pemampatan kromatin menjadi kromatid untuk kemudian 2 kromatid bersatu menjadi kromosom, menghilangnya selubung nukleus dan perubahan organisasi sitoskelet.
Perubahan organisasi sitoskelet diawali dengan terduplikasinya sentrosoma jadi 2 kutub pembelahan mitotik dan inti sentrosoma akan memancarkan mikrotubula aster. Mikrotubula ini berperan dalam mengatur letak kromosom selama proses pembelahan
Profase
a. Sentrosoma memancarkan mikrotubula aster yang makin lama makin memanjang dan kedua sentrosoma akan saling bergerak menjauh
b. Benang-benang kromatin menduplikasi diri dan berkondensasi menjadi kromatid. Dua kromatid diikat jadi satu di daerah sentromer menjadi kromosom. Sentromer diikat kinetokor dan kinetokor diikat mikrotubula kinetokor. Selubung inti pecah terurai menjadi komponen-komponen penyusunnya yang kemudian larut di sekitar sel yang membelah
Prometafase
c. Selubung inti pecah sehingga mikrotubula bisa memasuki daerah inti
d. Akhir prometafase ditandai dengan bergeraknya kromosom ke bidang ekuator pembelahan


Metafase
e. Terjadi pengaturan letak dan arah kromosom oleh mikrotubula kinetokor sehingga setiap kromosom menghadap kutub masing-masing
f. Mikrotubula kinetokor menggerakkan kromosom ke bidang ekuator. Kromosom tertata di bidang ekuator
Anafase
g. Terbelahnya kromosom jadi 2 kromatida dimana masing-masing dengan sebuah kinetokor
h. Kromatida tersebut akan bergerak ke arah kutub pembelahan masing-masing karena memendeknya mikrotubula kinetokor secara tiba-tiba. Di fase ini kutub mitosis akan saling menjauh
i. Setelah kromatida-kromatida berkumpul di kutub pembelahan masing-masing, kariokinesis memasuki tahap telofase
Telofase
j. Terakitnya kembali selubung nukleus di sekeliling tiap kelompok kromosom baru
k. Mikrotubula kinetokor menghilang. Mikrotubula kutub masih ada dan memanjang
Sitokinesis
l. Proses pembelahan sitoplasma yang ditandai dengan pelekukan pada sel. Pelekukan terjadi di tengah bidang pembelahan karena aktivitas cincin kontraktil
m. Pelekukan menyebabkan mikrotubula kutub tumpang tindih. Mikrotubula kutub yang saling tumpang tindih membentuk mid body (berfungsi sebagai tambatan 2 sel anakan)
n. Setelah pelekukan pada tengah bidang pembelahan sempurna, cincin kontraktil akhirnya menghilang (terurai menjadi komponen penyusunnya)
o. Selubung inti dan nukleolus terbentuk lengkap



Perbandingan antara mitosis dan miosis

Mitosis Miosis
Terjadi pada hampir semua sel somatis Hanya terjadi pada sel generatif, yaitu dlam alat pembiakan generatif
Hanya berlangsung satu kali saja selama satu daur Berlangsung dalam dua tingkat selama satu daur, yang disebut meiosis I dan II
Merupakan pembelahan yang memisahkan kromatid serupa (sister chromatid) Pada meiosis I terjadi pembelahan reduksi yang memisahkan kromosom homolog dalam anafase I, sedang pemisahan kromatid serupa berlangsung selama meiosis II
Kromosom tidak berpasangan. Biasanya tidak berbentuk kiasmata, sehingga tidak terjadi pertukaran sifat-sifat genetik Kromosom-kromosom homolog berpasangan, dan biasanya terbentuk kiasmata sehingga ada pertukaran sifat-sifat genetik
Dari satu sel diploid dihasilkan dua sel anakan yang masing-masing tetap diploid. Jumlah kromosom anakan sama dengan kromosom indukan Dari satu induk yang diploid dihasilkan empat sel anakan yang masing-masing haploid. Jumlah kromosom sel anakan separoh dari jumlah kromosom sel induk
Hasil mitosis dapat mengalami mitosis lagi Hasil miosis tidak dapat mengalami meisosi lagi, tetapi dapat mengalami mitosis.

Pindah Silang

Selama berlangsung sinapsis dalam gametogenesis, kromosom-kromosom suatu pasangan homolog itu berkontak erat sekali. Dalam kontak tersebut gen-gen alelomorf dapat ditranslokasikan, yaitu gen-gen untuk karakter-karakter alternative berganti tempat melalui beberapa macam jalan. Peristiwa ini kemungkinan terpuntirnya kromosom –kromosom satu terhadap yang lain ketika berlangsung sinapsis. Hasil akhirnya adalah karakter-karakter tertentu yang telah terjadi bersama-sama(linked) mungkin kadang terpisah lagi. Jika pemisahan suatu kromosom lebih panjang dari semestinya akan memungkinkan terjadinya pindah silang(crossing over) yang lebih besar.(Brotowidjoyo, 1989).


Perkawinan antara jumlah kromosom yang berbeda

Euploida
Euploidi ialah keadaan bahwa jumlah kromosom yang dimiliki oleh sesuatu makhluk merupakan kelipatan dari kromosom dasarnya (kromosom haploidnya).

Tipe euploid Jumlah genom Komplomen kromosom
Monoploid N A B C
Diploid 2n AA BB CC
Poliploid >2n
Triploid 3n AAA BBB CCC
Tetraploid 4n AAAA BBBB CCCC
Pentaploid 5n AAAAA BBBBB CCCC
Heksaploid 6n AAAAAA BBBBB CCCC
Monoploid
Individu monoploid hanya mempunyai satu genom, yaitu hanya ada satu homolog untuk setiap kromosom
Poliploid
Poliploidi adalah keadaan bahwa individu memiliki lebih dari dua genom. Salah satu sebab mengapa pada hewan amat jarang didapatkan poliploidi ialah karena hewan memiliki kromosom kelamin sehingga poloploidi akan menyebabkan terjadinya kelainan pada keseimbangan seks. Demikian pula pada manusia, yang biasanya mengalami keguguran.
Kemungkinan terjadinya poliploidi pada tumbuhan ialah,
1. Poloploidi terjadi di dalam alam.
Kelipatan somatis. Sel kadang-kadang mengalami pemisahan yang tak teratur selama mitosis sehingga menghasilkan sel-sel meristematik, yang menyebabkan kelipatan jumlah kromosomnya tetap berada dalam generasi baru dari tanaman itu.
Sel sel reproduktif dapat mengalami reduksi yang tak teratur atau mengalami pembelahan sel yang tak teratur sehingga kromosom nya tidak memisah secara sempurna ke kutub-kutub sel diwaktu anafase.
2. poliploidi secara induksi (suryo, 2005)
Tipe-tipe Poliploidi
a. tanaman autopoliploidi, yaitu apabila genom yang sama mengalami kelipatan, misalnya (n1+n1)
b. tanaman allopoliploidi, yaitu apabila genom-genom yang berbeda berkumpul melalui hibridisasi (misalnya m1+m1) (suryo, 2005)

Mutasi
Macam-macam
Mutasi Dapat Terjadi Pada Tingkat DNA. Gen, dan Kromosom.     Mutasi adalah peristiwa perubahan genetik (gen ataukromosom) dari suatu individu yang bersifat menurun.
a. Mutasi Gen
Antara timin dan adenine atau antara guanin dan sitosin dihubungkan oleh ikatan hidrogen yang lemah " Atom-atom hidrogen dapat berpindah dari satu posisi ke posisi lain pada purin atau pirimidin. Perubahan kimia sedemikian disebut perubahan tautomer. Misalnya, secara tidak normal, adenin berpasangan dengan sitosin dan timin dengan guanin. peristiwa perubahan genetic seperti ini disebut mutasi gen karena hanya terjadi di dalam gen. Mutasi gen disebut juga mutasi titik (point mutation). Mutasi gen dapat terjadi karena substitusi basa N.
Macam-macam mutasi gen antara rain:
1. Mutasi tak bermakna (nonsense mutatton); terjadi perubahan kodon (triplet) dari kode basa N asam amino tetapi tidak mengakibatkan kesalahan pembentukan protein. Misalnya, uuu diganti uus yang sama -sama kode fenilalanin.
2. Mutasi ganda tiga (triplet mutations); terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan tiga basa secara bersama - sama.
3. Mutasi bingkai (frarneshift mutattons); terjadi karena adanya penambahan sekaligus pengurangan satu atau beberapa pasangan basa secara bersama - sama.

b. Mutasi Kromosom
Istilah mutasi pada umumnya digunakan untuk perubahan gen, sedangkan perubahan kromosom yang dapat diamati dikenal sebagai variasi kromosom atau aberasi. Kita akan membahas mutasi kromosom atau mutasi besar atau yang pada prinsipnya digolongkan rnenjadi dua, yaitu.
1. Mutasi kromosom tejadi karena peruhahan jumlah kromosom
mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid) meiibatkan kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid, sedang yang hanva terjadi pada salah satu kromosom dari genorn disebu aneuploid.
a) Euploid
eu = benar; ploid = unit)
Makhluk hidup yang terjadi dari perkembangbiakan secara kawin , pada umumnya bersifat diploid, memiliki 2 perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya (2n kromosom).
Organisme yang kehilangan I set kromosomnya disebut monoploid. Organisme monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya.
sel kelamin (gamet), yaitu sel telur (ovum) dan spermatozoon, masing – masing memiliki satu perangkat kromosom. Satu genom (n kromosom) yang disebut haploid. sedang organisme yang memiliki lebih dari dua genom disebut poliploid, misalnya: triploid (3n kromosom): tetraploid (4n kromosom); heksaploid( 6n kromosom). Poliploid yang terjadi pada tumbuhan misalnya pada apel, dan tebu. poliploid pada hewan misalnya pada Daphnia, Rana esculenta, dan Ascaris.
Macam poliploid ada dua, yaitu otopoliploid, terjadi pada krornosom homolog, misalnya semangka tak berbiji; dan alopoIiploid, terjadi pada kromosom non homolog, misalnya Rhaphanobrassica (akar seperti
kol, daun mirip lobak).

b) Aneuploid
   (an = tidak; eu = benar; Ploid = Unit)
Mutasi kromosom ini tidak melibatkan seluruh genom yang berubah,rnelainkan hanya terjadi pada salah satu kromosom dari genom. Disebut juga dengan istilah aneusomik.
Macam-macam aneusomik antara lain sebagai berikut:

1) monosomik (2n-1); yaitu mutasi karena kekurangan satu kromosom
2) nullisomik (2n-2); yaitu mutasi karena kekurangan dua kromosom
3) trisomik (2n + 1); yaitu mutasi karena kelebihan satu kromosom
4) tetrasomik (2n * 2); yaitu mutasi karena kelebihan dua kromosom.
2. Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom disebut juga dengan istilah aberasi.
Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
    a) Delesi atau defisiensi adalah mutasi karena kekurangan segmen kromosom.      
Macam-macam delesi antara lain:
1) Delesi terminal; ialah delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.
2) Delesi intertitial; ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom
3) Delesi cincin; ialah delesi yang kehilangan segmen kromosom sehingga berbentuk lingkaran seperti cincin.
4) Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom lainnya. Hal ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.
    b) Duplikasi adalah mutasi karena kelebihan segmen kromosom. Peristiwa patahnya suatu bagian dari kromosom dan menempel pada bagian kromosom homolognya sehingga kromosom homolognya mengalami kelebihan gen. Contoh kasus adalah mata drosophila yang makin mengecil setelah mengalami duplikasi
Contoh skematis:
                                      

c. Translokasi.
Translokasi ialah mutasi yang mengalami pertukaran segmen kromosom ke kromosom non homolog.
Macam-macam translokasi antara lain:
l. Translokasi homozigot (resiprok)
Translokasi homo zigot ialah translokasi yang mengalami pertukaran segmen kedua kromosom homolog dengan segmen kedua kromosom non homolog.
2. Translokasi heterozigot (non resiprok)
Translokasi heterozigot ialah translokasi yang hanya mengalami pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom nonhomolog.
3. Translokasi Robertson
Translokasi Robertson ialah translokasi yang terjadi karena penggabungan dua kromosom akrosentrik menjadi satu kromosom metasentrik, maka disebut juga fusion (penggabungan)
d. Inversi
Inversi ialah mutasi yang mengalami perubahan letak gen-gen, karena selama meiosis kromosom terpilin dan terjadi kiasma.
lihat gambar berikut!
Macam-macam inversi antara lain:
1 . Inversi parasentrik; teriadi pada kromosom yang tidak bersentromer.
2. lnversi perisentrik; terjadi pada kromosom yang bersentromer.


mutasi kromosom (elearning.unej.ac.id)
e. Isokromosom
lsokromosom ialah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu menduplikasikan diri, pembelahan sentromernya mengalami perubahan arah pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing – masing berlengan identik (sama).
Dilihat dari pembelahan sentromer maka isokromosom disebut juga fision, jadi peristiwanya berlawanan dengan translokasi Robertson (fusion) yang mengalami penggabungan.
f. Katenasi
Katenasi ialah mutasi kromosom yang terjadi pada dua kromosom non homolog yang pada waktu membelah menjadi empat kromosom, salinq bertemu ujung-ujungnya sehingga membentuk lingkaran
3. Mutasi Dapat Terjadi Secara Alami dan Buatan
a. Menurut tipe sel atau macam sel yang mengalami mutasi
1. Mutasi somat[s yaitu mutasi yang terjadi pada sel-sel tubuh atau sel soma. Mutasi somatis kurang mempunyai arti genetis.
2. Mutasl germina yaitu mutasi yang terjadi pada sel kelamin (gamet), sehingga dapat diturunkan.
b. Menurut sifat genetiknya
1. Mutasi dominan, terlihat pengaruhnya dalam keadaan heterozigot
2. Mutasi resesif, pada orqanisme diploid tidak akan diketahui selama dalam keadaan heterozigot, kecuali resesif pautan seks. Namun pada organism haploid (monoploid) seperti virus dan bakteri, pengaruh mutasi dominan dan juga resesif dapat dilihat pada fenotipe virus dan bakteri tersebut.
c. Menurut arah mutasinya
1. Mutasi maju atau forward mutations, yaitu mutasi dari fenotipe normal meniadi abnormal.
2. Mutasi balik atau back mutations, yaitu peristiwa mutasi yang dapat mengembalikan dari fenotipe tidak normal menjadi fenotipe normal.
d. Menurut kejadiannya
1. Mutasi alam atau mutasi spontan, yaitu mutasi yang penyebabnya tidak diketahui. Mutasi ini terjadi di alam secara spontan (alami), secara kebetulan dan jarang terjadi. Contoh mutagen alam adalah sinar kosmis, radio aktif alam, dan sinar ultraviolet.
2. Mutasi buatan, yaitu mutasi yang terjadi dengan adanya campur tangan manusia. Proses perubahan gen atau kromosom secara sengaja diusahakan oleh manusia dengan zat kimia, sinar x, radiasi, dan sebagainya; maka sering disebut juga mutasi induksi.
                Mutasi buatan dengan sinar x dipelopori oleh Herman Yoseph Muller (murid Morgan) yang berkebangsaan Amerika Serikat ( 1890-1945). Muller berpendapat bahwa mutasi Pada sel soma tidak membawa perubahan, sedangkan mutasi pada sel-sel generative atau gamet kebanyakan letal dan membawa kematian sebelum atau segera sesudah lahir. Selanjutnya pada tahun 1927 dapat diketahui bahwa sinar x dapat menyebabkan gen mengalami ionisasi sehingga sifatnya menjadi labil. Dan akhirnya mutasi buatan dilaksanakan pula dengan pemotongan daun/ penyisipan DNA pada organism – organism yang kita inginkan. Mutan – mutan buatan yang telah kita peroleh antara lain: anggur tanpa biji, tomat tanpa biji, hewan atau tumbuhan poliploidi (misal: kol poliploidi), Pamato raphanobrassica (akar seperti kol, daun seperti lobak).
(anonim a, 2009)
Contoh
Di bawah ini dapat diketahui beberapa mutasi pada manusia yang diakibatkan bukan dari mutasi buatan, sehingga diharapkan kita dapat menghindarkan diri dari unsur-unsur mutagen.
   1. Sindrom Turner ditemukan oleh H.H. Turner tahun 1938.


