Kamis, 25 Juni 2009

I. Myologi
MUSCULI EXTREMITAS CRANIALIS
Musculi terbagi menjadi 2, yaitu:
• A. Mm. Extrinsik : Mempertautkan kaki depan dengan kepala, leher, dan tubuh.
• B. Mm. Intrinsik : Mempertautkan tulang-tulang pada kaki.
A. Mm. Extrinsik
1.Mm. Pectorales superficialis :
a. pars Descendent (cranialis/Clavicularis).
b. b. Pars Transversa (caudalis/Sterno Costalis)
Origo: sternum
Insertio: Crista humeri, fascia antebrachii.
Fungsi: Mengadduksi kaki depan
2. m. Pectorales profundus (Pars Ascendens = Humeralis = Caudalis & Pars cranialis = Subclavicus=Scapularis.
Origo: sternum.
Insertio: Tuberculum mayor dan minor; fascia Scapularis
Fungsi: Mengadduksi dan menarik ke caudal kaki depan. Carnivora M. Subclavius (-)
3.M. Brachiocephalicus : Cleidobrachialis+ Cleidocephalicus
Origo: Processus mastoideus, Alae atlantis dan processus tranversus C 2,3,4
Insertio: cleidobrachialis (cranial humerus), tuberositas deltoideus, fasciabrachialis
Fungsi: Menarik kaki ke cranial, mendepress kaki ke cranial , menarik kepala dan leher ke lateral.
4.M.Omotransversarius
Origo: Alae Atlantis
Insertio: Spina Scapulae
Fungsi: Mendepres kepala+leher, menggerakkan kaki ke cranial
5.M.Trapezius, terbagi Pars Cervicalis dan Pars Thoracalis
Origo: Dorsal leher + Thorax
Insertio: Spina Scapulae
Fungsi: Mengangkat kaki
6.M.Rhomboideus: Pars Cervicalis dan Pars Thoracalis
Origo: Dorsal leher + Thorax
Insertio: Tepi dorsal Scapulae
Fungsi: Mengangkat kaki
7.M.Serratus Ventralis Pars Cervicalis dan Pars Thoracalis
Origo: Vertebrae Cervicales, Costae
Insertio: Facies Serrata
Fungsi: Mendukung + mengangkat tubuh dengan mendepres scapula
• B. Mm. Intrinsik
• 1. Mm. Lateral Bahu
1.M. Deltoideus (Ruminansia+Anjing: Pars Acromialis + Pars Scapularis)
Origo: Spina + Acromion Scapula
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulohumeralis, Adduksi lengan atas
2.M. Supraspinata
Origo: Fossa Supra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor (Humerus)
Fungsi: menegangkan articulatio scapula humeralis
3.Infraspinata
Origo: Fossa Infra Spinata
Insertio: Tuberculum Mayor
Fungsi: membengkokkan articulatio scapula humeralis, Adduksi lengan atas
4.M. Teres minor
Origo:Tuberculum Infraglenoidale (Scapulae)
Insertio: Tuberositas Deltoideus
Fungsi:membengkokkan articulatio scapulo humeralis, abduksi lengan atas.
• 2. Mm. Medial Bahu
1.M. Sub scapularis
Origo: Fossa Sub Scapularis
Insertio: Eminentia posterior dari Tuberositas Medialis Os Humerus
Fungsi: Mengadduksi kaki (pada art. Scapulohumeralis)
2.M. Teres Mayor
Origo:Tepi Caudal Scapula
Insertio: Tuberositas Teres
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis

3.M. Coracobrachialis (Menyilangi muka medial art.Scapulohumeralis)
Origo: Processus Coracoideus
Insertio: Proksimal, Medial Humerus
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Scapulo humeralis, Anjing: menegangkan Art. Scapulo humeralis
• 3. Mm. Bagian Cranial Brachium
1.M. Bicep Brachii
Origo: Tuber Scapulae
Insertio: Tuberositas Radialis
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti, Menegangkan Art. Scapulohumeralis
2. M. Brachialis
Origo: 1/3 Proksimal muka posterior Humerus
Insertio: Proksimal Radius + Ulna
Fungsi: Membengkokkan Articulatio Cubiti
• 4. Mm. Bagian Caudal Brachium