Ciri-ciri:
a. kariotipe : 45 X O (44 autosom + satu kromosom X) diderita oleh wanita
b. tinggi badan cenderung pendek
c. alat kelamin terlambat perkembangannya (infantil)
d. sisi leher tumbuh tambahan daging
e. bentuk kaki X
f. kedua puting susu berjarak melebar
g. keterbelakangan mental
2. Sindrom Klinefelter; ditemukan oleh Klinefelter tahun 1942.
Ciri-ciri:
a. kariotipe: 47, XXY (kelebihan kromosom seks X) diderita oleh pria
b. bulu badan tidak tumbuh
c. testis mengecil, mandul (steril)
d. buah dada membesar
e. tinggi badan berlebih
f. jika jumlah kromosom X lebih dari dua, mengalami keterbelakangan
mental.
     3. Sindrom Jacob, ditemukan oleh P.A. Jacobs tahun 1965
Ciri-ciri:
a. kariotipe 47 , XW (kelebihan sebuah kromosom seks Y), diderita oleh pria
b. berperawakan tinggi
c. bersifat antisosial, agresif
d. suka melawan hukum
      4. Sindrom Down, ditemukan oleh Longdon Down tahun 1866.
Ciri-ciri:
a. kariotipe 47, XX atau 47, XY
b. mongolism, bertelapak tebal seperti telapak kera
c. mata sipit miring ke samping
d. bibir tebal, lidah menjulur, liur selalu menetes
e. gigi kecil-kecil dan jarang
f. I. Q. rendah (± 40 ).     
(anonim a, 2009)

Syarat terjadinya hibridisasi
Hibridisasi adalah persilangan antara dua spesies atau genus yang berlainan tetapi
masih mempunyai hubungan kerabat dekat.
Apabila hibrid F1 memiliki genom berlainan maka hibrid ini hibrid ini steril dan disebut hibrid interspesifik. Apabila kromosom-kromosom dari hibrid interspesifik dilipat gandakan maka didapatkan tanaman baru bersifat allopoliploid ( suryo, 2005)
(https:/.../html/1974/136/images/darwin06.gif)











DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, Mutasi Dapat Terjadi Pada Tingkat DNA GEN dan Kromosom.
http://www.scribd.com/doc/6108784/Mutasi-Dapat-Terjadi-Pada-Tingkat-DNA-GEN-Dan-KROMOSOM yang diakses 6 Oktober 20009
Anonim b, 2009. Image Darwin.
https:/.../html/1974/136/images/darwin06.gif akses 6 Oktober 2009

Cellular Reproduction.faculty.uca.edu yang diakses 6 Oktober 20009

Brotowidjoyo, Mukayat D. 1989. Zoologi Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta

Kimball,John W.1999.Biologi edisi kelima jilid.Penerbit Erlangga;Jakarta

Suryo.2005. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sumadi dan Aditya Marianti.2007.Biologi Sel.Graha Ilmu;Yogyakarta
struktur jamur dan bakteri
Ø struktur jamur
pada umumnya, sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 um, lebarnya dab panjangnya dari 5 sampai 30um atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas. Khamir tidak dilengkapi flagelum atau organ-organ penggerak lainnya.

Tubuh atau talus, suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian: miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan bebrapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10 um. Di sepanjang setiap hifa tedapat sitoplasma.
Ada tiga macam morfologi hifa:
Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat
Septat dengan sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nkleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang lainnya.
Septat dengan sel multinukleat.
Ø struktur bakteri
Ø (wikipedia, 2009)
struktur di luar dinding sel
Flagelum
flagelum menyebabkan motilitas(pergerakan) pada sel bakteri. Flagelum terdiri dari tiga bagian : tubuh dasar, struktur seperti kait dan sehelai filamen panjang di luar dinding sel. Flagelum dibuat dari subunit-subunit protein. Flagela adalah struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat flagela berbentuk seperti tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel dan membran sel untuk membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi. Flagela berbentuk seperti cambuk. Flagela digunakan bakteri sebagai alat gerak. Bentuk yang umum dijumpai meliputi:
Monotrik - Flagela tunggal ditemukan di satu tempat di sekitar sel
Peritrik - Banyak flagela ditemukan di beberapa tempat di sekitar sel
Amfitrik - Banyak flagela ditemukan pada kedua kutub sel
Lofotrik - Flagela ditemukan pada salah satu kutub
(wikipedia,2009)
Pilli ( fimbriae)
Fimbria adalah tabung protein yang menonjol dari membran pada banyak spesies dari
Proteobacteria. Fimbria umumnya pendek dan terdapat banyak di seluruh permukaan sel bakteri. Struktur pili mirip dengan fimbria dan ada di permukaan sel bakteri namun tidak banyak. Pili berperan dalam konjugasi bakteri.
kapsul
kapsul adalah bagian asesori dari bakteri berfungsi melindungi bakteri dari suhu atau
kondisi lingkungan yang ekstrim
dinding sel
Fungsi dinding sel pada prokaryota, adalah melindungi sel dari tekanan turgor yang
disebabkan tingginya konsentrasi protein dan molekul lainnya dalam tubuh sel dibandingkan dengan lingkungan di luarnya. Dinding sel bakteri berbeda dari organisme lain. Dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan yang terletak di luar membran sitoplasmik. Peptidoglikan berperan dalam kekerasan dan memberikan bentuk sel. Ada dua tipe utama bakteri berdasarkan kandungan peptidoglikan dinding selnya yaitu Gram positif dan Gram negatif(anonim b, 2009).
membran sitoplasma
spora

reproduksi jamur
bagian terbesar suatu kapang secara potensila mampu untuk tumbuh dan berkembangbiak. Inokulasi fragmen yang kecil sekali pada medium sudah cukup untuk memulai individu baru. Hal ini diperoleh dengan menanamkan inokulum pada medium segar dengan bantuna jarum transfer, suatu cara yang serupa dengan yang digunakan untuk bakteri.
Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukan spora, dapat pula secara seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya. Pada pembelaha, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya.
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menybarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual.
Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.
Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus (sporangiofor). Aplanospora ialah sporangiospra nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
Oidium atau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten \terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
Blastopsora. Tunas atau kuncup pada sel-sel kamir disebut blastospora.
Spora seksual, yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus terbentuk lebih jarang
terbentuk kemudian dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Ada beberapa tipe spora seksual :
Askospora. Spora besel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askopsora di dalam setiap askus.
Basidiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
Zigospora. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia
Oospora. Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dlama anteredium menghasilkan oospora. Dalam setap oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer(Michael, 1986).

Penicilium
Sejak pertama kali diteliti oleh Fleming pada tahun 1929 melalui koloni stafilokokus yang terkontaminasi Penisilium, penisilin menjadi antibiotika pertama yang digunakan dalam klinik secara luas. Batas antara dosis terapi dan dosis toksik sangat lebar, sehingga relatif aman dibanding antibiotika yang lain. Penisilin kurang poten terhadap bakteri gram negatif, dan sebagian besar dirusak oleh beta-laktamase (penisilinase). Beta-laktamase biasanya dihasilkan oleh Stafilokokus aureus, beberapa E. coli, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa.
Secara umum penisilin didistribusikan dengan baik ke seluruh bagian tubuh, mencapai kadar terapetik di pleura, peritoneal, abses, dan cairan sinovial. Distribusi ke mata dan otak relatif sedikit, sedangkan kadarnya di urin cukup tinggi. Kadar penisilin di cairan serebrospinal kurang dari 1% dari nilai plasma pada kondisi meninges yang tidak inflamasi, dan kadar ini meningkat hinggga 5% kadar dalam plasma, selama proses inflamasi.
Pengelompokan penisilin
a. Berdasarkan aksinya:
Aktif terhadap Gram (+), dirusak oleh beta-laktamase, misal: penisilin G
Relatif stabil terhadap asam lambung sehingga dapat diberikan dalam bentuk oral, misal: penisilin V, ampisilin, kloksasilin
Aktif terhadap Gram (+), resisten terhadap stafilokokus penghasil beta-laktamase, misal: metisilin, nafsilin
Relatif aktif terhadap Gram (+) & (-), dirusak oleh beta-laktamase, misal: tikarsilin, karbenisilin
b. Berdasarkan spektrum antibakteri:
Narrow spectrum, sensitif terhadap beta-laktamase misal: penisilin G (bensil-penisilin), benzatin penisilin, prokain penisilin, penisilin V (fenoksimetil-penisilin)
Narrow spectrum, resisten terhadap beta-laktamase misal: metisilin, oksasilin, nafsilin, kloksasilin, dikloksasin
Broad spectrum, aminopenisilin misal: ampisilin, amoksisilin
Extended spectrum, antipseudomonas, misal: karbenisilin, tikarsilin, piperasilin
Mekanisme aksi
Penisilin bersifat bakterisidal, dengan efek utama menghambat sintesis dinding sel bakteri yang sedang aktif membelah, sehingga dinding sel menjadi lemah, lisis, dan menyebabkan kematian bakteri


PENISILIN G DAN V
Penisilin G tidak stabil dalam kondisi asam dan secara cepat terhidrolisis di dalam lambung yang berisi makanan. Penisilin yang tidak dapat terabsorpsi ini akan dirusak oleh bakteri dalam colon. Oleh sebab itu penisilin G hanya dapat diberikan per parenteral. Sebaliknya, penisilin V tahan dalam suasana asam dan diabsorpsi dengan baik di lambung, meskipun terdapat makanan di dalamnya.
Setelah pemberian injeksi i.m, kadar puncak penisilin-G dicapai dalam waktu 15-30 menit tetapi segera turun karena obat secara cepat dieliminasi melalui ginjal. Waktu paruh (t 1/2 ) sekitar 30 menit. Penisilin-prokain merupakan campuran equimolar antara penisilin dengan prokain. Dalam bentuk ini kadar puncak tertunda hingga 1-3 jam.
Kadar penisilin-G dalam serum dan jaringan masih tetap ada hingga 12 jam pada pemberian 300.000 unit dan hingga bebeerapa hari pada pemberian 2,4 juta unit.
Benzatin penisilin merupakan kombinasi antara 1 mol penisilin dan 2 mol basa amonium, yang kadarnya masih tetap dapat terdeteksi dalam plasma hingga 15-30 hari.
Penisilin G didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dengan volume distribusi yang ekuivalen dengan yang terdapat dalam cairan ekstraseluler. Sekitar 10% dari penisilin-G dieliminasi melalui filtrasi glomeruler sedangkan yang 90% via sekresi tubuler.
Ekskresi penisilin dapat dicegah oleh adanya probenesid, sehingga dapat memperpanjang waktu paruhnya. Eliminasi renal penisilin (anonym a, 2009)

metabolisme jamur dan bakteri
Ø metabolisme jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.


a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif(anonim d, 2009).

Ø metabolisme bakteri
Metabolisma didefinisikan sebagai semua reaksi kimia yang terjadi dalam sel.Metabolisma terdiri dari dua proses yang berlawanan yang terja secara simultan.Reaksi tersebut adalah:
1. Sintesis protoplasma dan penggunaan energi yang disebut sebagai Anabolisma.
2. Oksidasi subsstrat diiringi dengan terbentuknya energi disebur dengan Katabolisma.
Melalui proses Oksidasi-reduksi. Oksidasi adalah proses pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas, maka setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksireduksi. Hasil dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi.