1.Mm.Triceps brachii ( Caput longum, medial & lateral)
Origo: Tepi caudal Scapula(Longum) , Proksimal Humerus (kedua caput yang lain)
Insertio: Tuber Oleocrani dari Oleocranon
Fungsi: Menegangkan articulatio Cubiti, membengkokkan articulatio Scapulo Humeralis (Longum)

MUSCULI. PADA ETREMITAS CAUDAL
I. Mm. Lateral Hip
II. Mm. Caudal Hip
III. Mm. Caudal Femur
IV. Mm. Medial Femur
V. Mm. Cranial Femur
VI. Mm. Craniolateral Cruris
VII. Mm. Caudal Cruris
VIII. Mm Pes
l I. Musculi Lateral Hip
1.M.Tensor Fascia Latae
Origo: Tuber Coxae
Insertio: Fascia Lata
Fungsi: Membengkokkan art. Coxae, menegangkan art. Genu
2.M.Gluteus Superficialis ( Pada Ruminantia menyatu dengan M. Biceps Femoris : M. Gluteobiceps)
Origo: Tuber Coxae, Fascia Glutea
Insertio: Trochanter Tertius
Fungsi: Abduksi kaki
3.M.Gluteus Medius
Origo: Facies Glutea
Insertio: Trochanter Major
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, Abduksi kaki
4.M. Piriformis ( Hanya pada Anjing) Terletak sebelah dalam + caudomedial M. Gluteus Medius
Origo: Sacrum+ Coccygea 1
Insertio: Trochanter Major
Fungsi: Menegangkan art. Coxae
5. M.Gluteus Profundus
Origo: Spina Ischiadica Superior
Insertio: Trochanter Major
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, Abduksi kaki
l II. Musculi Caudal Hip
1.M.Obturatorius Externus
Origo: Ventral Coxae, sekitar foramen Obturatorium
Insertio: Fossa Trochanterica
Fungsi: Mengadduksi + Rotasi kaki ke lateral
2.M.Obturatorius Internus (Babi+Ruminantia tdk ada)
Origo: Dorsal Coxae, sekitar foramen Obturatorium
Insertio: Fossa Trochanterica
Fungsi: Memutar kaki ke lateral ( Pada Art. Coxae)
3.M.Gamelli
Origo: Bag. Lateral Ischii
Insertio: Fossa Trochanterica
Fungsi: Memutar kaki ke lateral ( Pada Art. Coxae)
4.M. Quadratus Femoris
Origo: Bag. Ventral Ischii
Insertio: Proksimal Femur dekat Fossa Trochanterica
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, adduksi+Rotasi kaki ke lateral
l III. Mm. Caudal Hip
1.M.Biceps Femoris
Origo: Tuber Ischiadicum
Insertio: Patella, Tibia, Tuber Calcis
Fungsi: Menegangkan art. Coxae, art. Genu + art. Tarsea, Menegangkan art.Genu + Mengabduksi Crus

2. M.Semitendinosus
Origo: Tuber Ischiadicum
Insertio: Tibia + Tuber Calcis
Fungsi: Menegangkan art. Coxae + art. Tarsea, Membengkokkan art.Genu
3.M.Semimembranosus
Origo: Tuber Ischiadicum
Insertio: Femur + Tibia
Fungsi: Menegangkan art. Coxae + gerak bervariasi art.Genu, adduksi kaki
l IV. Medial Femur
1.M.Sartorius
Origo: Os Ilii
Insertio: Medial daerah Genu
Fungsi: Membengkokkan art. Coxae , adduksi kaki. Menegangkan art.Genu ( Anjing)
2. M.Gracilis
Origo: Symphisis Pelvis
Insertio: Bag. Medial regio Genu
Fungsi: adduksi kaki

II. Neurology
Ekstremitas cranial diinervasi oleh oleh pleksus brakhial. Pleksus ini berasal dari saraf – saraf servikal ketiga atau keempat terakhir dan saraf – saraf torasik pertama atau kedua.
Derivasi pleksus brakial :
Kuda : 3 servikal terakhir dan 2 torak pertama
Sapi : 3 servikal terakhir dan 1 torak pertama
Domba : 3 servikal terakhir dan 1 torak pertama
Babi : 3 servikal terakhir dan 1 torak pertama
Anjing : 3 servikal terakhir dan 1 torasik pertama


Saraf
Daerah
Otot yang Diinervasi
Pektoral
Bahu
Pektoral profundal dan superficial
Supraskapula
Bahu
Supraspinata
Infraspinata
Subskapula
Bahu
Subskapularis
Thoraco longus
Bahu
Seratus ventral
Axillaris
Bahu
Teres mayor
Teres minor
Deltoideus
Brachiocephalicus
Thoraco dorsal
Bahu
Latisimus dorsi
Thoraco lateral
Bahu
Kutaneous crunsi
Musculocutaneous
Lengan
Bicep brachii
Coracobrachialis
Brachialis
Mediana
Lengan depan
Fleksor carpi radialis
Fleksor digital superficial
Fleksor digital profundal
Pronator teres
Pronator quadratus
Ulnar
Lengan depan

Digiti
Fleksor carpi ulnaris
Fleksor digiti profunda
Otot jari
Radial
Lengan


Lengan depan
Tricep, medial, lateral (aksesori pada anjing)
Anconeus
Brakhioradialis
Ekstensor carpi radialis
Ekstensor digiti communis
Ekstensor digiti lateral
Ekstensor carpi ulnaris
Abduktor polisis longus
(Frandson, R. D..1992)

PERSARAFAN PADA EKSTREMITAS CAUDAL
Pleksus lumbosakral menginervasi ekstremitas caudal. Pleksus ini terdiri dari saraf – saraf yang berasal dari cabang –cabang ventral saraf – saraf dari beberapa ruas lumbar terakhir serta sakral pertama, kedua dan ketiga.
Derivasi pleksus lumbosakral :
Kuda : 3 lumbal terakhir dan 2 sakral pertama
Sapi : 3 lumbal terakhir dan 2 sakral pertama
Domba : 3 lumbal terakhir dan 2 sakral pertama
Babi : 3 lumbal terakhir dan 1 sakral pertama
Anjing : 5 lumbal terakhir dan 3 sakral
Saraf
Daerah
Otot yang diinervasi
Glutea cranial
Tungging
Gluteus medial
Gluteus profunda
Tensor fascia latae
Glutea caudal
Tungging
Gluteus superficial
Bagian dalam gluteus medial, semitendinosa dan bicep femoris
Femoral
Paha
Sartorius
Quadricep femoris
Rektus femoris
Vastus lateralis
Vastus medialis
Vastus intermedius
Psoas major dan illiacus
Obturator
Paha
Aduktor
Gracilis
Pectineus
Obturator eksterna
Ischiatic
Paha
Semitendinosus
Semimembranosus
Bicep femoris
Obturator interna
Gemelus
Quadratus femoris
Tibialis
Kaki
Gastroknemius
Fleksor digital superficial
Fleksor digital profunda
Popliteus
Tibialis caudal
Peroneus
Kaki
Tibialis cranial
Ekstensor digital longus
Ekstensor digital lateral
Peroneus tertius
Peroneus longus
Peroneus brevis
(Frandson, R. D..1992)
III. Articulatio
v Extremitas cranial
· Art. Scapulo-humeralis
· Art. Cubiti
· Art. Radio-ulnar
o Art. Radio-ulnar proksimal
o Art. Radio-ulnar distal
· Art. Carpi
o Art. Antebrachio-carpi
o Art. Intercarpi
o Art. Carpo-metacarpi
· Art. Intermetacarpi
· Art. Metacarpo-phalangea
· Art. Interphalanges proksimal
· Art. Interphalanges distal (Getty,1975)
v Extremitas caudal
· Art. Sacro-illiaca
· Symphisis pelvis
· Art. Coxae
· Art. Genue
o Art. Femoro-pettelaris
o Art. Femoro-tibialis
· Art. Tibio-fibulare
o Art. Tibio-fibulare proksimal
o Art. Tibio-fibulare distal
· Art. Tarsea
o Art. Tibio tarsea
o Art. Intertarsea
o Art. Tarso metatarsea
· Art. Metatarsea
· Art. Metatarso-phalangeal
· Art. Interphalangeal proksimal
· Art. Interphalangeal distal (Getty,1975)