Fosforilasi Oksidatif
Pada umumnya reaksi oksidasi secara biologi dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim tersebut mentransfer elektron dan proton yang dibebaskankepada aseptor elektron intermedier seperti NAD+ dan NADP+ untuk dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Fosforilasi oksidasi terjadi pada saat elektron yang mengandung energi tinggi tersebut ditranfer ke dalam serangkain transpor elektron sampai akhirnya di tangkap oleh oksingen atau oksidan anorganik lainnya sehingga oksigen akan tereduksi menjadi H2O.
1. Tranfer elektron menuju oksigen melalui berbagai caier seperti flavoprotein,quinon maupun citekrom.
2. Adanya tranfer elektron ini mengakibatkan aliran proton (H+)dari sitoplasma ke luar sel. Jadi arah aliran adalah dari dalam ke luar. Hal ini akan menimbulkan peredaan konsentrasi proton atau dikenal dengan gradien pH.
3. PH pada umunnya 7,5. Gradien pH terjadi jika pH di luar sel lebih kecil dari 7,5. Selanjutnya gradien pH bersama dengan potensial membenukprotonmotive force.Kekuatan (protonmotive force) inilah yang menarikproton dari luar sel kembali ke dalam sel. Bersamaan dengan masuknyakembali proton tadi terbentuk energi yang digunakan untuk berbagai aktifitas sel.
4. Para menbran terdapat enzim spesifik disebut dengan ATPase. Energiyang di sebabkan pada saat masuknya kembali proton tadi akandigunakan oleh ATPase untuk forforilasi ADP menjadi ATP. Energi ini disimpan dalam bentuk ikatan fosfat yang selanjutnya dapat di gunakanuntuk aktifitas sel. Reaksinya adalah:
Adenosin -P ~ P + Pi. ……energi…… Adenosin- P~ P~ P
Fotosintesis ada 2 macam
1. Fotosintesis tipe Cynobacteria. Fotosintesis tipe ini sama dengan fotosintesis yang terjadi pada tanaman tingkat tinggi dengan keseluruhan reaksi adalah.
CO2 + 2H2O ……sinar matahari…… H2O + [ CH2o ]n + O2 klorofil dimana pada sistem fotosintesis ini terdapat 2 fotosistem yaitu fotosistem (PS) Idan II. Aliran elektron dari PS II ke PS I selanjutnya mengubah NADP+ menjadi NADPH. Aliran eletktron yang demikian dikatakan noncyelic phosphorilation.
2. Fotosintesis tipe Noncyanobacteria.
Kelompok bakteri ini tidak memiliki fotosistim II untuk menfotolisis H2O. Dengan demi kian bakteri ini tidak pernah menggunakan air sebagai reduktan sehingga oksigen tidak pernah di hasilkan dari fotosintesis. Fotosintesis yang demikian berlangsung dalam keadaan anaerob, sehingga dikenal dengan fotosintesis anaerob. Jadi organisma ini memerlukan suplai senyawa organik sebagai donor hidrogennya Berdasarkan tipe pada reduktan dan pigmen fotosintesisnya kelompok bakteri inidapat di bagi menjadi 3 family yaitu Chlorobiceae,Ceomaticeae, dan rhodospirillaceae.
1. Chlorobiceae.
Disebut juga dengan green-sulfur bacteria. Bacteri ini juga di gunakan hidrogen dan beberapa senyawa mengandung sulfat sebagai reduktanya.
2. Chromaticeae.
Pada prinsipnya sama dengan Chomaticeae tetapi pigmen yang dimilikinya tidak hijau melainkan merah- jingga disebut dengan purle- surful- bacteria.
3. Rhodospirillaceae.
Bakteri ini menggunakan hidrogen dan berbagai senyawa organik sebagai reduktan . contoh: Rhodospirillum, Rhodopseudomonas.Chemotrofik atau Autotrofik Organisme
Seperti halnya organisme fotosintetik, kelompok bacteri ini menggunakan CO2 sebagai sumber korban. Akan tetapi untuk mengubah CO2 menjadi material sel diperlukan energi dan NADPH. Pada bakteri fotosintetik energi dan NADPH ini diperoleh dari sinar matahari, akan tetapi pada organisma kemoutotrofdiperoleh dari oksidasi senyawa kimia. Jadi proses pengangkapan energi sama dengan yang terjadi pada fosforilasi oksidatif dimana elektron yang dihasilkan dari oksodasi sulfut, amino dan lain-lain di transfer melalui serangkaian stanspor elektron yang menyebabkan keluarnya proton dari sel. Potensial pH yang terjadi dikonversi didalam ikatan fosfat yang mengandung energi yang tinggi dada saat proton tersebut masuk kembali kembali kedalam sel melalui chanel proton. Setelah ATP termasuk, pola biosintesis dalam sel analog dengan organisme fotosintesis.
METABOLISMA HETEROTROF
Sebagian besar bakteri kehilangan kemampuan untuk mensintesis protoplasma dari senyawa-senyawa anorganik sehingga bergantung sepenuhnya pada senyawa organik sehingga sebagai makanannya. Organisme yang demikian disebut dengan heterotrof yang artinya ‘ nourish by other, atau makanan disediakan oleh organisme lain, dan tipe nutrisinya di sebut heterotrofik. Akan tetapi perlu diingat bahwa batasan ini sebenarnya tidak begitu tegas. Dan adabeberapa mikroorganisma heterotrof membutuhkan senyawa organik lebih banyak di bandingkan dengan organisme lain. Berdasarkan sumber korban dan energinya, mikroorganisme dikelompokkan sebagai berikut
Fermentasi adalah proses yang berlangsung adalam keadaan anaaerob, dimana dalam proses ini tidak melibatkan serangkaian transfer elektron yang dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam membran sel. Dalam hal ini elektron dan proton distranfer langsung dari senyawa yang oksidasi menuju senyawa organik intermediet yang lain yang akhirnya membentuk produk fermentasi yang stabil. Oleh karena itu pada proses fermentasi terjadi akumulasi produk yang organisme tidak mampu mengoksidasi oleh lanjut.
FERMENTASI
Selama fermentasi produk intermediet yang terbentuk dari katabolisme senyawa organik seperti glukosa berperan sebagai aseptor elektron terakhir menyebabkan terbentuknya senyawa produk akhir fermentasi yang stabil. Sebagai contoh, pada umumnya mikroorganisme mengubah guka menjadi asam piruvat. Dalam hal ini juga membentuk NHDA dan harus melepaskan elektronnya kepada aseptor jika organisme melakukan metabolisme lebih lanjut. Hal ini dipenuhi dengan cara menggunakan asam pirauvat atau beberapa produk dari asam piruvat sebagai aseptor elekktron terakhir. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah : dengan tidak adanya transfor ewlektron selqma permentasi ikatan fosfat berenergi tinggi tidak terbentuk melalui fosfolirasi oksidatif melainkan proses yang disebut dengan fosfolirasi subsrat. Dalam hal ini senyawa intermediate diokasidasi, energi yang dilepaskan dikonversi langsung kedalam ikatan yang mengandung energi tinggi.
1. Fermentasi Asam homolaktat
2. Fermentasi Alkohol
3. Fermentasi Asam Campuran
4. Fermentasi butylen-glikol
5. Fermentasi Asam propionat
6. Fermentasi Asam Butirat, butanol, dan aseton
Nitrat Reduser
Kebanyakan mikroorganisma yang dapat menggunakan nitrat sebagai aseptor elektron terakhir adapat dikatakan sebagai fakultatif. Jadi dalam keadan anaerob dapat menggunakan nitrat jika tersedia. Jika tidak, mikroorganisma akan melakukan metabolisma aerob ataupun permetasi. Kelompok bakteri ini antara lain; Escherichia, Enterobakter, Bacillus, Pseudomonas, Mikrocoocus dan Rhizobium..mikroorganisam tersebut nmereduksi nikrat menjadi nitrogen bebas.
2NO3- + 12 e- + 12 H + …………..N2 + 6 H2 0
Proses in disebut dengan Denitrifkasi yang merupakan masalah serius bagi pertaniankarena menyebabkan hilangnya nitrat dari tanah. Akan tetapi proses tersebutsanyat bermanfaat untuk mengambil nitrogen dari lembah tinja atau lembah yang
lain.
obat antijamur dan antibakteri
OBAT ANTIJAMUR
amphotericin B
antibiotik poplyene utama adalah Amphotericin B, yaitu suatu metabolit streptomyces.
Amphotericin B adalah obat yang paling efektif untuk mikosis sistemik berat. Ia memiliki spektrum yang luas, dan perkembangan resistemsinya jarang. Mekanisme kerja polyene melibatkan pembentukan komplek-komplek dengan ergosterol dalam membran sel jamur, yang menimbulkan kerusakan dan kebocoran membran. Amphotericin B mempunyai afinitas yang lebih besar untuk ergosterol daripada kholesterol, yang merupakan sterol dominan pada membran sel mamalia. Penyelubungan Amphotericcin B dalam liposom dan emulsi lipid menunjukan keampuhan eksperimental yang luar biasa dan bebrapa hasil yang sangat baik dalam penelitian klinis. Formulasi-formulasi ini kini tersedia dan bisa menggantikan sediaan konvensional. Sediaan lipid tidak begitu toksik dan memungkinkan konsentrasi Amphotericin B yang lebih tinggi untuk digunakan.

Mekanisme kerja
Amphotericin B diberikan secara intravena sebagai persenyawaan dengan natrium deoxycholat yang dilarutkan dalam larutan dekstrose. Walaupun obat ini disebarluaskan dalam jaringan, penetrasinya ke cairan spinal buruk. Amphotericin B berikatan erat dengan ergosterol dalam membran sel. Interaksi ini merubah keenceran membran dan mungkin menimbulkan pori-pori pada membran, dimana melalui pori ini ion-ion dan molekul kecil lepas. Tidak seperti antijamur lain, Amphotericin B bersifat mematikan sel. Sel-sel mamalia miskin ergosterol dan realtif resisten terhadap aktivitas ini. Amphotericin B berikatan lemah dengan kholesterol dalam membran mamalia dan interaksi ini bisa menjelaskan tentang toksisitasnya. Pada kadar yang rendah, amphotericin B mempunyai efek imunostimolator(Jawetz, 2005).

Flucytosine
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah derivat cystosine terfluorisasi. Ia adalah
campuran antijamur oral yang biasanya digunakan bersamaan dengan Amphotericin B untuk mengobati cyptococcosis atau candidiasi. Ia juga efektif terhadap banyak infeksi jamur dematiaceous. Ia menembus ke dalam semua jaringan dengan baik termasuk cairan spinal.
Mekanisme kerja
Flucytosine secara langsung ditranspor ke dlam sel-sel jamur melalui suatu permease.
Ia diubah oleh suatu enzim jamur cystosine deaminase menjadi 5-fluorouracil dan bergabung menjadi 5-fluorodexyuridilic acid monophosphatease, yang mengganggu aktivitas sintetase thymidilate dan sintesis DNA. Sel-sel mamalia tidak mempunyai cystosine deaminase sehingga terlindung dari efek toksik fluorouracil. Beradampak pada mutan-mutan resisten cepat muncul, membatasi pemakaian flucytosine(Jawetz, 2005).
Azol-azol
imidazol antijamur (misalnya ketocozanol ) dan triazol (flucozanol dan itracozanol)
hádala obat-obatan yang digunakan untuk mengobati spektrum infeksi jamur yang luas, yang terlokalisir dan sistemik. Indikasi untuk pemakainya tetap dalam evaluasi, tetapi mereka telah menggantikan Amphotericin B dalam banyak mikosis yang tidak begitu parah karena mereka dapat diberikan secara oral dan tidak begitu toksik
Mekanisme kerja
Azol-azol menggangu síntesis ergosterol. Mereka memblokir dementasi -14 alpha- yang tergantung pada cytochrome P450 dari lanosterol, yang merupakan precursor ergosterol dalam Namur dan colesterol dalam tubuh mamalia. Tetapi cytochrome P450 jamur hampir 100-1000 kali lipat lebih sensitif tehadap azol-azol daripada sistem mamalia(Jawetz, 2005).

Grisefulvin
Grisefulvin hádala antibiótica yang diberikan secara oral yang berasal dari spesies
Penicilium. Ia bisa digunakan untuk mengobati dermatofitosis dan harus digunakan dalam jangka panjang. Grisefulvin kurang baik d absorspsi dan terkonsentrasi dalam startum korneum, dimana menghambat pertumbuhan hifa. Tidak berefek untuk Namur lain.
Setelah pemberian secara oral, griselfulvin disebarkan ke seluruh tubuh tetapi terakumulasi dalam jeringan berkeratin. Dalam Namur, grisefulvin berinteraksi dengan mikrotubulus dan mematahkan gelondong mikotik, menyebabkan penghambatan pertumbuhan. Hanya hifa yang tumbuh dengan aktif yang terpengaruh. Grisefulvin secara klinis berguna untuk pengobatan infeksi dermatofit pada kulit, rambut dan kuku.
(Jawetz, 2005)
Terbinafin
Terbinafin hádala statu obat allylamin, ia memblokir síntesis ergosterol melalui
penghambatan epoxide squalene. Terbinafin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi dermatofit (Jawetz, 2005).
ANTIBAKTERI
a. VANKOMISIN, TEIKOPLANIN, BASITRASIN
Vankomisin dan basitrasin juga termasuk penghambat sintesis dinding sel bakteri. Vankomisin merupakan antibiotika glikopeptida dengan berat molekul 1450. Vankomisin menghambat sintesis dinding sel bakteria dengan cara terikat pada bagian akhir karboksil bebas dari pentapeptida.
Teikoplanin merupakan produk dari Actinoplanus teichomyceticus. Mekanisme kerjanya menghambat polimerisasi peptidoglikan melalui interaksinya dengan akhiran d-Ala-d-Ala dari muramilpentapeptida.
Farmakokinetika
Vankomisin tidak diabsorpsi melalui traktus gastrointestinal dan bersifat iritatif pada pemberian i.m. Oleh sebab itu cara pemberiannya adalah melalui injeksi i.v. Vankomisin dapat mencapai berbagai cairan tubuh termasuk empedu, pleura, perikardium, periteneum dan sinovia serta menembus meninges jika dalam keadaan inflamasi.
Vankomisin tidak dimetabolisme tetapi dieliminasi melalui filtrasi glomeruler. Sekitar 90% dari obat dieliminasi melalui urin. Oleh sebab itu penyesuaian dosis perlu dilakukan pada penerita yang mengalami penurunan fungsi ginjal, yaitu didasarkan pada klirens kreatinin.
Teikoplanin dapat diberikan secara i.m atau per oral, memiliki waktu paruh yang panjang, yaitu 50-100 jam. Sama halnya dengan vankomisin, teokoplanin juga mencapai berbagai cairan tubuh, tetapi untuk mencapai kadar tunak (steady state) diperlukan dosis pembebanan yang besar. Untuk menghindari efek toksiknya maka pemberian vankomisin dan teikoplanin harus selalu dimonitor.
Basitrasin tidak dapat diberikan per parenteral karena terlalu toksik dan hanya dapat diberikan secara topikal.
Penggunaan
Vankomisin dan teikoplanin hanya dianjurkan untuk infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh stafilokokus pada penderita yang tidak tahan terhadap penisilin. Kedua obat ini juga cocok pada infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Infeksi yang memberi respon baik dengan vankomisin antara lain adalah pneumonia, endokarditis, emfisema, osteomyelitis dan luka infeksi. Pemberian per oral hanya dianjurkan untuk enterokolitis pseudomembranosa, terutama yang disebabkan oleh Clostridium difficile. Karena terapi i.v untuk C. difficile tidak adekuat maka pada pasien yang tidak bisa minum obat per oral dianjurkan untuk diberikan metronidazol i.v.
( anonim a, 2009)








DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym a, 2009.http://ifrsudcurup.wordpress.com/2009/06/25/anti-mikroba/
2. Anonym b, 2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_sel_bakteri
3. Anonym c, 2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
4. anonym d, 2009. metabolisme jamur. http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0024%20Bio%201-5a.htm
5. Dwijosaputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta :Djambatan
6. Jawets, Melnick. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :Salemba Medika
7. Michael, JP. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press
Arti kontekstual lingkup agama dan profesi veteriner
Konteks adalah bagian suatu uraian kalimat atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan suatu makna; situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian (Sunaryo, 1988).
Agama kontekstual yaitu mengaitkan sutau ajaran agama dengan ilmu yang dimiliki, yang diterapkan dengan kehidupan sehari-hari. Hubungan dengan profesi veteriner ialah tindakan medis tidak bertentangan dengan agama yang diyakini dan agama sebagai pedoman setiap tindakan veteriner.
Yang dimaksudkan dengan kontekstual berhubungan dengan agama dan profesi veteriner ialah suatu aturan dari agama yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas dari profesi veteriner(Sunaryo, Adi. 1988.).