IV. Neuromuskuler
Sinaps neuromuscular adalah tempat di dalam tubuh dimana axons motor yang memenuhi urat otot, sehingga transmisi pesan dari otak yang menyebabkan otot untuk kontrak dan bersantai. Every organism has thousands of neuromuscular junctions which control the movements of the body and cause the heart to beat. Setiap organisme memiliki ribuan sinaps neuromuscular yang mengontrol pergerakan tubuh.. Sinaps neuromuscular yang hanya merupakan salah satu contoh dari banyak sambungan dibuat antara saraf dan bagian tubuh yang mengakibatkan berhasil berfungsi organisme.
Sinaps terdiri dari presinaps dan postsinaps. Ketika terjadi perambatan potensial aksi ke terminal, kanal Ca pada presinaps akan membuka. Proses ini akan diikuti dengan menempelnya neurotransmitter pada membran neuron, lalu neurotransmitter tersebut dilepaskan ke celah sinaps. Neurotransmitter ada dua macam, yaitu neurotransmitter eksitasi dan inhibisi. Bila neurotransmitter eksitasi yang keluar, akan ditangkap oleh reseptor yang cocok pada postsinaps. Ikatan reseptor dengan neurotransmitter akan mengubah permeabilitas membrane otot sehingga ion Na akan masuk. Terjadilah potensial aksi, yang akan menyebabkan terjadinya depolarisasi. Kejadian selanjutnya adalah akan terbentuk ikatan aksin myosin sehingga otot akan berkontraksi. Sedangkan bila neurotransmitter inhibisi yang keluar, setelah berikatan dengan reseptor, perubahan permeabilitas akan memudahkan ion Cl masuk. Ion Cl mengakibatkan muatan sel menjadi negative, maka terjadilah hiperpolarisasi dan inhibisi (Guyton dan Hall, 1997).