Legislasi veteriner
Tentang Klasifikasi Obat Hewan.
Surat Keputusan Direktur Jendral Peternakan
No: 179/Kpts.Djp/Deptan/80 Tentang Klasifikasi Obat Hewan.
Merupakan tindak lanjutan dari dirjen peternakan berdasarkan SK menteri pertanian No.539/Kpts/Um/12/1977 pasal 11

Latar belakang pertimbangan
1. Semua Obat hewan yang akan diedarkan diwilayah Repoblik Indonesia harus didaftarkan dan disetujui oleh Menteri cq Direktur Jendral Perternakan.
2.Tata cara pendaftaran, syarat-syarat pembungkusan dan penandaan serta penentuan klasifikasi obat hewan ditetapkan oleh Direktur Jendral Peternakan.
3. Pemakaian obat keras untuk hewan berdasarkan klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) harus di bawah pengawasan Dokter Hewan.
Dasar lain
1. Undang -Undang obat keras
(staatblad 1949 No. 419).
2. Undang-Undang No. 6 Tahun 1976.
3. Peraturan Pemerentah No. 17 tahun 1973.
4. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1977.
5. Keputusan Presiden RI No. 12 /m/tahun 1971
6. Keputusan Presiden RI No.44 jis 45 dan No. 47 tahun 1979

Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Undang-undang No 18 tahun 2009, tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok-Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan
Undang-undang No.6 tahun 1967
(Anonymous. 2008)

Syarat praktek dokter hewan
Berikut ini adalah syarat untuk pengajuan rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang sebagai salah satu syarat untuk izin praktek dokter hewan. Syarat ini telah diterapkan dan dilakukan oleh PDHI cabang Jabar II :

1. Telah menjadi anggota PDHI
2. memiliki KTA (Kartu Tanda Anggota) PDHI yang masih berlaku
3. membawa surat pernyataan dimana akan berpraktek
4. memiliki surat keterangan/sertifikat telah selesai mengikuti magang di Rumah sakit/klinik hewan yang telah terakreditasi
5. membayar uang administrasi

Catatan: surat rekomendasi PDHI ini sangat penting dan wajib dimiliki sebagai syarat untuk meminta izin tempat berpraktek ke dinas peternakan (yang membidangi kesehatan hewan) di pemerintahan kab/kota tempat praktek.( Anonymous. 2008)

Dasar-dasar dikatakan hewan diharamkan serta cloning
Kloning
Sheikh Farid Washil (mantan Mufti Mesir) menolak kloning reproduksi manusia karena dinilainya bertentangan dengan empat dari lima Maqashid asy-Syar’iah: pemeliharaan jiwa, akal, keturunan, dan agama. Dalam hal ini cloning menyalahi pemeliharaan keturunan.
Dari beberapa pendapat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa cloning hukumnya haram karena lebih berpotensi menghasilkan dampak buruk daripada dampak baiknya. Keharaman cloning ini lebih didasarkan pada hilangnya salah satu hal yang harus dilindungi manusia yaitu faktor keturunan. Hal ini kemudian disandarkan pada qaidah “dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih” yang artinya Menampik keburukan lebih diutamakan daripada mendatangkan manfaat’. Hilangnya garis keturunan manusia yang dikloning akan menghilangkan hak-hak manusia tersebut, seperti misalnya hak untuk mendapat penghidupan dari keluarganya, warisan, lebih parah lagi hak untuk mendapatkan kasih saying dari orang tua geneticnya, dan hak-hak lain yang harus ia dapatkan. Pengharamannya diambil dari kaedah yang ditegaskan oleh firman Allah ((QS. 2: 219) tentang minuman keras yang artinya, Dosa keduanya (minuman keras dan perjudian) lebih besar daripada manfaatnya. Dari sana kita bisa menarik benang merah bahwa cloning yang bertujuan untuk pengobatan misalnya penggantian organ tubuh manusia dengan organ cloning menurut kami diperbolehkan sepanjang hal itu mendatangkan maslahah dan karena kondisi dlarurat yang dialami oleh pasien (Sheikh Farid Washil : 2003).

Adapun kloning dalam ranah binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka Islam secara jelas membolehkannya, apalagi kalau tujuannya untuk meningkatkan mutu pangan dan kualitas daging yang dimakan manusia. Selain itu, karena binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak perlu mengetahui tentang asal-usul garis keturunannya
(Anonymous. 2008)
Hewan diharamkan
Allah telah mengaruniakan rezeki yang banyak kepada manusia berupa berjenis-jenis makanan. Dari sekian banyak karunia-Nya, Allah di dalam al-Qur’an mengharamkan beberapa kategori untuk manusia. Apa yang diharamkan Allah dimuat di dalam ayat berikut:
“Diharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi dan apa-apa yang dikorbankan kepada selain dari Allah, dan yang dicekik, yang dipukul, dan yang jatuh lalu mati, dan binatang yang ditanduk, dan yang dimangsa binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya, dan yang disembelih di atas altar.…”(Q.S. 5:3)

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa makanan yang diharamkan oleh Allah untuk manusia hanyalah:
1. Bangkai
2. Darah
3. Daging babi
4. Binatang yang dikorbankan kepada selain dari Allah
5 Binatang yang mati karena dicekik
6. Binatang yang mati karena dipukul
7. Binatang yang mati karena jatuh
8. Binatang yang mati karena ditanduk
9. Binatang yang mati karena dimangsa binatang buas kecuali masih sempat disembelih
10. Binatang yang disembelih di atas altar

Khusus untuk butir ke-3 yaitu “daging babi” perlu ditegaskan bahwa Allah telah memerincinya demikian. Artinya ketika Allah haramkan daging babi (lahmul khinzir/pig’s flesh), maka hanya sebatas itulah yang haram. Dengan sendirinya lemak/minyak babi tidak termasuk kategori yang diharamkan.
Ada ayat lain yang dapat kita cermati sebagai pelajaran mengenai bagaimana Allah menetapkan batasan-Nya dengan sangat terperinci:
“Dan atas orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala hewan yang berkuku, dan dari sapi dan kambing, Kami haramkan untuk mereka lemak mereka, kecuali apa yang punggung-punggung mereka bawa, atau ususnya, atau apa yang bercampur dengan tulangnya; bahwa Kami membalas mereka karena keangkuhan mereka; sesungguhnya Kami berkata benar.” (Q.S. 6:146)
Makanan selain dari sepuluh kategori di atas adalah halal, dan tidak ada hak manusia untuk memfatwakan haram atasnya.
Kenyataannya, ajaran yang didasarkan pada kitab-kitab selain al-Qur’an telah mengharamkan banyak lagi spesifikasi binatang. Contohnya: binatang yang hidup di dua alam, binatang bertaring, burung berkuku tajam, dan keledai.
Sepatutnya kita kaum muslim takut akan teguran Allah kepada tindakan mengada-ada halal-haram atas makanan yang telah dikaruniakan Allah ini.
“Katakanlah, ‘bagaimanakah pendapatmu tentang rezeki yang diturunkan Allah untukmu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram, dan sebagiannya halal?’ “Katakanlah, ‘Adakah Allah telah memberi izin kepadamu atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?” (Q.S. 10:59)
“Dan janganlah kamu mengatakan dengan lidahmu secara dusta, ‘Ini halal, dan ini haram’ untuk mengada-adakan dusta terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah tidak akan beruntung.” (Q. .S. 16:116) (Anonymous. 2008)







DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2009.Syarat Pengajuan Rekomendasi Untuk Izin Praktek Dokter Hewan. http://duniaveteriner.com/2009/07/syarat-pengajuan-rekomendasi-untuk-izin-praktek-dokter-hewan/
Anonymous, 2009.Hukum Kloning dalam Perspektif Agama Islam dan Ilmuwan Barat. http://gudangmakalah.blogdetik.com/2009/03/13/hukum-kloning-dalam-perspektif-agama-islam-dan-imuwan-barat/
Anonymous. 2008. Halal Haram Makanan. http://javavist.dagdigdug.com/index.php/2008/12/27/halal-haram-makanan/
Sunaryo, Adi. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Perum Balai Pustaka
Sumpah Hippocrates

Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh dan Aesculapius dan Hygeia dan Panacea, dan semua dewa dan dewi bahwa sesuai dengan kemampuan dan pikiran saya, saya akan mematuhi janji-janji berikut ini
Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan penuh kasih sayang sebagai mana terhadap orangtua saya sendiri, jika perlu saya bagikan hartaku untuk dinikmati bersama, anaknya akan saya perlakukan sebgai saudara kandung saya, dan akan saya ajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya, kalau memang mereka mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun.
Saya juga akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya sendiri, dan kepada mereka yang telah mengikatkan diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pikiran dan kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita tanpa tujuan yang buruk. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas nama yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan.
Saya ingin melewati hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan tetap suci dan bersih.
Saya tidak akan melakukan pembedahan sendiri, tetapi akan menyerahkannya kepada mereka yang ber-pengalaman dalam pekerjaan ini.
Rumah siapa pun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk kesembuhan yang sakit, dan tanpa niat-niat buruk ataupun membohongi, dan lebih jauh lagi tanpa niat memperkosa wanita atau pria, orang bebas atau pun budak.
Apapun yang saya dengar atau lihat, tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan, karena saya harus merahasiakannya.
Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup dalam mem-praktekkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang di sepanjang waktu. Tetapi jika sampai saya meng-khianati sumpah ini, balikkanlah nasib saya.”(Dodhy, 2009)

Alasan Aristoteles sebagai Bapak Kedokteran Hewan
Aristoteles dilahirkan di Stagirus, atau Stagira, atau Stageirus, pada Chalcidic tanjung utara Yunani. Ayahnya bernama Nicomachus, seorang dokter medis, sedangkan ibunya bernama Phaestis. Nicomachus akan tinggal di Chalcidice ketika Aristoteles lahir dan dia mungkin dilahirkan di daerah ini. Aristoteles ibu, Phaestis, datang dari Chalcis di Euboea dan keluarganya properti yang dimiliki ada.
Pencetus Kedokteran Perbandingan (Comparative Medicine) yaitu penerapan metode medik yang dipelajaru untuk kedokteran manusia kepada spesies hewan adalah Aristoteles. Ia sangat terkenal dengan bukunya “Historia Animalium” Story of Animals yang menguraikan lebih dari 500 spesies hewan.
Ia juga menulis buku tentang “Pathology Hewan” yang mengungkapkan tentang penyakit-penyakit hewan serta memperkenalkan kastrasi pada hewan ternak muda dan efeknya pada pertumbuhan dan banyak lagi metode-metode kedokteran pada berbagai spesies hewan.(dodhy,2009)
Organisasi nonteritorial (contoh, peran ) dan PDHI
Organisasi nonteritorial
Pembentukan Organisasi Seminat/ Sekeahlian di bawah PB-PDHI dikenal dengan nama Organisasi Non Teritorial, untuk membedakan dengan organisasi cabang PDHI yg berbasis wilayah. Terminologi Internasional untuk ont adalah Special Group of Interest (SGI). Dasar pembentukan ONT adalah sesuai dengan AD PDHI pasal 12 dan ART pasal 19.


Para dokter hewan dari Asosiasi Non Teritorial, yaitu:
- Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Aquatic dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN)
- Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI)
- Ikatan Dokter Hewan Karantina Indonesia (IDHKI)
- Ikatan Dokter Hewan Sapi Perah Indonesia (IDHSPI)
- Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI)
- Asosiasi Pathologi Veteriner Indonesia (APVI)
- Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia (ADHPHLI)
- Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (ASKESMAVETI)
- Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (AEPVI)
(anonim, 2009)
Persatuan Dokter Hewan Indonesia ( PDHI )
Dalam perjalanan selalu mengadakan pertemuan yg berupa Mukernas, kongres dll.
Pada akhir2 ini mempunyai program kerja yg mempunyai latar belakang al :
1.Tatangan nasional dan global.
2. UU sisdiknas No.2 th 1989 dan diatur dalam PP No. 60 tahun 1999.
3. “Manusya Mriga Satwa Sewaka”

Peran
1. menyamakan persepsi nasional profesi veteriner
2. Mengukur keaktifan cabang dan keanggotaan
3. Strategi pemberdayaan cabang untuk mendukung status organisasi PDHI pada posisi Veterinary Statutory Body menurut OIE
4. Penataan organisasi
5. Peningkatan layanan anggota.
6.Langkah perjuangan PDHI : rekrutmen CPNS drh di daerah ; mewujudkan Dirjen Veteriner, UU veteriner dan Siskeswannas; turut serta dalam penyusunan berbagai aturan hukum yang mengatur peran profesi drh.
7. Strategi promosi peran drh dan mengenalkan PDHI ke masyarakat sebagai suara profesi veteriner.
8. Keberadaan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan.
9. Keberadaan Majelis untuk Etika Profesi dan Acuan Dasar Profesi Kedokteran Hewan serta Penegakan Etika Profesi yaitu Majelis Kehormatan Perhimpunan.
10. Penyusunn kompetensi ke arah spesilisasi yg melibatkan ONT dan FKH dan PDHI sebagai Vet Statutory Body.
11. Penyiapan Ujian Nasional untuk penerbitan ijin dokter hewan ( Nasional Board Exam) sesuai MOU PB-PDHI _FKH se Indonesia.
12. Perlunya izin kelayakan praktek (SIDH).