Mekanisme kontrol postur Tubuh
Aktivitas motorik somatik sangat bergantung pada pola dan kecepatan lepas muatan saraf motorik spinalis dan saraf homolog yang terdapat di nukleus motorik saraf kranialis. Saraf ini, yang merupakan jalur terakhir ke otot rangka, yang dibawa oleh impuls dari berbagai jalur. Banyak masukan menuju ke setiap neuron motorik spinalis berasal dari segmen spinal yang sama. Berbagai masukan supra segmental juga bertemu di sel saraf ini, yaitu dari segmen spinal lain, batang otak, dan korteks serebrum. Sebagian masukan ini berakhir langsung ke saraf motorik, tetapi banyak yang efeknya dilanjutkan melalui neuron antara ( interneuron ) atau melalui system saraf efferen γ ke kumparan otot dan kembali melalui serat afferent Ia ke medulla spinalis. Aktifitas terintegrasi dari tingkat spinal, medulla oblongata, otak tengah dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan memungkinkan terjadinya gerakan terkoordinasi.
Masukan-masukan yang bertemu di neuron motorik mengatur tiga fungsi yang berbeda : menimbulkan aktivitas volunter, menyesuaikan postur tubuh untuk menghasilkan landasan yang kuat bagi gerakan, dan mengkoordinasikan kerja berbagai otot agar gerakan yang timbul mulus dan tepat. Pola aktivitas volunter direncanakan di otak, lalu perintahnya dikirim ke otot terutama melalui sistem kortikospinalis dan kortikobulbaris. Postur tubuh secara terus menerus disesuaikan, tidak saja sebelum tetapi juga sewaktu melakukan gerakan oleh sistem pengatur postur. Gerakan diperhalus dan dikoordinasikan oleh serebellum bagian medial dan intermedial (spinoserebellum) dan hubungan-hubungannya. Ganglia basal dan serebelum bagian lateral (neoserebelum) merupakan bagian dari sirkuit umpan balik ke korteks pramotorik dan motorik yang berkaitan dengan peencanaan dan pengaturan gerakan volunter.
Keluaran motorik terdiri atas dua jenis, yaitu refleksif , dan volunter (dikendalikan oleh kemauan). Beberapa pakar membagi lagi respons refleksif dengan respon ritmik seperti menelan, mengunyah, menggaruk dan berjalan, terutama yang bersifat involunter.
Masih banyak yang belum diketahui tentang kontrol gerakan volunter. Untuk menggerakkan sebuah anggota badan, otak harus merencanakan gerakan, menyusun gerakan yang sesuai di berbagai sendi pada saat yang sama, dan menyesuaikan gerakan dengan membandingkan rencana dengan kinerja. Sistem motorik akan bekerja secara maksimal apabila gerakan di ulang-ulang (learning by doing), hal ini melibatkan plastisitas sinaps.
Perintah untuk gerakan volunter berasal dari daerah assosiasi korteks. Gerakan direncanakan di korteks. Gerakan direncanakan di korteks serta di ganglia basal dan bagian lateral dari hemisfer serebelum, yang ditandai oleh peningkatan aktivitas listrik sebelum gerakan. Ganglia basal serta serebelum menyalurkan informasi ke korteks pramotorik dan motorik melalui talamus. Perintah motorik dari korteks motorik sebagian besar dipancarkan melalui traktus kortikospinalis ke medula spinalis dan sebagian lagi melalui traktus kortikobulbaris yang sesuai ke neuron motorik di batang otak. Namun jalur ini dan beberapa hubungan langsung dari korteks motorik berakhir di nukleus-nukleus batang otak dan medula spinalis, dan jalur ini dapat juga memperantarai gerakan volunter. Gerakan menimbulkan perubahan input sensorik dari indra dan otot,tendon,sendi serta kulit. Informasi umpan balik ini, yang menyesuaikan dan mengatur gerakan, dipancarkan secara langsung ke korteks motorik dan ke spinoserebelum. Spinoserebelum akhirnya berproyeksi ke batang otak. Jalur batang otak utama yang berperan dalam postur dan koordinasi adalah traktur rubrospinalis, retikulospinalis, tektospinalis, dan vestibulospinalis serta neuron-neuron di batang otak.
Serat jalur kortikospinalis lateral membentuk piramid di medula oblongata, jalur kortikospinalis itu disebut sebagai aistem piramidalis. Batang otak desendens dan jalur spinal lainnya yang tidak melewati piramida, tapi berperan dalam kontrol postur disebut sistem ekstrapiramidalis.

V. Anatomi tracak kuda

Teracak adalah lapis kornifikasi dari epidermis yang menutupi ujung distal dari jari. Struktur sensitive yang bersangkutan yang melandasi semua struktur insensitive dan pigmentasi lapisan germinasi (sensitive) menentukan warna kuku. Kuku putih didapati dimana rambut pada batas atas kuku juga putih dan kuku gelap berkaitan dengan rambut di daerah ini. Kuku hitam d anggap jauh lebih kuat disbanding dengan kuku yang tag berpigmen(putih).
Struktur insensitive dari kuku mencakup periopel, dinding, bar, lamina, sol, dan frog. Masin-masing dibentuk oleh lapis germinasi dari epidermis yang berdekatan dengan korium yang melandasinya yang disuplai dengan pembuluh darah dan saraf.



DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R. D..1992.Anatomi dan Fisiologi Ternak.Yogyakarta : GMU press
Budiyanto.carko.2008. Anatomi fisiologi neuromuscular
Guyton.1997. Fisiologi Kedokteran.
Anonim. 2009. kuliah Konvensional Extremitas. Yogyakarta

1 komentar:

  1. tulis ttg otak myologi extremitas cranial kucing dunk ... susa ni cri bahannya ...

    BalasHapus