Kode Etik Veteriner

KETETAPAN KONGRES XII
PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA TAHUN 1994
Tap. NOMOR 04/Kongres XII/PDHI/1994
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Dokter Hewan merupakan Warga negara yang baik yangmemanifestasikan dirinya dalam cara berpikir, bertindak dan menampilkan diri dalam sikap dan budi pekerti luhur dan penuh sopan santun.
Pasal 2
Dokter Hewan menjunjung tinggi Sumpah/Janji Kode Etik Dokter Hewan.
Pasal 3
Dokter hewan tidak akan menggunakan profesinya bertentangan dengan perikemanusiaan dan usaha pelestarian sumber daya alam.
Pasal 4
Dokter hewan tidak mencantumkan gelar yang tidak ada relevansinya dengan profesi yang dijalankannya.
Pasal 5
Dokter hewan wajib berhati-hati mematuhi perundangan dan peraturan yang berlaku.
Pasal 6
Dokter Hewan berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik therapi atau obat baru yang belum teruji kebenarannya..
Pasal 7
Dokter Hewan menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan kecuali dengan keikhlasan , sepengetahuan dan kehendak klien sendiri.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI

Pasal 8
Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya wajib mematuhi persyaratan umum dan khusus yang berlaku sehingga citra profesi dan korsa terpelihara karenanya.
Pasal 9
Dokter Hewan wajib selalu memepertajam pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan perilakunya dengan cara mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kedokteran Hewan.
Pasal 10
Dokter Hewan yang melakukan prakterk hendaknya memasang papan nama sebagai informasi praktek yang tidak berlebihan.
Pasal 11
Pemasangan iklan dalam media massa hanya dalam rangka pemberitahuan mulai buka, pindah, atau penutupan prakteknya.
Pasal 12
Dokter Hewan dianjurkan menulis artikel dalam media massa mengenai Kedokteran hewan dalam rangka kesejahteraan hewan dan pemiliknya.
Pasal 13
Dokter hewan tidak membantu datau mendorong adanya praktek illegal bahkan wajib melaporkan bilamana mengetahui adanya praktek illegal itu.
Pasal 14
Dokter Hewan wajib melaporkan kejadian penyakit menular kepada instansi yang berwenang.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN

Pasal 15
Dokter Hewan memperlakukan pasiendengan penuh perhatian dan kasih sayang sebagaimana arti tersebut bagi pemiliknya, dan menggunakan segala pengetahuannya, keterampilannya dan pengalamannya untuk kepentingan pasiennya.
Pasal 16
Dokter Hewan siap menolong pasien dalam keadaan darurat dan atau memberikan jalan keluarnya apabila tidak mampu dengan menunjuk ke sejawat lainnya yang mampu melakukannya.
Pasal 17
Pasien yang selseai dikonsultasikan oleh seorang sejawat wajib dikembalikan kepada sejawat yang meminta konsultasi.
Pasal 18
Dokter hewan dengan persetujuan kliennya dapat melakukan Euthanasia (mercy sleeping), karena diyakininya tindakan itulah yang tebaik sebagai jalan keluar bagi pasien dan kliennya.
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN
Pasal 19
Dokter Hewan menghargai klien untuk memilih Dokter hewan yang diminatinya.
Pasal 20
Dokter Hewan menghargai Klien untuk setuju/tidak setuju dengan prosedur dan tindakan medik yang hendak dilakukan Dokter Hewan setelah diberi penjelasan akan alasan-alasannya sesaui dengan ilmu Kedokteran Hewan.
Pasal 21
Dokter Hewan tidak menanggapi keluhan (complain) versi klien mengenai sejawat lainnya.
Pasal 22
Dokter Hewan melakukan klien education dan memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita atau yang mungkin dapat diderita (preventive medicine) hewannya dan kemungkinan yang dapat terjadi. Dalam beberapa hal yang dianggap perlu Dokter hewan bertindak transparan.
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP
SEJAWAT DOKTER HEWAN
Pasal 23
Dokter hewan memperlakukan sejawat lainnya seperti dia ingin diperlakukan seperti dirinya sendiri.
Pasal 24
Dokter Hewan tidak akan mencemarkan nama baik sejawat Dokter hewan lainnya.
Pasal 25
Dokter Hewan wajib menjawab konsultasi yang diminta sejawat menurut pengetahua, keterampilan, dan pengalaman yang diayakininya benar.
Pasal 26
Dokter Hewan tidak merebut pasien dan atau menyarankan kepada klien berpindah dari Dokter Hewan sejawatnya.
BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 27
Dokter Hewan wajib memelihara bahkan meningkatkan kondisi dirinya sehingga selalu berpenampilan prima dalam menjalankan profesinya.
Pasal 28
Dokter Hewan tidak mengiklankan kelebihan dirinya secara berlebihan.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 29
Dokter Hewan harus berusaha dengan sungguh–sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Dokter Hewan Indonesia dalam pekerjaan profesinya sehari-hari, demi untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
Kode Etik Dokter Hewan Indonesia, janganlah merupakan kata-kata dan tulisan di kertas belaka. Setiap Dokter Hewan harus berusaha sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkannya dalam pekerjaan profesi sehari-hari agar martabat profesi tidak akan kahilangan keluhuran dan kesuciannya.
Oleh karena itu, setiap Dokter Hewan harus menjaga nama profesi dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan atau tidak sesaui dengan ilmu, moral, iman dan etik.
Undang-undang negara, Peraturan pemerintah, Ketentuan-ketentuan moral dan etik merupakan batas gerak yang tidak boleh dilanggar, kalau telah mulai keluar dari batas-batas tersebut maka akan timbul pertentangan antara kewajiban dan keinginan antara suara hati nurani dan iblis. Pikiran tenteram dan hati damai merupakan syarat mutlak untuk hidup bahagia di dunia, tidak akan dinikmati berapapun kebendaan yang dimiliki.
(Nugroho, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Dodhi,Yudabuntara.2009.Etika Profesi Veteriner.Yogyakarta
Nugroho.2009. Kongres PDHI -XV
http://weesnugroho.staff.ugm.ac.id/wp-content/tulisan-utk-kongres-pdhi-xv.pdf
akses 27 Oktober 2009
Anonimous.2009. Aristoteles
http://www.apprendre-math.info/indonesien/historyDetail.htm?id=Aristotle
akses 27 Oktober 2009
Anonimous. 2009. 100 tahun Dokter Hewan Indonesia
http://pdhijatim1.wordpress.com/2009/03/27/100-tahun-dokter-hewan-indonesia/
akses 27 Oktober 2009

Rabu, 16 September 2009

1. Komparasi siklus estrus
Siklus Estrus pada Kuda
Pubertas antara umur 10 dan 24 bulan, dengan rata-rata 18 bulan. Panjangnya siklus estrus antara permulaan suatu periode estrus sampai permulaan berikut nya pada kuda antara 7 sampai 124 hari. Lamanya estrus rata-rata 6 hari, tetapi dimungkinkan juga adanya variasi yang besar. 
 Periode birahi cenderung memendek dalam perubahan musim semi ke musim panas. Periode estrus yang terpendek nampak berkaitan dengan menaiknya fertilitas. Pada awal musim kawin, periode estrus cenderung tak teratur dan panjang, sering juga terjadi tanpa ovulasi.
 Fertilitas menaik selama estrus mencapai puncak dua hari sebelum estrus, kemudian menurun mendadak. Kuda dengan periode birahi satu sampai tiga hari hendaknya dikawinkan pada hari pertama. Kuda dengan periode yang lebih panjang hendaknya dikawinkan pada hari ketiga atau keempat dan lagi 48 sampai72 jam kemudian.
 Pada awal musim kawin, beberapa kuda memperlihatkan keinginan yang besar selama periode birahi yang panjang, tetapi tidak terjadi ovulasi. 




Siklus Estrus pada Sapi
pada sapi pubertas bervariasi menurut bangsa dan tingkat nutrisi. Sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur rata-rata 37 minggu apabila tingkat nutrisi baik, dan 49 minggu bila nutrisinya sedang, serta 72 minggu bila tingkat nutrisi rendah. 
 Panjang siklus estrus rata-rata 20 hari, dan 21 sampai 22 hari untuk sapi dewasa. Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan saat dimana sapi betina siap sedia dinaiki baik oleh betina lain atau pejantan. Periode ini rata-ratanya adalah 18jam untuk sapi perah ataupun sapi pedaging dan sedikit lebih pendek untuk sapi heifer sekitar 12-24jam. Ovulasi normal terjadi kira-kira 10-15 jam setelah birahi. 
 Saat perkawinan. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam menjelang ovulasi. Disarankan bahwa spermatozoa harus hadir sekurangnya 6 jam di dalam uteruys sebelum mampu membuahi sebuah ovum. Perdarahan dari vulva sering terjadi pada heifer dan dewasa, satu sampai tiga hari setelah berakhirnya estrus. 
 Siklus Estrus pada Domba
Pubertas umunya terjadi pada musim gugur yang pertama pada umur sampai 12 bulan, bila domba itu menerima makana yang baik.
 Musim kawin. Domba merupakan hewan-hewan yang poliestrus musiman, dengan periode anestrus yang panjang, yang diikuti dengan suatu musim kawin yang bervariasi dari 1 sampai 20 hari siklus estrus yang berurutan. Panjang musim kawin berkaitan dengan keadaan iklim. 
 Panjangnya Siklus estrus. Lama siklus estrus rata-rata pada domba antara 16,5 dan 17,5 hari. Siklus yang terlalu panjang atau terlalau pendek cenderung terjadi selama awal atau akhir masa birahi, bukan pertengahan. Lama estrus rata-rata adalah sekitar 30jam dengan kisaran antara 3 sampai 84 jam.
 Siklus estrus pada Babi
Rata-rata siklus estrus pada babi sekitar 21 hari dengan kisaran 11 sampai 41 hari. Lamanya estrus dapat berkisar dari 15 sampai 96 jam: dengan rata-rata antara 40-46 jam. Estrus pertama setelah masa sapih umunya lebih panjang yaitu sekitar 65 jam. Dan terjadi 7 sampai 9 hari setelah penyapihan.

2. Perkembangan embrio
Pubertas
Pubertas adalah peroide saat organ reproduksi untuk pertama kalinya mulai berfungsi. Masak kelamin dalam pengertian ini berbeda dari satu spesies ke spesies yang lain. (Frandson, 1992)
 Tercapainya pubertas pada hewan agak berbeda karena pertumbuhan tubuh dan kelamin sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keturunan, iklim, social, dan makanan. (Soebadi, 1987)
 Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina(ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit, yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama perkembangan oosit, terjadi proses pembentukan kuning telur atau vitelus melalui proses vitelogenesis. Adanya timbunan vitelus dalam ovum (pada ooplasma) menyebabkan oosit bertambah besar. 
 Pada akhir oogenesis, oosit mengalami pembelahan meiosis atau sering disebut pembelahan pemasakan yang akan menghasilkan ovum haploid (n kromosom). Akan tetapi proses meiosis tersebut pada umumnya tidak berlangsung hingga tuntas dan berhenti pada meiosis tahap pertama. Proses penyelesaian pembelahan meiosis pada ovum akan terjadi jika ada rangsang berupa pemasukan sperma ke ovum. Pada saat inti sperma bertemu dengan inti
ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah berlangsung, sehingga ovum benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah siap dibuahi. (isnaeni,2006)
Ovulasi
 Ovulasi adalah proses terlepasnya sel ovum dari ovarium sebagai akibat pecahnya folikel yang telah masak. Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses ovulasi tergantung pada lokasi sel telur dalam folikel. Waktu ovulasi akan singkat apabila sel telur berada di dasar folikel dan akan lama apabila sel telur berada dekat pada stigma yang menonjol dipermukaan ovarium ( Anonim, 2009 ).
Mekanisme terjadinya ovulasi :
a. Hormonal :
 Setelah folikel-folikel tumbuh karena pengaruh hormon FSH dari pituitari anterior,maka sel-sek folikel mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini dalam dosis kecil akan menyebabkan terlepasnya hormon LH. Hormon LH memegang peranan penting dalam menggertak terjadinya ovulasi. Pecahnya folikel terjadi adanya tekanan dari dalam folikel yang bertambah besar dan persobekan pada daerah stigma yang pucat karena daerah ini kurang memperoleh darah.
b. Neural :
 Rangsangan pada luar servik, baik pada saat kopulasi atau kawin buatan akan diteruskan oleh saraf ke susunan saraf pusat yang akan diterima oleh hipotalamus. Nantinya akan disekresikan LH realising hormon dan kadar LH dalam darah akan meningkat sehingga mengakibatkan ovulasi ( Anonim, 2009 ).
Dari sisa-sisa folikel yang telah mengalami ovulasi akan terbentuk bermacam-macam tenunan yaitu :
a. Korpus haemoragikum
 Setelah ovulasi akan diikuti pemberian darah yang lebih pada sisa-sisa folikel. Terjadi hipertropi dan hiperplasi pada tenunan sehingga tebentuk benda yang bulat menonjol dipermukaan ovarium,kenyal,dan berwarna merah
b. Korpus Luteum
 Sebagai akibat dari proses luteinasi dari korpus haemoragikum oleh pengaruh hormon LTH, terjadilah pertumbuhan lebih lanjut dari sel-sel tersebut. Tenenuan baru akan berubah warna menjadi kuning dan menghasilkan progesteron yang lama-lama akan tinggi pada puncak siklus birahi.
c. Korpus Albikansia
 Berhentinya aktivitas korpus luteum dalam menghasilkan progesteron akan menyebabkan degenerasi dari sel-selnya karena sudah tidak memperoleh suplai darah maka bentuknya menjadi sangat kecil dan berwarna pucat. Ovulasi pada sapi terjadi sekitar 10-12 jam setelah estrus berakhir. Adanya gangguan pada saat ovulasi dapat menyebabkan tidak terjadinya fertilisasi dan atau gangguan perkembangan embrio. Gangguan ovulasi dapat terjadi karena defisiensi atau ketidakseimbangan endokrin dan faktor mekanik ( Anonim, 2009 ).
 Fertilisasi
Fimbria pada margin infundibulum dari tuba uterin sangat erat dengan ovari dan pada saat ovulasi ovum masuk ke dalam infundibulum melalui tuba uterin. Ovum kemudian bergerak ke tuba uterin ke dalam uterus melalui kerja gabungna anatara silia dan permukaan mukosa dari sel-sel epitel dan kontraksi yang terjadi pada dinding muskular dari tuba uterin. Kontraski tersebut dipengaruhi oleh rasio antara hormon estrogen dan progesteron, kadar prostalglandin, dan derajat stimulasi tuba uterin oleh bagian simpatetik dari sistem saraf otonom.
 Segera setelah ovulasi, ovum didalam membran vitelin dikelilingi oleh suatu membran mukopolisakarida yang kuat, yaitu zona pelusida dan oleh sejumlah sel-sel granulosa yang membentuk korona radiata di luar zona pelusida.
Embriogenesis
 Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya, disebut blastomer. Sesudah 3-4 kali pembelahan : zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium morula (kira-kira pada hari ke-3 sampai ke-4 pascafertilisasi). Morula terdiri dari inner cell mass (kumpulan sel-sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan-jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta). Kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass merembes cairan menembus zona pellucida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini zigot disebut berada dalam stadium blastula atau pembentukan blastokista. Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas, dan outer cell mass kemudian disebut sebagai trofoblas ( Yosemite, 2009 ).
Kelahiran
 Parturisi merupakan suatu proses kelahiran. Di sini fetus bertanggung jawab terhadap inisiasi kelahiran, proses endokrin cukup berbeda dari satu spesies dengan yang lainnya, pada beberapa spesies proses tersebut belum secara rinci dapat dijelaskan. Peningkatan produksi kortisol fetus terjadi sebagai akibat dari perubahan dan kedewasaan aksi hipotalamus-pituitari-adrenal fetus. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh stress fetus yang berkembang karena plasenta tidak mampu lagi menyuplai kebutuhan untuk pertumbuhan dan tuntutan fetus
 ( Hary, 2009 ).
Kejadian endokrin yang mendahului kelahiran antara lain ; 
• Peningkatan produksi corticotropin–releasing hormone (CRH) oleh otak fetus.
• Peningakatan produksi hormonr adenocrticotropic (ACTH) oleh glandula pituitari anterior fetus.
• Peningkatan produksi kortisol oleh galndula adrtenal fetus
• Perubahamn plasenta progerteron ke estrogen
• Estrogen menstimuli myometrium untuk memproduksi prostlagladin F2a (PGF2a) dan juga menyebabkan relaksasi cervix
• PGF2a menyebabkan kontraksi myometrium yang akan menyebabkan tekan intra uterin dan memndorong fetus ke arah cervic.
• Oksitosin akan dikeluarkan oleh galandula pituitari posterior induk dan fetus memacu dilatasi cervic.
• Oksitocin menyebabakn kontrakasi myometrium. 
 Hormon peptida relaxin diproduksi oleh plasenta atau oleh maternal korpus luteum pada kebuntingan awal. Relaxin juga berperan pada relaksasi maternal cervix menjelang kelahiran dan mempengaruhi efisiensi kontraksi myometrium ( Hary, 2009 ).
Menjelang kelahiran
 Tanda-tanda mendekati kelahiran dapat diperhatikan selama akhir bulan kebuntingan, tanda- tanda tersebut antara lain : 
• Rotasi posisi lahir
 Selama kebuntingan, fetus akan rebah pada punggung dengan kaki menghadap ke atas. Sesudah rotasi ke posisi lahir, fetus akan rebah pada thorax atau abdomen dengan kaki depan ke diposisikan pada ujung kornu dekat cervix dan hidungnya terletak di antara kaki depan. Dengan posisi ini, kelahiran lebih mudah. 
• Perubahan gl.mammae
 Pertumbuhan gl.mammae dapat terlihat selama akhir kebuntingan. Ini disebabkan oleh kerjasama estrogen dan progesteron yang merangsang perkembangan duktus-duktus dan jaringan-jaringan sekresi gld.mammae. Mendekati kelahiran gl.mammae akan membesar dan berisi air susu. Sintesis susu merupakan fungsi prolactin dalam kerjasamanya dengan hormon lain. Ketika oxytocin dilepaskan selama kelahiran, terjadilah milk let down sehingga menyebabkan air susu keluar dari puting susu ( Hary, 2009 ).
• Perubahan lain
 Makin mendekati kelahiran maka Relaxin bekerjasama dengan estrogen yang akan menyebabkan relaksasi ligamentum pelvis dan perluasan saluran cervix. Relaksasi lig pelvis di sekitar pangkal ekor akan menyebabkan pangkal ekor lebih menonjol. Vulva menjadi lunak dan membengkak. Mukus terlihat seperti leleran dari vulva ketika estrogen menyebabkan sel2 epithel cervix mensekresikan mukus baru, sehingga mencairkan sumbat mukus. Domba akan mencoba meninggalkan kelompoknya. Domba akan mencari tempat sembunyi selama kelahiran ( Hary, 2009 ).
Stadium-stadium pada kelahiran :
Tahap pertama kelahiran
 Tahap ini dipercya berlangsung selama 6-12 jam. Domba betina akan memisahkan diri dari kelompoknya dan terlihat gelidah dan mencakar tanah. Beberapa domba betina tidak menunjukkan tanda apapun pada tahap pertama kelahiran.
Tahap kedua kelahiran
 Tahap ini berlangsung ½-1 jam dan mungkin sedikit lebih lama pada domba betina yang baru pertama kali melahirkan. Mayoritas anak domba memasuki saluran peranakan pada presentasi longitudinal anterior dengfan postur yang sama seperti anak sapi. Beberapa anak domba lahir dengan presentasi posteriore dengan kaki-kaki belakang yang menjulur memasuki saluran peranakan. Anak domba yang kecil pada presentasi anterior kadang-kadang dapat lahir dengan satu kaki depan pada fleksi bahu. Normalnya domba betina akan berbaring untuk melahirkan, mengejan dengan kuat dan menengadahkan kepalanya ke atas dan mengembik. Banyak domba betina memilih berbaring dengan posisi belakangnya. Melawan tembok atau pagar selama melahirkan.tahap kedua diulangi sewaktu anak domba berikutnya lahir. Kira-kira 50% anak domba terlahir dengan amnion utuh ( Hary, 2009 ).
Tahap ketiga kelahiran 
Plasenta normalnya lepas dalam waktu 3-4 jam setelah kemahiran anak domba yang terakhir.
Proses Kelahiran
Inisiasi hormon
 Pola hormon selama bagian akhir kebuntingan mengatur stadium kelahiran. Kadar estrogen, progesteron, dan relaksin terlihat tinggi sehingga dapat diketahui bahwa mekanisme yang menginisiasi kelahiran adalah pelepasan cortisol oleh fetus. Kenaikan cortisol menyebabkan produksi dan pelepasan yang lebih besar dari estrogen oleh plasenta yang menginisiasi pelepasan PGF2a dari uterusPGF2a yang menyebabkan regresi CL dan turunnya progesteron. Plasenta merupakan sumber utama Progesteron pada domba selama 2/5 akhir kebuntingan ( Hary, 2009 ).
 Tampaknya kenaikan cortisol fetus menyebabkan perubahan dalam enzim plasenta yang menghasilkan konversi Progesteron menjadi Estrogen. Estrogen plasenta menyebabkan pelepasan PGF2a dari uterus domba tetapi penurunan progesteron terlihat sebelum kenaikan PGF2a. 
 Oxytocin terlepas ketika gerakan fetus merangang syaraf sensoris cervix dan vagina. Konsenjtrasi Oxytocin yang tertinggi terlihat selama pengeluaran fetus. Lonjakan kecil terlihat selama pengeluaran plasenta Pelepasan PGF2a yang lebih besar disebabkan oleh oxytocin. Suatu peningkatan cortisol induk menjelang kelahiran mungkin disebabkan oleh stres parturisi dan tidak terlibat dalam regulasi parturisi. Lonjakan prolactin terkait dengan sintesis susu dan bukan dengan parturisi. 
Kejadian fisiologis utama dalam parturisi :
Dilatasi cervix untuk lintasan fetus
 Inisiasi dilatasi cervix disebabkan oleh relaxin yang bekerja sama dengan estrogen yang meningkat. Kerjasama hormon-hormon ini melunakkan cervix dan menyebabkan sel-sel epithelnya mensekresikan mukus. Dilatasi selanjutnya terjadi ketika kontraksi uterus mendorong allanto-chorion dan kemdian amnion ke arah cervix. Allanto-chorion mungkin pecah selama proses ini. Amnion biasanya tidak pecah sampai fetus memasuki cervix ( Hary, 2009 ).
 Sejumlah faktor ikut dalam inisiasi dan kontinuasi kontraksi uterus yang terjadi bersamaan dengan dilatasi cervix dan kemudian melanjut selama beberapa jam sesudah pengeluaran fetus.
Progerteron yg rendah, kemudian estrogen yg meningkat menyebakan hilangnya hambatan teerhadap kontraksi dari myometrium dan membuatnya lebih aktif terhadap agenagen yang sifatnya merangsang. Kontraksi uterus yg mengeluarkan fetus dan plasenta ( Hary, 2009 ).
 Kontraksi awal uterus mungkin disebabkan oleh PGF2a ketika dilepas dari endometrium dengan naiknya estrogen. Kontraksi awal ini lemah, ireguler, terjadi kira2 dengan interval 15 menit Ketika fetus terdorong ke dalam cervix rangsangan syaraf sensoris menyebabkan pelepasan oxytoxin dari hipofisis posterior.
 Meningkatnya pelepasan oxytocin ini disertai oleh pelepasan PGF2a yg lebih besar. Oxytoxin bekerja langsung pada myometrium atau secara tidak langsung lewat rangsangan pelepasan PGF2a yang lebih besar, menyebabkan kontraksi uterus akan lebih kuat, lebih ritmik dan lebih frekuen PGF2a dan Oxytoxin mencapai puncak selama pelepasan fetus
 Mortalitas fetus disebabkan oleh anoxia mungkin faktor lain yang menyebabkan kontraksi labih kuat mendekati berakhirnya stadium ketika fetus dikeluarkan. Ketika uterus berkontraksi menyebabkan berkurangnya aliran darah ke fetus, suplai oksigen menipis, yang menyebabkan meningkatnya aktivitas yang terkait dengan anoxia. Gerakan mekanik dari fetus yang mendorong ke arah kontraksi uterus menyebabkan kontraksi lebih kuat.
 Sesaat seblum pengeluaran fetus, kontraksi uetrus menjadi reguler, kuat dan frekuen, yang terjadi kira2 dengan interval 2 menit yang berlangsung selama kira2 1 menit. Kontraksi otot abdomen akan membantu akhir pengeluaran fetus.
 Sesudah pengeluaran fetus kontraksi uterus berkurang. Pengurangan ini akan menlanjut selama 1-2 hari. Kontraksi yg kontinyu bertanggung jawab untuk pengeluaran membran plasenta maupun cairan dan fragmen-fragmen jaringan plasenta yang masih tinggal dalam uterus. Lonjakan oxytosin kedua terkait dengan pengeluaran plasenta ( Murti, 2009 ).

3. Lama kebuntingan
Hewan Hari Hewan Hari
Kuda 340 Gajah 90
Lembu 284 Unta 52
Babi 116 Kerbau 46
Keledai 365 Kera 30
Kambing 154 Domba 21-22
Kelinci 30 Marmut 8-9
Anjing 60  
Kucing 65  
  ( Mukayat, 1994)
4. Gangguan 
Brucellosis
 Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder beberapa jenis hewan lainnya dan manusia. Brucellosis disebabkan bakteri Brucella abortus (Anonim, 1978). Abortus karena Br. abortus umumnya terjadi dari bulan ke-6 sampai ke-9 periode kebuntingan
Camphylobacteriosis
 Camphylobacteriosis yang disebabkan oleh Camphylobakter foetus veneralis (dahulu disebut Vibrio fetus veneralis) adalah salah satu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan melalui perkawinan. Umumnya ditemukan kematian embrio dini atau abortus pada bulan ke-4 sampai akhir kebuntingan (Toelihere, 1985).
Aspergillosis
 Aspergillosis adalah penyakit jamur pada unggas, burung liar termasuk penguin, dan mamalia yang sudah lama dikenal. Jenis Aspergillus yang dianggap patogen untuk hewan adalah Aspergillus flavus, A. candidus, A. niger, A. glaucus. Ummnya penyakit ini bersifat menahun, akan tetapi pada hewan muda dapat berjalan akut. Pada sapi jamur dapat menyebabkan abortus bila jamur berlokasi di selaput fetus (Ressang, 1984).
 Jamur masuk lewat inhalasi sampai ke paru-paru, spora akan mengikuti aliran darah menuju plasenta dan menyebabkan plasentitis diikuti oleh kematian fetus dan abortus. Jamur juga dapat masuk ke tubuh melalui makanan, lewat ingesti spora masuk rumen menyebabkan rumenitis kemudian masuk ke dalam darah menuju plasenta dan menyebabkan plasentitis yang diikuti oleh abortus (Prihatno, 2006).
Gangguan ovulasi dapat berupa ovulasi tertunda, anovulasi dan sista folikuler.
Ovulasi tertunda (Delayed ovulation)
 Ovulasi tertunda merupakan salah satu penyebab infertilitas. Kejadian ini dapat menyebebkan perkawinan atau IB tidak tepat waktu sehingga fertilisasi tidak terjadi dan akhirnya kegagalan kebuntingan. Penyebab ovulasi tertunda bisa karena rendahnya kadar LH dalam darah atau karena diperpanjangnya masa folikuler. Diagnosis dapat dilakukan secara per rektal folikelnya yaitu 24-36 jam setelah estrus berakhir. Gejala yang tampak pada kasus ini adalah terjadinya kawin berulang. Terapi dapat dilakukan dengan injesi GnRH (100-250 mikrogram Gonadorelin) saat IB atau pemberian hCG( Admin, 2008 ).
Sista Ovaria
 Ovaria dikatakan sistik bila mengandung satu atau lebih struktur yang berisi cairan dan lebih besar dibanding folikel yang masak. Adanya sista tersebut menyebabkan folikel de graf tidak berovulasi (anovulasi) tetapi mengalami regresi dan atresia atau mengalami luteinisasi sehingga ukuran folikel meningkat, adanya degenerasi lapisan sel granulosa dan memetap paling sedikit 10 hari ( Admin, 2008 ).
Akibatnya sapi-sapi menjadi anestrus atau nimfomania. Sista ovaria merupakan salah satu penyebab infertilitas. Faktor predeposisinya adalah herediter dan diet. Penyebab sista ovaria adalah gangguan ovulasi dan endokrin. Terapinya dapat dengan LH/HCG, GnRH, PGF2α ( Admin, 2008 ).
Berdasarkan kejadiannya sista ovaria dibagi menjadi sista folikuler, sista luteal dan sista korpora luteal.
Anovulasi
 Sering dikaitkan dengan true anestrus, namun estrus dapat terjadi tetapi folikel mengalami regresi atau atresia. Juga sering terjadi pada sapi setelah partus, dimana ada aktivitas ovarium yang ditandai dengan adanya estrus namun lemah karena folikel tidak berkembang secara maksimum dan hilang (anestrus) karena folikel mengalami regresi. Tidak berkembangnya folikel sampai masak dan tidak terjadinya ovulasi mungkin disebabkan karena rendahnya kadar hormone FSH dan LH. Kadang folikel tidak regresi dan mencapai ukuran 2-2,5 cm, tapi dindingnya mengalami luteinisasi sehingga mirip dengan korpus luteum atau folikel berkembang menjadi folikel de graf tetapi gagal ovulasi karena gangguan pelepasan hormone gonadotropin. Gejala klinis dalam kasus ini adanya estrus kembali setelah perkawinan atau adanya kawin berulang. Pada pemeriksaan per rectal terhadap ovarium teraba rounded atau halus, tidak ada fluktuasi, solid seperti korpus luteum. Terapi menggunakan HCG atau GnRH ( Admin, 2008 ).
Epizootic Bovine Abortion (EBA)
 Epizootic Bovine Abortion (EBA) disebabkan oleh Chlamydia psittasi dan vektornya adalah Ornithodoros coriaceus. Penyakit ini menyebabkan abortus yang tinggi (30-40%) pada tri semester akhir kebuntingan pada sapi dara (Prihatno, 2006).
Parasit
Epizootic Bovine Abortion (EBA)
 Virus ini terutama menyerang fetus, ditandai adanya haemorrhagia petechial pada mukosa konjungtiva, mulut dan kulit fetus. Terdapat cairan berwarna jerami umumnya terdapat di dalam rongga tubuh. Infeksi virus ini pada fetus menyebabkan hati membengkak, berbungkul kasar dan berwarna kuning dan hampir semua kelenjar limfa membengkak dan oedematous (Toelihere, 1985).
 Bakteri yang menyebabkan pregnancy loss jarang sekali dilaporkan terjadi pada kucing. Contohnya pada kasus distokia dan stillbirth pada anak kucing biasanya disebabkan karena adanya asosiasi antara kondisi lingkungan dengan kontaminasi dari Salmonella typhimurium, yang berasal dari pakan kasar untuk semua kucing di tempatnya [31]. Kemudian pada kasus yang lain, percobaan dengan menggunakan infeksi dari Bartonella henselae akan menyebabkan terjadinya sub-fertilitas pada induk kucing, akan tetapi bakteri tidak menular lewat kopulasi, tranplasenta atau lewat colostrum dan susu ( Jogjavet, 2009 ).











DAFTAR PUSTAKA
1. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM Press
2. Partodiharjo, Soebardi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya
3. Wildan, Yatim. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito
4. Mukayat, Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta :Erlangga
5. Wiwi, Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
6. Yosemite.2009.http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob6.html
7. HaryMurtiLastiko.2009.http://akar-bambu.blogspot.com/2009/01/proses-partus-pada-domba.html
8. Jogjavet.2009.http://jogjavet.wordpress.com/2008/03/18/kebuntingan-pada-kucing/
1. struktur jamur dan bakteri
 struktur jamur 
pada umumnya, sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 um, lebarnya dab panjangnya dari 5 sampai 30um atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas. Khamir tidak dilengkapi flagelum atau organ-organ penggerak lainnya.
   
 Tubuh atau talus, suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian: miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan bebrapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10 um. Di sepanjang setiap hifa tedapat sitoplasma.
 Ada tiga macam morfologi hifa:
a. Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat
b. Septat dengan sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nkleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang lainnya.
c. Septat dengan sel multinukleat.
 struktur bakteri
 (wikipedia, 2009)
struktur di luar dinding sel
a. Flagelum
flagelum menyebabkan motilitas(pergerakan) pada sel bakteri. Flagelum terdiri dari tiga bagian : tubuh dasar, struktur seperti kait dan sehelai filamen panjang di luar dinding sel. Flagelum dibuat dari subunit-subunit protein. Flagela adalah struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat flagela berbentuk seperti tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel dan membran sel untuk membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi. Flagela berbentuk seperti cambuk. Flagela digunakan bakteri sebagai alat gerak. Bentuk yang umum dijumpai meliputi:
Monotrik - Flagela tunggal ditemukan di satu tempat di sekitar sel
Peritrik - Banyak flagela ditemukan di beberapa tempat di sekitar sel
Amfitrik - Banyak flagela ditemukan pada kedua kutub sel
Lofotrik - Flagela ditemukan pada salah satu kutub
  (wikipedia,2009)
b. Pilli ( fimbriae)
Fimbria adalah tabung protein yang menonjol dari membran pada banyak spesies dari 
Proteobacteria. Fimbria umumnya pendek dan terdapat banyak di seluruh permukaan sel bakteri. Struktur pili mirip dengan fimbria dan ada di permukaan sel bakteri namun tidak banyak. Pili berperan dalam konjugasi bakteri.
c. kapsul 
kapsul adalah bagian asesori dari bakteri berfungsi melindungi bakteri dari suhu atau 
kondisi lingkungan yang ekstrim
d. dinding sel
Fungsi dinding sel pada prokaryota, adalah melindungi sel dari tekanan turgor yang 
disebabkan tingginya konsentrasi protein dan molekul lainnya dalam tubuh sel dibandingkan dengan lingkungan di luarnya. Dinding sel bakteri berbeda dari organisme lain. Dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan yang terletak di luar membran sitoplasmik. Peptidoglikan berperan dalam kekerasan dan memberikan bentuk sel. Ada dua tipe utama bakteri berdasarkan kandungan peptidoglikan dinding selnya yaitu Gram positif dan Gram negatif(anonim b, 2009).
e. membran sitoplasma
f. spora

2. reproduksi jamur
bagian terbesar suatu kapang secara potensila mampu untuk tumbuh dan berkembangbiak. Inokulasi fragmen yang kecil sekali pada medium sudah cukup untuk memulai individu baru. Hal ini diperoleh dengan menanamkan inokulum pada medium segar dengan bantuna jarum transfer, suatu cara yang serupa dengan yang digunakan untuk bakteri.
 Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukan spora, dapat pula secara seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya. Pada pembelaha, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya.
 Spora aseksual, yang berfungsi untuk menybarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual.
a. Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.
b. Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus (sporangiofor). Aplanospora ialah sporangiospra nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
c. Oidium atau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d. Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten \terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
e. Blastopsora. Tunas atau kuncup pada sel-sel kamir disebut blastospora.
Spora seksual, yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus terbentuk lebih jarang 
terbentuk kemudian dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Ada beberapa tipe spora seksual :
a. Askospora. Spora besel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askopsora di dalam setiap askus.
b. Basidiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
c. Zigospora. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia
d. Oospora. Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dlama anteredium menghasilkan oospora. Dalam setap oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer(Michael, 1986).

3. Penicilium
Sejak pertama kali diteliti oleh Fleming pada tahun 1929 melalui koloni stafilokokus yang terkontaminasi Penisilium, penisilin menjadi antibiotika pertama yang digunakan dalam klinik secara luas. Batas antara dosis terapi dan dosis toksik sangat lebar, sehingga relatif aman dibanding antibiotika yang lain. Penisilin kurang poten terhadap bakteri gram negatif, dan sebagian besar dirusak oleh beta-laktamase (penisilinase). Beta-laktamase biasanya dihasilkan oleh Stafilokokus aureus, beberapa E. coli, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa.
Secara umum penisilin didistribusikan dengan baik ke seluruh bagian tubuh, mencapai kadar terapetik di pleura, peritoneal, abses, dan cairan sinovial. Distribusi ke mata dan otak relatif sedikit, sedangkan kadarnya di urin cukup tinggi. Kadar penisilin di cairan serebrospinal kurang dari 1% dari nilai plasma pada kondisi meninges yang tidak inflamasi, dan kadar ini meningkat hinggga 5% kadar dalam plasma, selama proses inflamasi.
Pengelompokan penisilin
a. Berdasarkan aksinya:
Aktif terhadap Gram (+), dirusak oleh beta-laktamase, misal: penisilin G
Relatif stabil terhadap asam lambung sehingga dapat diberikan dalam bentuk oral, misal: penisilin V, ampisilin, kloksasilin
Aktif terhadap Gram (+), resisten terhadap stafilokokus penghasil beta-laktamase, misal: metisilin, nafsilin
Relatif aktif terhadap Gram (+) & (-), dirusak oleh beta-laktamase, misal: tikarsilin, karbenisilin
b. Berdasarkan spektrum antibakteri:
Narrow spectrum, sensitif terhadap beta-laktamase misal: penisilin G (bensil-penisilin), benzatin penisilin, prokain penisilin, penisilin V (fenoksimetil-penisilin)
Narrow spectrum, resisten terhadap beta-laktamase misal: metisilin, oksasilin, nafsilin, kloksasilin, dikloksasin
Broad spectrum, aminopenisilin misal: ampisilin, amoksisilin
Extended spectrum, antipseudomonas, misal: karbenisilin, tikarsilin, piperasilin
Mekanisme aksi
Penisilin bersifat bakterisidal, dengan efek utama menghambat sintesis dinding sel bakteri yang sedang aktif membelah, sehingga dinding sel menjadi lemah, lisis, dan menyebabkan kematian bakteri


PENISILIN G DAN V
Penisilin G tidak stabil dalam kondisi asam dan secara cepat terhidrolisis di dalam lambung yang berisi makanan. Penisilin yang tidak dapat terabsorpsi ini akan dirusak oleh bakteri dalam colon. Oleh sebab itu penisilin G hanya dapat diberikan per parenteral. Sebaliknya, penisilin V tahan dalam suasana asam dan diabsorpsi dengan baik di lambung, meskipun terdapat makanan di dalamnya.
Setelah pemberian injeksi i.m, kadar puncak penisilin-G dicapai dalam waktu 15-30 menit tetapi segera turun karena obat secara cepat dieliminasi melalui ginjal. Waktu paruh (t 1/2 ) sekitar 30 menit. Penisilin-prokain merupakan campuran equimolar antara penisilin dengan prokain. Dalam bentuk ini kadar puncak tertunda hingga 1-3 jam.
Kadar penisilin-G dalam serum dan jaringan masih tetap ada hingga 12 jam pada pemberian 300.000 unit dan hingga bebeerapa hari pada pemberian 2,4 juta unit.
Benzatin penisilin merupakan kombinasi antara 1 mol penisilin dan 2 mol basa amonium, yang kadarnya masih tetap dapat terdeteksi dalam plasma hingga 15-30 hari.
Penisilin G didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dengan volume distribusi yang ekuivalen dengan yang terdapat dalam cairan ekstraseluler. Sekitar 10% dari penisilin-G dieliminasi melalui filtrasi glomeruler sedangkan yang 90% via sekresi tubuler.
Ekskresi penisilin dapat dicegah oleh adanya probenesid, sehingga dapat memperpanjang waktu paruhnya. Eliminasi renal penisilin (anonym a, 2009)

4. metabolisme jamur dan bakteri
 metabolisme jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. 


a. Parasit obligat 
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). 
b. Parasit fakultatif 
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok. 
c. Saprofit 
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif(anonim d, 2009).

 metabolisme bakteri
Metabolisma didefinisikan sebagai semua reaksi kimia yang terjadi dalam sel.Metabolisma terdiri dari dua proses yang berlawanan yang terja secara simultan.Reaksi tersebut adalah:
1. Sintesis protoplasma dan penggunaan energi yang disebut sebagai Anabolisma.
2. Oksidasi subsstrat diiringi dengan terbentuknya energi disebur dengan Katabolisma.
 Melalui proses Oksidasi-reduksi. Oksidasi adalah proses pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas, maka setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksireduksi. Hasil dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi.

Fosforilasi Oksidatif
Pada umumnya reaksi oksidasi secara biologi dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim tersebut mentransfer elektron dan proton yang dibebaskankepada aseptor elektron intermedier seperti NAD+ dan NADP+ untuk dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Fosforilasi oksidasi terjadi pada saat elektron yang mengandung energi tinggi tersebut ditranfer ke dalam serangkain transpor elektron sampai akhirnya di tangkap oleh oksingen atau oksidan anorganik lainnya sehingga oksigen akan tereduksi menjadi H2O.
1. Tranfer elektron menuju oksigen melalui berbagai caier seperti flavoprotein,quinon maupun citekrom.
2. Adanya tranfer elektron ini mengakibatkan aliran proton (H+)dari sitoplasma ke luar sel. Jadi arah aliran adalah dari dalam ke luar. Hal ini akan menimbulkan peredaan konsentrasi proton atau dikenal dengan gradien pH.
3. PH pada umunnya 7,5. Gradien pH terjadi jika pH di luar sel lebih kecil dari 7,5. Selanjutnya gradien pH bersama dengan potensial membenukprotonmotive force.Kekuatan (protonmotive force) inilah yang menarikproton dari luar sel kembali ke dalam sel. Bersamaan dengan masuknyakembali proton tadi terbentuk energi yang digunakan untuk berbagai aktifitas sel.
4. Para menbran terdapat enzim spesifik disebut dengan ATPase. Energiyang di sebabkan pada saat masuknya kembali proton tadi akandigunakan oleh ATPase untuk forforilasi ADP menjadi ATP. Energi ini disimpan dalam bentuk ikatan fosfat yang selanjutnya dapat di gunakanuntuk aktifitas sel. Reaksinya adalah:
Adenosin -P ~ P + Pi. ……energi…… Adenosin- P~ P~ P
Fotosintesis ada 2 macam
1. Fotosintesis tipe Cynobacteria. Fotosintesis tipe ini sama dengan fotosintesis yang terjadi pada tanaman tingkat tinggi dengan keseluruhan reaksi adalah. 
  CO2 + 2H2O ……sinar matahari…… H2O + [ CH2o ]n + O2 klorofil dimana pada sistem fotosintesis ini terdapat 2 fotosistem yaitu fotosistem (PS) Idan II. Aliran elektron dari PS II ke PS I selanjutnya mengubah NADP+ menjadi NADPH. Aliran eletktron yang demikian dikatakan noncyelic phosphorilation.
2. Fotosintesis tipe Noncyanobacteria.
Kelompok bakteri ini tidak memiliki fotosistim II untuk menfotolisis H2O. Dengan demi kian bakteri ini tidak pernah menggunakan air sebagai reduktan sehingga oksigen tidak pernah di hasilkan dari fotosintesis. Fotosintesis yang demikian berlangsung dalam keadaan anaerob, sehingga dikenal dengan fotosintesis anaerob. Jadi organisma ini memerlukan suplai senyawa organik sebagai donor hidrogennya Berdasarkan tipe pada reduktan dan pigmen fotosintesisnya kelompok bakteri inidapat di bagi menjadi 3 family yaitu Chlorobiceae,Ceomaticeae, dan rhodospirillaceae.
1. Chlorobiceae.
Disebut juga dengan green-sulfur bacteria. Bacteri ini juga di gunakan hidrogen dan beberapa senyawa mengandung sulfat sebagai reduktanya.
2. Chromaticeae.
Pada prinsipnya sama dengan Chomaticeae tetapi pigmen yang dimilikinya tidak hijau melainkan merah- jingga disebut dengan purle- surful- bacteria.
3. Rhodospirillaceae.
Bakteri ini menggunakan hidrogen dan berbagai senyawa organik sebagai reduktan . contoh: Rhodospirillum, Rhodopseudomonas.Chemotrofik atau Autotrofik Organisme
Seperti halnya organisme fotosintetik, kelompok bacteri ini menggunakan CO2 sebagai sumber korban. Akan tetapi untuk mengubah CO2 menjadi material sel diperlukan energi dan NADPH. Pada bakteri fotosintetik energi dan NADPH ini diperoleh dari sinar matahari, akan tetapi pada organisma kemoutotrofdiperoleh dari oksidasi senyawa kimia. Jadi proses pengangkapan energi sama dengan yang terjadi pada fosforilasi oksidatif dimana elektron yang dihasilkan dari oksodasi sulfut, amino dan lain-lain di transfer melalui serangkaian stanspor elektron yang menyebabkan keluarnya proton dari sel. Potensial pH yang terjadi dikonversi didalam ikatan fosfat yang mengandung energi yang tinggi dada saat proton tersebut masuk kembali kembali kedalam sel melalui chanel proton. Setelah ATP termasuk, pola biosintesis dalam sel analog dengan organisme fotosintesis.
METABOLISMA HETEROTROF
Sebagian besar bakteri kehilangan kemampuan untuk mensintesis protoplasma dari senyawa-senyawa anorganik sehingga bergantung sepenuhnya pada senyawa organik sehingga sebagai makanannya. Organisme yang demikian disebut dengan heterotrof yang artinya ‘ nourish by other, atau makanan disediakan oleh organisme lain, dan tipe nutrisinya di sebut heterotrofik. Akan tetapi perlu diingat bahwa batasan ini sebenarnya tidak begitu tegas. Dan adabeberapa mikroorganisma heterotrof membutuhkan senyawa organik lebih banyak di bandingkan dengan organisme lain. Berdasarkan sumber korban dan energinya, mikroorganisme dikelompokkan sebagai berikut
Fermentasi adalah proses yang berlangsung adalam keadaan anaaerob, dimana dalam proses ini tidak melibatkan serangkaian transfer elektron yang dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam membran sel. Dalam hal ini elektron dan proton distranfer langsung dari senyawa yang oksidasi menuju senyawa organik intermediet yang lain yang akhirnya membentuk produk fermentasi yang stabil. Oleh karena itu pada proses fermentasi terjadi akumulasi produk yang organisme tidak mampu mengoksidasi oleh lanjut.
FERMENTASI
Selama fermentasi produk intermediet yang terbentuk dari katabolisme senyawa organik seperti glukosa berperan sebagai aseptor elektron terakhir menyebabkan terbentuknya senyawa produk akhir fermentasi yang stabil. Sebagai contoh, pada umumnya mikroorganisme mengubah guka menjadi asam piruvat. Dalam hal ini juga membentuk NHDA dan harus melepaskan elektronnya kepada aseptor jika organisme melakukan metabolisme lebih lanjut. Hal ini dipenuhi dengan cara menggunakan asam pirauvat atau beberapa produk dari asam piruvat sebagai aseptor elekktron terakhir. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah : dengan tidak adanya transfor ewlektron selqma permentasi ikatan fosfat berenergi tinggi tidak terbentuk melalui fosfolirasi oksidatif melainkan proses yang disebut dengan fosfolirasi subsrat. Dalam hal ini senyawa intermediate diokasidasi, energi yang dilepaskan dikonversi langsung kedalam ikatan yang mengandung energi tinggi. 
1. Fermentasi Asam homolaktat
2. Fermentasi Alkohol
3. Fermentasi Asam Campuran
4. Fermentasi butylen-glikol
5. Fermentasi Asam propionat
6. Fermentasi Asam Butirat, butanol, dan aseton
Nitrat Reduser
Kebanyakan mikroorganisma yang dapat menggunakan nitrat sebagai aseptor elektron terakhir adapat dikatakan sebagai fakultatif. Jadi dalam keadan anaerob dapat menggunakan nitrat jika tersedia. Jika tidak, mikroorganisma akan melakukan metabolisma aerob ataupun permetasi. Kelompok bakteri ini antara lain; Escherichia, Enterobakter, Bacillus, Pseudomonas, Mikrocoocus dan Rhizobium..mikroorganisam tersebut nmereduksi nikrat menjadi nitrogen bebas.
2NO3- + 12 e- + 12 H + …………..N2 + 6 H2 0
Proses in disebut dengan Denitrifkasi yang merupakan masalah serius bagi pertaniankarena menyebabkan hilangnya nitrat dari tanah. Akan tetapi proses tersebutsanyat bermanfaat untuk mengambil nitrogen dari lembah tinja atau lembah yang
lain.
5. obat antijamur dan antibakteri
 OBAT ANTIJAMUR
A. amphotericin B
antibiotik poplyene utama adalah Amphotericin B, yaitu suatu metabolit streptomyces. 
Amphotericin B adalah obat yang paling efektif untuk mikosis sistemik berat. Ia memiliki spektrum yang luas, dan perkembangan resistemsinya jarang. Mekanisme kerja polyene melibatkan pembentukan komplek-komplek dengan ergosterol dalam membran sel jamur, yang menimbulkan kerusakan dan kebocoran membran. Amphotericin B mempunyai afinitas yang lebih besar untuk ergosterol daripada kholesterol, yang merupakan sterol dominan pada membran sel mamalia. Penyelubungan Amphotericcin B dalam liposom dan emulsi lipid menunjukan keampuhan eksperimental yang luar biasa dan bebrapa hasil yang sangat baik dalam penelitian klinis. Formulasi-formulasi ini kini tersedia dan bisa menggantikan sediaan konvensional. Sediaan lipid tidak begitu toksik dan memungkinkan konsentrasi Amphotericin B yang lebih tinggi untuk digunakan.

 Mekanisme kerja
Amphotericin B diberikan secara intravena sebagai persenyawaan dengan natrium deoxycholat yang dilarutkan dalam larutan dekstrose. Walaupun obat ini disebarluaskan dalam jaringan, penetrasinya ke cairan spinal buruk. Amphotericin B berikatan erat dengan ergosterol dalam membran sel. Interaksi ini merubah keenceran membran dan mungkin menimbulkan pori-pori pada membran, dimana melalui pori ini ion-ion dan molekul kecil lepas. Tidak seperti antijamur lain, Amphotericin B bersifat mematikan sel. Sel-sel mamalia miskin ergosterol dan realtif resisten terhadap aktivitas ini. Amphotericin B berikatan lemah dengan kholesterol dalam membran mamalia dan interaksi ini bisa menjelaskan tentang toksisitasnya. Pada kadar yang rendah, amphotericin B mempunyai efek imunostimolator(Jawetz, 2005).

B. Flucytosine
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah derivat cystosine terfluorisasi. Ia adalah 
campuran antijamur oral yang biasanya digunakan bersamaan dengan Amphotericin B untuk mengobati cyptococcosis atau candidiasi. Ia juga efektif terhadap banyak infeksi jamur dematiaceous. Ia menembus ke dalam semua jaringan dengan baik termasuk cairan spinal.
Mekanisme kerja
Flucytosine secara langsung ditranspor ke dlam sel-sel jamur melalui suatu permease. 
Ia diubah oleh suatu enzim jamur cystosine deaminase menjadi 5-fluorouracil dan bergabung menjadi 5-fluorodexyuridilic acid monophosphatease, yang mengganggu aktivitas sintetase thymidilate dan sintesis DNA. Sel-sel mamalia tidak mempunyai cystosine deaminase sehingga terlindung dari efek toksik fluorouracil. Beradampak pada mutan-mutan resisten cepat muncul, membatasi pemakaian flucytosine(Jawetz, 2005).
C. Azol-azol
imidazol antijamur (misalnya ketocozanol ) dan triazol (flucozanol dan itracozanol) 
hádala obat-obatan yang digunakan untuk mengobati spektrum infeksi jamur yang luas, yang terlokalisir dan sistemik. Indikasi untuk pemakainya tetap dalam evaluasi, tetapi mereka telah menggantikan Amphotericin B dalam banyak mikosis yang tidak begitu parah karena mereka dapat diberikan secara oral dan tidak begitu toksik
 Mekanisme kerja
Azol-azol menggangu síntesis ergosterol. Mereka memblokir dementasi -14 alpha- yang tergantung pada cytochrome P450 dari lanosterol, yang merupakan precursor ergosterol dalam Namur dan colesterol dalam tubuh mamalia. Tetapi cytochrome P450 jamur hampir 100-1000 kali lipat lebih sensitif tehadap azol-azol daripada sistem mamalia(Jawetz, 2005).

D. Grisefulvin
Grisefulvin hádala antibiótica yang diberikan secara oral yang berasal dari spesies 
Penicilium. Ia bisa digunakan untuk mengobati dermatofitosis dan harus digunakan dalam jangka panjang. Grisefulvin kurang baik d absorspsi dan terkonsentrasi dalam startum korneum, dimana menghambat pertumbuhan hifa. Tidak berefek untuk Namur lain.
 Setelah pemberian secara oral, griselfulvin disebarkan ke seluruh tubuh tetapi terakumulasi dalam jeringan berkeratin. Dalam Namur, grisefulvin berinteraksi dengan mikrotubulus dan mematahkan gelondong mikotik, menyebabkan penghambatan pertumbuhan. Hanya hifa yang tumbuh dengan aktif yang terpengaruh. Grisefulvin secara klinis berguna untuk pengobatan infeksi dermatofit pada kulit, rambut dan kuku.
 (Jawetz, 2005) 
E. Terbinafin
Terbinafin hádala statu obat allylamin, ia memblokir síntesis ergosterol melalui 
penghambatan epoxide squalene. Terbinafin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi dermatofit (Jawetz, 2005). 
 ANTIBAKTERI
a. VANKOMISIN, TEIKOPLANIN, BASITRASIN 
Vankomisin dan basitrasin juga termasuk penghambat sintesis dinding sel bakteri. Vankomisin merupakan antibiotika glikopeptida dengan berat molekul 1450. Vankomisin menghambat sintesis dinding sel bakteria dengan cara terikat pada bagian akhir karboksil bebas dari pentapeptida.
Teikoplanin merupakan produk dari Actinoplanus teichomyceticus. Mekanisme kerjanya menghambat polimerisasi peptidoglikan melalui interaksinya dengan akhiran d-Ala-d-Ala dari muramilpentapeptida.
Farmakokinetika
Vankomisin tidak diabsorpsi melalui traktus gastrointestinal dan bersifat iritatif pada pemberian i.m. Oleh sebab itu cara pemberiannya adalah melalui injeksi i.v. Vankomisin dapat mencapai berbagai cairan tubuh termasuk empedu, pleura, perikardium, periteneum dan sinovia serta menembus meninges jika dalam keadaan inflamasi.
Vankomisin tidak dimetabolisme tetapi dieliminasi melalui filtrasi glomeruler. Sekitar 90% dari obat dieliminasi melalui urin. Oleh sebab itu penyesuaian dosis perlu dilakukan pada penerita yang mengalami penurunan fungsi ginjal, yaitu didasarkan pada klirens kreatinin.
Teikoplanin dapat diberikan secara i.m atau per oral, memiliki waktu paruh yang panjang, yaitu 50-100 jam. Sama halnya dengan vankomisin, teokoplanin juga mencapai berbagai cairan tubuh, tetapi untuk mencapai kadar tunak (steady state) diperlukan dosis pembebanan yang besar. Untuk menghindari efek toksiknya maka pemberian vankomisin dan teikoplanin harus selalu dimonitor.
Basitrasin tidak dapat diberikan per parenteral karena terlalu toksik dan hanya dapat diberikan secara topikal.
Penggunaan
Vankomisin dan teikoplanin hanya dianjurkan untuk infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh stafilokokus pada penderita yang tidak tahan terhadap penisilin. Kedua obat ini juga cocok pada infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Infeksi yang memberi respon baik dengan vankomisin antara lain adalah pneumonia, endokarditis, emfisema, osteomyelitis dan luka infeksi. Pemberian per oral hanya dianjurkan untuk enterokolitis pseudomembranosa, terutama yang disebabkan oleh Clostridium difficile. Karena terapi i.v untuk C. difficile tidak adekuat maka pada pasien yang tidak bisa minum obat per oral dianjurkan untuk diberikan metronidazol i.v.
( anonim a, 2009)








DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym a, 2009.http://ifrsudcurup.wordpress.com/2009/06/25/anti-mikroba/
2. Anonym b, 2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_sel_bakteri
3. Anonym c, 2009.http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
4. anonym d, 2009. metabolisme jamur. http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0024%20Bio%201-5a.htm
5. Dwijosaputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta :Djambatan
6. Jawets, Melnick. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :Salemba Medika
7. Michael, JP. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press